Sean yang begitu sibuk di kantornya. Dengan tumpukan pekerjaan yang sangat banyak. Sean menduduki jabatan di perusahaan itu sebagai CEO utama. Jadi sangat wajar jika banyaknya pekerjaan yang menumpuk.
Sean melihat foto dia dan Citra yang mereka berdua memeluk ibu mereka Anggika. Di mana di letakkan Sean di samping laptopnya. Agar terus bisa foto orang-orang yang di cintainya itu.
Sean menghela napas dan mengambil bingkai foto itu. Sean bersandar di bangku kerjanya dengan mengusap-usap foto itu.
" Kalian 2 wanita yang hebat. Aku tidak akan membiarkan ada yang menyakiti kalian. Sekalipun dia seorang wanita. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Aku sudah berjanji akan membahagiakan mama, Citra. Kalian adalah tanggung jawabku yang akan aku bahagiakan sampai kapanpun," batin Sean dengan menatap sendu foto orang- yang di cintainya itu.
" Selagi aku masih hidup. Aku pasti tidak akan membiarkan ada yang menyakiti kalian. Aku pastikan semua itu," ucapnya dengan yakin.
Ceklek.
Pintu ruangan Sean terbuka tiba-tiba membuat Sean kaget dan melihat ke arah pintu yang mana seorang wanita yang berdiri di depan pintu.
" Sorry aku mengganggu," sahut seorang wanita cantik dengan rambut lurus memanjang dengan rok pendek sepan di bawah lututnya dengan belahan sampai pahanya.
" Ada apa?" tanya Sean meletakkan kembali foto itu di atas meja.
" Ini, aku membawakan hasil rekap pemasaran kemarin," sahut wanita cantik itu yang berdiri di depan Sean dengan memberikan apa yang di perintahkan Sean sebelumnya kepadanya.
Sean langsung mengambilnya, " Sekali lagi kau masuk tanpa mengetuk pintu. Kau akan ku tendang dari Perusahaan ini," ucap Sean memberikan ancaman dengan suara dinginnya yang memegang berkas yang barusan di berikan wanita seksi tersebut.
" Aku minta maaf Sean. Aku buru-buru. Kau jangan marah," sahut wanita itu yang terlihat akrab dengan Sean dan wajahnya terlihat merasa bersalah.
" Hitung berapa kali kau meminta maaf padaku," sahut Sean yang tetap sinis tanpa melihat wanita di sampingnya itu.
" Iya, aku janji tidak akan mengulanginya lagi," jawab Karin.
" Ya sudah sana pergi!" usir Sean. Karin menghela napas dan langsung membalikkan tubuhnya yang ingin berlalu.
" Karin tunggu!" panggil Sean, saat wanita bernama karin itu sedang membuka pintu. Wanita yang bernama Karin itu tersenyum begitu namanya di panggil dan dan membalikkan tubuhnya yang merasa bangga di panggil Sean karena sebelumnya Sean marah kepadanya.
" Ada apa?" tanya Karin berusaha santai.
" Kamu meninggalkan pulpenmu," ucap Sean dengan dingin. Mata Karin langsung melihat arah meja di mana ada pulpen karin di sana. Dengan membuang napas kasar. Karin pun akhirnya mengambil pulpen itu. Karin memang sengaja meninggalkannya supaya bisa berlama-lama dengan Sean.
" Makasih sudah mengingatkan," ucap Karin kesal.
" Isss, kenapa juga dia tau," batin Karin berdesis di dalam hatinya.
" Oh iya bagaimana dengan pekerjaan yang aku berikan kemarin?" tanya Sean.
" Hmmm, sudah selesai pastinya," jawab Karin percaya diri.
" Kau serahkan apa yang aku berikan pada direktur utama!" Perintah Sean.
" Tetapi bukannya posisi direktur lagi kosong sementara," sahut Karin membuat Sean menatap Karin serius yang terlihat terkejut.
" Apa katamu?" sahut Sean.
" Iya. Tuan Argantara mengkosongkan posisi Direktur dan direktur sebelumnya di pindahkan ke Surabaya," jelas Karin dengan santai.
" Kenapa bisa di pindahkan?" tanya Sean yang kelihatan memang tidak tau apa-apa.
" Bukannya katanya saudaramu akan menempati posisi itu," sahut Karin membuatnya lebih terkejut lagi.
" Saudara siapa maksudmu, Citra," pekik Sean.
" Ya aku mana tau. Ya setauku hanya itu saudaramu mu dan apa ada lagi memangnya?" Karin kembali bertanya.
" Tidak mungkin," lirih Sean dengan jantungnya berdetak kencang saat dengan cepat sudah menangkap semua yang terjadi.
" Tidak mungkin apa. Ya memang aneh sih. Jika Citra yang menjadi direktur. Kan dia masih kuliah," sahut Karin dengan geleng-geleng.
" Apa yang papa lakukan. Ini tidak mungkin," Sean terlihat memijat pangkal hidungnya dan terlihat prustasi membuat Karin bingung sendiri.
" Sean. Kau baik-baik saja?" tanya Karin memegang bahu Sean dan Sean langsung menepisnya.
" Kau keluarlah!" usir Sean.
" Aku!" sahut Karin.
" Siapa lagi jika bukan kau. Jadi keluarlah!" usir Sean yang kali ini suaranya di kerasakan.
" Oh, oke," sahut Karin yang bingung sendiri dan langsung memilih keluar.
Karena sudah di suruh keluar oleh Sean.
Karin menutup pintu ruangan Sean dengan wajahnya yang begitu bertanya-tanya yang masih kepo apa yang di pikirkan Sean.
" Argggghhh, tidak mungkin papa ingin menempatkan Reya di posis itu. Itu mana mungkin. Papa keterlaluan. Jika hal itu sampai terjadi," batin Sean yang tidak bisa menerima jika apa yang di pikirkannya akan sungguh-sungguh terjadi.
Karin yang berada di depan ruangan Sean terlihat kesal.
" Kenapa sih, dia tidak milirikku sedikitpun. Apa dia tidak bisa melihat jika aku begitu cantik. Kenapa coba dia dingin sekali. Semua usaha sudah aku lakukan. Tapi apa tidak ada sama sekali. Apa aku kurang cantik apa. Dia juga tidak pernah punya pacar. Jadi apa salahnya dia itu membuka hatinya untuk wanita seperti ku. Lagian kami sudah bersahabat lama. Apa tidak boleh sahabat berubah status menjadi teman dekat," Karin terus bergerutu kesal dengan dinginnya Sean kepadanya.
Karin merupakan Sekretaris Sean. Sudah lama bekerja bersama Sean dan bahkan sering ke Luar Kota bersama. Mereka juga bersahabat sejak SMA. Tetapi Sean yang memang begitu dingin tidak sekalipun melirik Karin yang memang Sean hanya menganggap Karin sebagai sahabatnya.
Walau beberap kali Karin menggodanya dan bahkan memberi banyak kode untuk hubungan lebih sari sahabat. Tetapi tetap saja godaan itu tidak mempan untuk Sean ya bagi Sean sahabat adalah sahabat dan tidak bisa berubah profesi begitu saja.
********
Siang hari yang waktunya makan siang. Mobil Sean berhenti di depan kampus Citra. Kelihatan Sean sedang menunggu adiknya itu dan tidak lama terlihat Citra yang berlari menuju mobil Sean. Melihat dari kejauhan saja Sean sudah sangat bahagi di mana wajah Citra yang begitu ceria seakan tidak pernah ada beban di hatinya. Ya apa lagi tadi saat mengantarnya kekampus Citra sedih dan sekarang Citra sudah bahagia kembali.
Begitu Citra sudah berdiri di pinggir mobilnya menunduk mengetuk pintu. Sean pun langsung membuka pintu mobil dan Citra memasuki mobil kakaknya itu.
" Kakak sudah lama menunggu?" tanya Citra.
" Belum," jawab Sean.
" Lalu ada apa kok manggil Citra keluar?" tanya Citra heran.
" Memang kamu tadi ada kuliah?" tanya Sean memastikan.
" Nggak juga sih, cumakan Citra heran. Biasanya jam-jam segini bukannya kakak pasti sibuk kerja ya," ucap Citra dengan wajah herannya.
" Kakak tadi ada meeting di dekat sini. Jadi kakak sekalian bawakan kamu makan siang," ucap Sean menunjukkan kantung plastik putih berisi kotak makanan.
" Wau, apa ini," sahut Citra dengan matanya yang berbinar yang langsung mengambilnya dan bahkan langsung membukanya dan matanya semakin berbinar saat melihat spageti kesukaannya.
" Ya ampun, kak Sean, tau aja perut Citra sudah lapar," sahut Citra dengan senyum simpulnya. Sean tersenyum dengan simpul.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments