" Kurang adil apa aku kepada mereka. Dari kecil mereka mendapat kemewahan yang tidak di miliki Reya. Hati Reya juga hancur saat dia mengira ayahnya yang sering bekerja keluar kota dan jarang pulang. Adalah Ayah satu-satunya yang ternyata tidak seperti itu kenyataannya. Dia juga hancur saat tau ayahnya mempunyai istri dan anak lain. Dia juga hancur Anggika dan merasa di bohongi. Tapi aku tidak membujuknya seperti Citra saat itu aku malah mengirimnya keluar Negri dan kamu tidak tau apa yang di alaminya selama ini," ucap Argantara.
" Apapun yang di alaminya aku tidak peduli karena itu adalah resiko untuk orang-orang yang menghancurkan kehidupan ku dan juga anak-anak ku. Jadi stop mengatakan apa-apa. Jangan menyalahkak ku atas apa yang terjadi," tegas Anggika.
" Lalu jika kamu tidak peduli. Paling tidak aku harus peduli kepada Reya," sahut Argantara menegaskan.
" Mas!" pekik Anggika.
" Dan untuk itu aku memintamu untuk menerima Reya. Dengan kamu menerima Reya maka Sean dan Citra pelan-pelan juga akan menerimanya," sahut Argantara dengan suara rendahnya.
" Hal itu tidak akan mungkin aku lakukan. Jadi jangan menyuruhku melakukannya. Karena aku tidak bisa menginginkan hal itu," tegas Anggika.
" Apa kamu tidak bisa mengalah sedikit saja!" sentak Argantara.
" Kau menyuruhku mengalah. Apa lagi yang harus aku korbankan mas. Dan apa kamu tidak berpikir dengan Reya tinggal di rumah ini. Bagaimana dia dan Sean nanti. Apa kamu lupa apa yang terjadi hah! Sebelum Sean, Citra dan Reya saling mengetahui hubungan darah di antara mereka ber-3. Sean dan Reya pernah menjalin hubungan!" teriak Anggika mengingatkan pada suaminya dan hal itu membuat Argantara diam sejenak.
" Jadi jangan melakukan sesuatu yang mengundang konflik di dalam keluarga ini," ucap Anggika mengingatkan.
" Aku tau itu. Tetapi mereka tidak ada hubungan yang special. Mereka juga dulu hanya bersahabat dan sekarang adik kakak. Jadi tidak ada yang di khawatirkan," sahut Argantara dengan santainya menanggapi semua yang di khawatirkan istrinya.
" Terserah kamu mas. Aku capek bicara padamu. Jadi terserah mau melakukan apa. Intinya aku tidak akan menerima Reya di rumah ini dan kamu sendiri yang bicara pada Sean dan juga Citra dan jangan salahkan aku jika anak-anak kita akan bertindak yang membuat Reya menyesal tinggal di rumah ini," tegas Anggika yang lelah protes. Tetapi tidak di pedulikan dan akhirnya memilih untuk pergi dari hadapan suaminya tersebut.
" Anggika!" panggil Argantara. Anggika tidak mempedulikan dan tetap melanjutkan langkahnya dengan penuh rasa kekecewaan kepada suaminya yang tidak mendengarkan apapun yang di katakannya.
" Aku mengerti apa yang aku alami dan aku yakin kau akan menerima semua ini dengan pelan-pelan," batin Argantara
Dengan menghela napasnya panjang dan mengusap kasar wajahnha dengan ke-2 tangannya.
*********
Malam hari Sean berada di meja kerjanya. Tidak di kantor tidak di rumah Sean terus saja sibuk dengan pekerjaannya. Mungkin Sean tidak akan memegang pekerjaannya jika dia hanya tidur saja.
Sebenarnya pikiran Sean masih berfokus pada apa yang di katakan sekretarisnya tadi dan dia belum juga menanyakan hal itu dengan sang papa Karena belum bertemu sejak tadi dan di rumah pun kelihatan papanya berada di kamar dengan sang mama membuat Sean tidak ingin mengganggu. Padahal Sean tidak tau jika orang tuanya itu sedang ribut di dalam sana.
Tok-tok-tok-tok.
Ketukan pintu membuat Sean melihat ke arah pintu yang sudah di buka. Belum di suruh masuk pintu itu sudah main di buka saja, siapa lagi kalau bukan Citra yang memakai piyama abu-abu berdiri di daun pintu itu dengan wajahnya yang lesu dengan memegang laptop.
" Ada apa?" tanya Sean.
" Pusing mikirin tugas kuliah," keluh Citra yang berdiri di tempatnya.
" Kemari!" Ajak Sean dengan menggunakan tangannya suara Sean yang begitu lembut memanggil Citra. Citra tersenyum dan Sean langsung menarik satu lagi kursi dan mendekatkan dengan di sampingnya.
" Ayo kemari duduk!" ucap Sean menepuk kursi di sebelahnya dan Citra langsung duduk dengan meletakkan laptopnya di atas meja.
" Katakan apa yang sulit, sampai wajah kamu cemberut seperti ini," ucap Sean. Citra langsung semangat membuka laptopnya dan menunjukkan tugas kuliahnya pada Sean yang memang memiliki kepintaran di atas rata-rata.
" Kamu tidak mengerti?" tanya Sean melihat ke arah Citra dan Citra menggeleng dengan santainya.
" Tidak ada yang sulit Citra, jika kamu ada niat untuk mengerjakannya. Kamu itu bagaimana mau lulus jika ini saja tidak bisa di selesaika," ucap Sean, Citra menyangga dagunya dengan ke-2 tangannya, melihat ke arah laptop.
" Kakak jangan terus mengejekku. Apa Kakak pikir aku sepintar kakak," sahut Citra dengan wajah cemberutnya.
" Citra seharusnya dalam usia kamu yang seperti ini. Seharusnya kamu itu sudah lulus kuliah. Jadi belajar lah lebih giat lagi supaya cepat lulus kuliah," ucap Sena yang mengingatkan adiknya itu.
" Iyaaaaa, sudahlah jangan menceramahiku. Kakak ajari aja Citra. Biar Citra cepat lulus," ucap Citra.
" Baiklah," sahut Sean, Citra tersenyum mendengarnya. Sean pun langsung mengajari adiknya yang mungkin memang bagi Sean itu sangat mudah.
Sean menjelaskan semua dengan rinci, dia benar-benar membantu Citra menyelesaikan tugas kuliah itu. Citra tersenyum dengan memiringkan kepalanya menyanggah sebelah pipinya dengan matanya yang terus melihat kakaknya yang menjelaskan semuanya.
" Kamu mengerti?" tanya Sean melihat ke arah adiknya itu.
" Kenapa aku harus punya kakak yang sangat tampan dan begitu pintar dan sangat penyayang yang selalu menurutiku," ucap Citra memuji Sean denga lembut.
Sean tersenyum mendengar pujian dari Citra. Sean kembali fokus pada laptop Citra dan kembali menjelaskan pada adiknya itu yang Sean yakin Citra belum paham sama sekali.
" Citra kamu itu fokus pada apa yang kakak jelaskan. Jangan malah melihat kakak seperti itu," ucap Sean tanpa melihat ke arah Citra.
" Hmmm, baik kak," sahut Citra goyang-goyang kepala dan akhirnya mencoba fokus pada penjelasan kakaknya mengenai tugas kuliahnya.
" Hmmm, seandainya saja. Papa tidak menghiyanati keluarga ini. Pasti hidup kita jauh lebih bahagia dari sekarang ini," ucap Citra yang tiba-tiba menjadi lesu. Hal itu kembali membuat Sean melihat adiknya itu.
" Jangan melihat masa lalu. Anggap saja ini pelajaran," ucap Sean. Citra hanya mengangguk saja.
" Aku tidak akan membiarkan mereka merebut papa dari ku dan aku sendiri yang akan membuatnya menyesal datang kemari," ucap Citra yang dengan yakin pada tujuannya.
" Kakak mendukungku kan?" tanya Citra butuh kepastian.
" Iya kakak akan mendukungmu. Karena memang orang yang tidak seharusnya ada di sekitar kita. Memang harus pergi dari kita," sahut Sean. Citra tersenyum simpul dan meletakkan kepalanya di lengan berotot kakaknya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
YuliaMile
jd kesian sama reya
2023-04-10
1