" Citra beruntung bisa memiliki kakak. Jangan pernah berpihak pada siapapun. Kecuali pada Citra. Citra akan merasa sendiri. Jika kakak tidak berpihak pada Citra," ucap Citra.
" Itu tidak akan terjadi Citar," sahut Sean dengan mengusap-usap pucuk kepala adiknya itu.
" Ahhhhhhhh," Citra menguap panjang dengan menutup mulutnya dengan punggung tangannya yang rasa kantuknya mulai datang.
" Citra mengantuk. Boleh tidak Citra tidur di sini?" tanya Citra.
" Hmmm, boleh," sahut Sean tanpa keberatan.
" Ya sudah Citra mau istirahat dulu," ucap Citra tersenyum dan langsung berdiri.
" Tugas kamu?" tanya Sean.
" Kan sudah kakak kerjakan," jawab Citra dengan santai lalu berjalan menuju tempat tidur. Sean hanya geleng-geleng saja.
" Kak Sean tolong matikan laptop Citra ya nanti," ucap Citra yang menarik selimut yang langsung rebahan.
" Iya," sahut Sean mengangguk. Sean menoleh ke arah ranjanganya dan melihat Citra yang sudah merebahkan dirinya dengan memeluk guling. Sean mengendus tersenyum melihat Citra. Ya memang alasan Citra minta ajari hanya modus dan ujung-ujungnya Sean yang mengerjakannya dan begitulah Citra yang sangat beruntung mempunyai kakak pintar.
Sean menggoyang-goyangkan kepalanya melihat kelakuan adik bungsunya itu. Malam semakin panjang larut. Sean pun menyudahi pekerjaannya. Sean menutup laptopnya dan merapikan berkas-berkasnya. Sean juga sudah selesai mengerjakan tugas Citra. Dia juga akan beristirahat dan karena tempat tidurnya di kuasai adiknya. Jadi Sean akan tertidur di sofa malam ini.
*********
Pagi hari kembali tiba. Di kamar Sean. Citra masih tetap tertidur dengan pulas. Sementara terdengar suara air dari dalam kamar mandi yang sepertinya ada melakukan aktivitas di dalam kamar mandi. Mungkin saja Sean yang memang pasti sedang mandi.
Dan ternyata memang benar Sean. Sean keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk yang di lilit di pinggangnya sehingga menampilkan tubuhnya yang kotak-kotak. Sean tersenyum melihat ke arah Citra yang masih pulas tertidur di kamarnya.
Sean menghampiri ranjang duduk di samping Citra di bagian kepala Citra dengan menyinggirkan anak rambut yang ada di wajah Citra, mata Citra terlihat mengkerut yang mungkin merasa silau dengan sinar matahari.
Sean melihat ke arah jendela yang memang cahaya matahari masuk dari kaca cendela yang gordennya sudah di buka. Tidak ingin melihat tidur Citra tergangngu Sean menutup cahaya matahari dengan telapak tangannya.
" Sudah pagi. Tepai masih tetap tidur," gumam Sean yang geleng-geleng melihat adiknya itu yang pasti bangun kesiangan suada menjadi kebiasaan Citra.
" Sean!" suara sang mama terdengar mengetuk pintu membuat Sean melihat ke arah pintu.
" Iya ma," sahut Elang dengan hembusan napasnya perlahan kedepan.
" Citra ada tidur di kamar kamu?" tanya Anggika.
" iya ma ada," jawab Sean.
" Kamu bangunkan cepat ya. Soalnya dia ada kuliah pagi hari ini, nanti Citra bisa terlambat," ucap sang mama yang berbicara di balik pintu.
" iya ma, aku akan bangunkan Citra," sahut Sean.
" Baiklah," sahut Anggika yang pergi. Dan menyerahkan masalah Citra pada Sean.
" Citra, ayo bangun sudah pagi," ucap Sean dengan lembut membangunkan adiknya itu tangannya sambil mengusap-usap rambut Citra.
" Citra bangunlah!" ucap Sean lagi.
" Hmmmm, kakak masih ngantuk," ucap Citra dengan suaranya yang manja dan matanya yang masih tetap terpejam.
" Tapi ini sudah pagi. Mama bilang kamu ada kuliah pagi jadi bangunlah. Nanti kamu terlambat. Kamu bagaimana mau lulus. Kalau kuliah saja malas," ucap Sean yang menceramahi adiknya itu.
" Hmmm, nanti sebentar lagi kakak. Jangan bawel seperti mama dong kak," sahut Citra yang tetap masih mengantuk dan malas untuk bangun.
" Siapa yang tidak bawel jika melihat kelakukan kamu seperti ini. Jadi cepat bangun," ucap Sean yang menggoyang-goyangkan tubuh adiknya.
" Citra ayo bangun jangan malas-malasan. Kamu dengar kakak atau tidak," ucap Sean memdesak Citra, dan bahkan jarinya membuka paksa mata Citra.
" Kakak, masih ngantuk!" rengek Citra.
" Cepat bangun. Kamu ini anak perempuan malas-malasan," ucap Sean yang memaksa Citra dengan tangannya yang langsung memegang ke-2 tangan Citra dan memaksa Citra untuk duduk.
" Masih ngantuk kak," renge Citra dengan matanya yang terbuka sipit.
" Nggak ada ngantuk-ngantukan. Kamu harus bangun ini sudah pagi. Jangan gara-gara kamu. Kakak juga nanti terlambat," ucap Sean tegas pada Citra.
" Ayo bangun, kenapa masih duduk," ucap Sean. Citra hanya menganggukan lemas kepalanya.
" Iya ini sudah bangun," sahut Citra yang membuka matanya terpaksa.
" Aaaaaaa," Citra langsung menguap panjang dengan menutup mulutnya dengan punggung tangannya.
" Kakak ganggu aku tidur saja," ucap Citra kesal.
" Jangan nyalahin kakak. Ayo kamu sana mandi, siap-siap kekampus hari ini," ucap Sean menegaskan.
" Iya," geram Citra yang mau tidak mau harus bangkit dari ranjang dan pergi dengan terpaksa.
" Laptopnya di bawa!" teriak Sean yang melihat Citra pergi begitu saja tanpa membawa laptopnya.
" Kaka yang bawakan nanti," sahut Citra yang pergi begitu saja. Sean hanya mengengus kasar dengan Citra. Namun apa yang terjadi barusan mampu membuat Sean mengukir senyum indah di wajahnya.
" Ya dia seperti itu bukan kesalahannya. Tapi karena aku yang terlalu memanjakannya," batin Sean geleng-geleng dengan kelakuan adiknya itu.
***********
Setelah selesai bersiap-siap di dalam kamarnya Sean mengambil ponselnya dan juga tas kerjanya. Sean melihat laptop Citra.
" Apa salahnya membawanya tadi," gumam Sean yang mau tidak mau harus membawa laptop Citra.
Sebelum menuruni anak tangga untuk sarapan seperti biasa. Sean mampir ke kamar Citra dulu. Sean memegang kenopi pintu dan langsung membuka begitu saja tanpa mengetuk pintu.
" Citra laptop kamu," ucap Sean yang mana Citra sednag berdiri di depan meja rias yang ternyata juga sudah siapa-siapa.
" Iya kak letakkan di sana saja," sahut Citra. Sean menghela napas dan langsung meletakkan di atas tempat tidur.
" Kamu buruan turun, biar sarapan sama-sama," ucap Sean.
" Iya kak, sebentar lagi," jawab Citra yang menyisir rambutnya dan Sean pun langsung pergi yang keluar dari kamar itu.
************
Sean akan mengantar Citra setiap hari. Karena Sean memang melarang Citra untuk menyetir mobil dan Citra sendiri memang tidak berani juga untuk menyetir mobil. Bisa-bisa tapi dia takut saja. Begitu sampai di depan kampus. Citra membuka sabuk pengamannya.
" Ya sudah Citra masuk dulu. Makasih sudah anterin Citra, makasih juga untuk tugasnya tadi malam," ucap Citra. Sean mengangguk tersenyum.
" Ya sudah Citra pergi dulu," ucap Citra pamit.
" Citra tunggu!" cegah Sean menahan tangan Citra dan Citra tidak jadi pergi.
" Ada apa kak?" tanya Citra heran.
" Kamu rajin belajar dan jangan malas-malasan, kamu harus cepat lulus kuliah. Supaya berada di perusahaan," ucap Sean memberikan nasehat pada adiknya itu.
" Iya kakak bawel," sahut Citra.
" Kakak serius Citra," sahut Sean dengan wajah seriusnya.
" Citra tau kakak serius," sahut Citra dengan tersenyum lebar.
" Ya sudah sana masuk!" perintah Sean. Citra mengangguk-anggukkan kepalanya.
" Ya sudah Citra pergi dulu da kakak," sahut Citra yang pamit kembali. Sean mengangguk. Citra pun langsung keluar dari mobil Sean.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments