Sean terus melihat adiknya itu. Sampai akhirnya Citra menyadari jika ada mata yang melihat mereka dan Citra melihat ke arah pintu dan memang benar Barra.
" Kak Sean!" ucap Citra yang langsung berdiri. Sean mencoba menenangkan dirinya dan menghampiri ruang tamu.
" Kakak baru pulang?" tanya Citra. Barra mengangguk dan matanya menatap Barra dengan sinis.
" Hmmm, kenalin Barra ini kakak aku kak Sean," sahut Citra yang memperkenalkan Barra pada Sean.
" Barra, jadi dia yang namanya Barra," batin Sean yang mengingat Barra pernah juga membuatnya kesal dari panggilan telpon yang adiknya asyik sendirian.
" Saya Barra," sapa Barra dengan mengulurkan tangannya dengan sopan pada Sean. Namun Sean tidak menyambut uluran tangan itu dan melihat ke arah Citra. Barra pun harus menarik tangannya pasrah yang tidak di pedulikan Sean.
" Sudah malam, kamu harus tidur cepat. Besok bukannya ada kuliah pagi. Jangan sampai kamu telat," ucap Sean pada Citra dengan suara Sean yang dingin.
" Iya kak sebentar lagi," sahut Citra mengangguk.
Sean yang terlihat begitu dingin langsung pergi menaiki anak tangga yang terlihat tidak suka dengan Barra.
" Kakak kamu tidak ramah," ucap Barra yang merasa tersinggung dengan Sean.
" Maaf ya Barra. Mungkin kak Sean sedang capek. Biasanya kak Sean sangat humbel kepada siapa saja," sahut Citra yang juga merasa tidak enak dengan Barra. Karena sikap sang kakak yang tidak menghargai tamunya.
" Ya sudah tidak apa-apa. Mungkin baginya aku asing. Tapi mungkin jika aku sering- kemari. Aku dan kakakmu akan sangat akrab," sahut Barra dengan percaya diri.
" Iya kalau aku mengijinkanmu kemari. Kalau tidak," sahut Citra dengan nada bercandaan.
" Jadi tidak akan di ijinkan nih," sahut Barra dengan menaikkan alisnya.
" Ahhhh, sudahlah sekarang kita lanjutkan ceritanya sangat tanggung soalnya," ucap Citra.
" Aku pikir kamu sudah tidak mau mendengarnya lagi," sahut Barra.
Yang mana ke-2nya kembali duduk dan melanjutkan cerita mereka yang sangat lucu itu yang kelihatannya Citra tidak mendengarkan perkataan Sean barusan uang menyuruhnya untuk
**********
Sementara Sean yang tadinya cukup kesal dengan Citra karena bukannya belajar malah berduaan dengan Pria yang menurut Sean bukan Pria baik-baik. Ya itu hanya menurutnya saja.
Sean setelah memasuki kamarnya memilih untuk meredahkan emosinya dengan mandi yang tubuhnya juga terasa begitu lengket. Tidak lama Sean keluar dari kamar mandi menggunakan baju mandi. Dia memang mandi sedang-sedang saja tidak lama dan tidak cepat.
Tok-tok-tok-tok.
Pintu kamar Sean di ketuk membuat Sean langsung mendekati pintu untuk membuka pintu.
" Ada apa?" tanya Sean pada Art di rumah tersebut.
" Bibi mau nganterin ini tuan di suruh sama nyonya," sahut Bibi yang memberikan piring yang berisi potongan buahnya. Sean langsung mengambilnya.
" Bibi permisi tuan," sahut bibi.
" Tunggu dulu?" panggil Sean.
" Iya ada apa tuan?" tanya bibi.
" Apa Citra sudah tidur?" tanya Sean.
" Belum tuan, nona Citra masih di bawah bersama temannya," jawab Bibi. Sean berdecak kesal mendengar seakan naik dara mendengar pernyatana bibi.
" Dia masih bersama temannya?" tanya Sean tampak kesal.
" Benar tuan," jawab bibi apa adanya.
" Citra, sudah jam segini kamu masih bersamanya. Bukannya aku tadi menyuruhmu untuk tidur," desis Sean dengan wajahnya yang memerah yang kelihatannya hal kecil akan di permasalahkan Sean hari ini. Ya tidak tau apa yang membuat pikirannya menjadi kemana-mana. Makanya emosinya tidak stabil dan ada saja yang di permasalahkannya.
" Saya permisi dulu tuan," sahut bibi. Sean mengangguk.
" Apa dia tidak ingat waktu. Citra kenapa kamu keras kepala sekali. Kau tidak pernah seperti ini. Jangan sampai kau menganggap Pria itu orang ternyama untukmu. Kau tidak bisa sembarangan Citra mempercayai orang lain untuk urusan keluarga kita," batin Sean dengan penuh kekesalan.
Dia hanya khawatir pada adiknya itu. Karena gadis seperti Citra masih labil-labilnya dan biasanya jika pria mau mendengarkan wanita curhat. Wanita itu akan merasa dia tempat ternyamannya dan takut Citra salah pergaulan. Karena Sean tidak mengenal siapa Pria itu.
Sean juga mengingat adiknya yang tadinya sedih bisa-bisanya tertawa-tawa saat menelpon Pria itu. Ya sebagai kakak Sean pasti sangat mengkhawatirkan lingkungan pertemanan adiknya itu.
Citra mengantarkan Barra sampai ke depan pintu. Karena sudah malam mau tidak mau Barra harus pulang. Walau sebenarnya Barra masih nyaman mengobrol bersama Citra. Tetapi dia juga harus sadar diri yang bertamu ke rumah orang yang tau batasnya.
" Makasih ya Citra sudah menjamuku di rumahmu," ucap Barra tersenyum.
" Menjamu, kamu lebay, memang apa yang aku jamu, hanya menyiapkan jus dan cemilan. Jadi apa yang menjamu," sahut Citra tertawa kecil.
Bagiku itu jamuan yang paling istimewa dan aku harus berterima kasih," ucap Barra.
" Terserah kamu deh," sahut Citra.
" Ya sudah kalau begitu aku pulang dulu sudah larut malalam," ucap Barra pamit.
" Hmmm, ya sudah kamu hati-hati ya, jangan ngebut-ngebut di jalan," ucap Citra.
" Baik nyonya Citra," sahut Barra. Citra hanya senyum-senyum dengan Barra yang sekarang sudah memanggilnya dengan sebutan nyonya.
" Aku pamit, salam untuk mama dan papa," ucap Barra.
" Iyaaa," sahut Citra. Barra tersenyum dan akhirnya beralih dari hadapan Citra. Citra menunggu sampai Barra memasuki mobilnya dan sampai mobil Barra pergi.
" Bara, Barra kamu itu tingkahnya ada-ada aja," gumam Citra geleng-geleng dengan Barra. Citra pun menutup pintu dan membalikkan tubuhnya.
" Hah!"' pekik Citra yang kaget saat melihat Sean yang tiba-tiba berdiri di belakangnya.
" Kak Sean," ucap Citra dengan napasnya yang naik turun. Di mana Sean berdiri dengan ke-2 tangannya di lipat di dadanya dan menatap Citra dengan tajam.
" Kak Sean bikin Citra kaget saja," ucap Citra masih memegang dadanya.
" Kamu ke asyikan mengobrol sampai lupa waktu apa dia juga tidak punya jam tangan. Sampai tidak tau aturan bertamu Kerumah orang," ucap Sean dengan suaranya dinginnya yang penuh dengan sindiran.
" Ya ampun kak, baru juga jam 11," sahut Citra dengan santai.
" Apa katamu jam 11, jadi menurut mu jam 11 masih bisa orang asing datang kerumah ini," sahut Sean yang tampak kesal.
" Dia bukan orang asing kak," sahut Citra. Mendengarnya Sean semakin naik pitam. Seakan kompor meledak di dalam sana yang mengatakan Pria itu bukan orang asing.
" Citra kamu," geram Sean dengan matanya melotot yang seketika membuat Citra kaget dengan tatapan kakaknya yang tidak biasa. Namun Sean mengendalikan dirinya kepada Citara.
" Masuk!" ucap Sean menekan suaranya. Citra menelan salavinanya yang tiba-tiba takut dengan Sean seumur hidupnya Sean tidak pernah menatapnya seperti itu.
" Kamu masih di sini," ucap Sean. Citra tidak berani bicara apa-apa dan langsung pergi dengan cepat. Sean memejamkan matanya dengan dengan menghembuskan napasnya panjang.
" Apa tidak berpikir untuk jangan asal-asalan. Baru saja Pria itu kerumah ini sudah membuat Citra menjadi pembangkang seperti itu," umpat Sean dengan kekesalannya yang terlihat marah dengan sikap adiknya itu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments