Sean masih melihat adiknya itu yang memasuki kampus.
" Apa yang kau katakan kepada Citra Sean. Apa kau ingin Citra buru-buru berada di perusahaan. Apa kau takut jika Reya benar-benar akan ada di perusahaan. Makanya kau terlihat mendesak Citra. Tidak Sean. Walaupun Reya anak papa. Tidak akan mungkin papa langsung memberikan posisi itu kepadanya. Aku juga tidak menyetujui hal itu karena tidak semudah itu Reya dapatkan semuanya," batin Sean.
Sean membuang napasnya perlahan kedepan. Lalu melajukannya mobilnya yang ingin kembali fokus dan tidak terlalu berpikir jauh. Walau dia juga takut apa yang di pikirkannya akan menjadi kenyataan nantinya.
************
Pesawat.
Gadis cantik yang memakai dress biru Dongker selutut nya duduk di kursi pesawat dengan kepalanya miring ke arah jendela pesawat yang melihat gumpalan awan.
" Mah, Reya tidak mau ke Jakarta ma. Jangan suruh Reya tinggal bersama papa dan juga mereka," ucap Reya yang berlutut di depan sang mama yang duduk di pinggir ranjang.
" Kamu itu anak Argantara dan kamu juga mempunyai hak untuk mendapatkan apa yang anak-anaknya dapatkan. Jadi pergilah," sahut Erina.
" Tapi Reya tidak mau mendapatkan masalah. Reya pasti tidak akan nyaman tinggal di sana," sahut Reya yang menolak keras untuk ke Jakarta.
" Jangan membantah Reya. Lakukan saja apa yang mama katakan. Apa kamu mau mati di tangan mama," tegas Erina memberi ancaman.
" Mungkin itu jauh lebih baik. Dari pada Reya harus di sana. Reya tidak mau mah," sahut Reya menegaskan yang terus menolak.
" Cukup Reya!" Erina yang terlihat murka langsung mendorong Reya sehingga membuat Reya tersungkur di lantai.
" Kamu dengarkan saja apa kata mama. Kamu itu juga darah dagingnya dan kamu akan mendapatkan semua hak-hakmu. Jadi dengarkan semua apa yang mama katakan. Jangan membangkang. Pergi ke Jakarta dan hiduplah di sana," tegas Erina.
Reya yang menolak tetapi tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa menagis saja yang mana dia yakin pasti kehidupannya akan jauh lebih parah di bandingkan harus mendapat kekerasan fisik dari mamanya.
Air mata Reya kembali menetes saat berada di atas pesawat dan langsung di seka Reya.
" Kenapa takdirku seperti ini. Ada sebaiknya papa tidak pernah peduli kepadaku. Aku lebih baik di siksa mama dari pada harus bersama papa dan juga keluarganya yang pasti akan jauh lebih menyiksaku nantinya dan aku dan hububungan ku dan kak....." batin Reya yang tidak bersemangat untuk tinggal di Jakarta dan bahkan ada kata yang tidak bisa di lanjutkanya......
" Tidak Reya. Takdir hidupmu sudah di tentukan seperti ini. Jadi kau harus menjalaninya dan mungkin kau juga hanya ingin mendapatkan hak mu dan apa yang terjadi bukan kesalahanmu. Karena kau juga tidak tau apa-apa. Kau juga sama dengan mereka yang merasa di tipu. Jadi jangan takut Reya. Kau harus menghadapi semuanya. Semua sudah di gariskan di dalam hidupmu," batin Reya dengan menyakinkan dirinya. Jika dia pasti bisa menghadapi semuanya.
Walau dia tau itu begitu sulit dan tidak mudah baginya. Namun apa yang bisa di lakukannya. Dia hanya bisa patuh dan mengikuti saja alur cerita mereka selanjutnya nantinya bagaimana.
*************
Citra berada di perpustakaan yang membaca buku dengan serius. Tiba-tiba Barra memasuki perpustakaan dan begitu melihat Citra Barra langsung menghampiri Citra. Barra menarik kursi dan duduk di hadapan Citra membuat Citra tersentak kaget.
" Barra," ucap Citra.
" Serius amat membaca bukunya," ucap Barra dengan menyunggingkan senyumnya.
" Memang ada membaca tidak serius," sahut Citra santai.
" Lalu apa aku boleh mengganggu sebentar?" tanya Barra dengan menaikkan 1 alisnya melihat ke arah Citra.
" Hmmm, bagaimana ya," sahut Citra dengan wajahnya yang berpikir. Wajah itu membuat Barra tersenyum melihat Citra yang begitu menggemaskan.
" Baiklah, memang kamu ingin bicara apa?" tanya Citra yang memberikan Barra kesempatan untuk bicara.
" Serius boleh?" tanya Barra.
" Hmmm, boleh sebelum aku berubah pikiran," sahut Citra.
" Citra aku hanya mengundangmu khusus untuk datang kepesta ulang tahunku," ucap Barra yang langsung menyampaikan niatnya untuk Citra.
" Hmmm, begitu rupanya. Apa undangannya sudah habis sampai yang lain mendapatkan undangannya dan aku sama sekali tidak mendapatkan undangan yang hanya di undang dengan mulut," ucap Citra dengan matanya menatap Barra curiga.
" Undangan tidak tersedia untukmu. Karena memang wanita special seperti kamu harus langsung di undang olehku," sahut Barra.
" Benarkah?" tanya Citra tidak percaya. Barra mengangguk tersenyum.
" Special apa diriku sampai aku di asingkan dari teman-teman kampus yang lain?" tanya Citra ingin tau.
" Kamu tidak di asingkan. Hanya saja kamu tidak boleh sama dengan orang lain. Jadi kamu berbeda untukku. Karena itu kamu adalah yang paling special," ucap Barra menegaskan dengan kata-katanya yang lembut.
" Benarkan aku seperti itu?" tanya Citra tidak percaya. Barra mengangguk lagi.
" Lalu bagaimana apakah nona Citra akan datang ke ulang tahunku?" tanya Barra dengan serius yang ingin kepastian.
" Hmmm, ya kita lihat saja nanti," sahut Citra yang tidak memberi jawaban apa-apa.
" Tapi Citra aku sangat berharap kamu benar-benar datang di acara ulang tahunku," ucap Barra menegaskan.
Citra hanya tersenyum membalas jawaban Barra dan kembali membaca buku yang langsung fokus dengan bukunya dan Barra menyunggingkan senyumnya saat melihat Citra yang terlihat menanggapi dirinya dengan baik.
Citra di kenal di kampusnya cukup tertutup masalah Pria. Bahkan Citra tidak pernah pacaran sama sekali dan juga Citra sangat risih di dekati para-para Pria. Namun hanya Barra yang membuatnya bisa bicara panjang lebar seperti itu. Dan juga bisa tersenyum seakan nyaman dengan Barra pria tampan yang berkulit kulit langsat itu.
Barra seorang anak pengusaha yang juga tidak kalah terkenalnya. Barra juga merupakan idola kampus yang selalu dikagumi para wanita-wanita dan pasti para wanita-wanita antri untuk menjadi pacarnya.
**********
Malam hari mobil Sean berhenti di depan rumah. Sean baru pulang bekerja jam 9 malam itu pun sudah di percepat biasanya dia lembur. Saat Sean turun dari mobilnya. Dia meliahat ada mobil yang terparkir di depan rumah.
" Mobil siapa ini. Tumben sekali ada tamu di rumah," ucap Sean yang heran.
Namun Sean langsung memasuki rumah tanpa memperdulikan mobil siapa yang membuatnya penasaran itu. Sean membuat pintu dan langsung menuju ruang tamu di mana ternyata Citra yang berbicara dengan seorang pemuda yang tak lain adalah Barra.
Duduk berdekatan dengan Pria itu yang mana Citra ketawa-ketiwi dengan Pria yang sangat dekat dengan Citra. Hal itu membuat Sean memandang tidak suka. Dia memang tidak mengijinkan adiknya harus dekat-dekat dengan orang asing. Apa lagi kuliah Citra terbengkalai yang membuat citra nanti akan lama lulusnya karena fokus pada urusan lain.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments