" Papa jahat kak. Papa tega-teganya melakukan semua ini. Kenapa papa tidak bisa lupa dengan 2 wanita yang menjadi parasit dalam keluarga kita," ucap Citra yang terlihat menyeka air matanya yang akhirnya menetes.
Sean membuka sabuk pengamannya dan mendekati adiknya itu dengan mengusap-usap pundak sang adik.
" Jangan menangis. Kakak tidak mau melihat adik kesayangan kakak harus menangisi hal yang tidak perlu di tangisi," ucap Sean.
" Kak, aku tidak bisa membiarkan hidup mereka ber-2 bahagia. Kita harus membalas sakit hati mama pada 2 wanita itu," ucap Citra yang menyimpan rasa sakit hati begitu besar sampai mempunyai dendam yang begitu besar.
" Iya Citra. Kakak tau apa yang kamu rasakan. Mereka tidak akan bahagia sedetikpun. Kamu jangan khawatir kakak akan terus ada di sisi kamu," ucap Sean.
" Apa kakak juga akan memihak Citra untuk membuat mereka merasakan apa yang Citra rasakan?" tanya Citra memastikan.
" Iya Citra, kakak akan terus berada di sisi kamu dan juga mama. Semuanya sudah cukup. Kakak tidak akan membiarkan siapapun merebut kebahagian kamu dan mama. Walau itu anak dari papa tersendiri," ucap Sean yang berjanji pada adiknya itu.
Citra merasa jauh lebih baik setelah mendengar perkataan kakaknya. Karen selama ini kakaknya tidak pernah mengingkari janjinya.
" Sekarang kamu turun! Kamu hampir telat!" ucap Sean sembari mengusap-usap pucuk kepala Citra.
" Iya kak," sahut Citra merasa jauh lebih baik dari pada sebelumnya, " Ya sudah kalau begitu Citra masuk dulu. Nanti keburu dosennya datang," ucap Citra pamit.
" Iya, kamu hati-hati, dan belajar yang benar dan ingat jangan memikirkan apa perkataan papa," ucap Sean memberi pesan pada adiknya itu.
" Iya kak," sahut Citra menganggukkan kepalanya pada sang kakak membuat Sean tersenyum lega melihat adiknya tidak menangis lagi.
" Daaaaa," sahut Citra membuka pintu mobil. Sean hanya mengangkat tangannya membalas lambaian tangan adiknya itu.
Sean terus melihat Citra yang memasuki kampus, sampai Citra sudah tidak terlihat lagi.
" Aku tidak membiarkan siapapun yang menghalangi kebahagian mama dan juga Citra. Sekalipun itu anak dari istri ke-2 papa. Aku tau ini bukan salahmu Reya. Tetapi jika kehadiranmu menyakiti orang-orang ku cintai. Maaf aku harus bertindak," batin Sean dengan sorot matanya yang terlihat menyimpan amarah. Kala mengingat wajah adiknya dan juga mamanya dan juga mengingat wajah Reya yang pasti di kenalnya.
Sean menghela napasnya panjang dan membuangnya perlahan kedepan. Baru menjalankan mobilnya menuju ke kantornya. Seharusnya hari ini begitu indah. Namun harus di rusak papanya dengan keputusan yang membuat keluarganya akan kembalikan berantakan dengan kedamaian yang sudah adem ayem selama 5 tahun ini.
**********
Citra berjalan melewati koridor-koridor kampus. Citra merupakan mahasiswi yang yang populer di kampusnya. Selain cantik keluarganya juga terpandang begitulah. Jadi pasti banyak cowok-cowok yang menyukainya.
Langkahnya saja yang santai menjadi pusat perhatian. Apa lagi tiupan angin yang membuat rambut Citra menari-nari. Sehingga Aura kecantikannya itu semakin kelihatan begitu sempurna.
Namun tidak ada yang tau jika wajahnya yang mengeluarkan senyum tipis itu baru saja menangis yang mana tadi terjadi perdebatan dengan papanya dan untung ada kakaknya yang mengobati dirinya.
" Citra!" Panggil seseorang membuat Citra menoleh kebelakang yang mana ternyata wanita seusianya yang berlari menghampirinya.
" Rose," gumam Citra melihat temannya yang sudah berdiri di hadapannya itu.
" Kamu baru datang juga?" tanya Rose.
" Hmmm," sahut Citra mengangguk.
" Hmmm, kamu habis nangis?" tanya Rose mengintimidasi wajah Citra yang dari dekat sangat jelas terlihat selesai menangis.
" Tidak. Tidak apa-apa. Siapa yang baru habis menangis," sahut Citra membantah.
" Kamu pasti bohongkan. Lihatlah aku bisa melihat kamu itu habis menangis," ucap Rose yang sepertinya ahli pakar wajah.
Citra menghela napasnya dengan kasar, " bagaimana aku tidak menangis. Papa sangat keterlaluan," sahut Citra yang akhirnya jujur juga.
" Memang ada apa dengan Om Argantara?" tanya Rose. Rose adalah sahabat dan juga sepupu Citra di mana mama Citra Kaka dari mama Rose.
" Dia akan membawa anaknya kembali ke Jakarta," jawab Citra yang tidak bisa jika harus menutupi apa-apa dari Rose.
" Anak!" sahut Rose yang kelihatan bingung. Citra mengangguk.
" Siapa maksud kamu?" tanya Rose malah terlihat bingung.
" Siapa lagi kalau bukan anak dari wanita itu. Yang merusak rumah tangga mama dan juga papa," sahut Citra.
" Ohhhh, dia," sahut Rose yang sepertinya mengetahui siapa yang di maksud Citra.
" Kamu kok reaksi santai gitu sih," sahut Citra kesal.
" Ya aku harus gimana dong. Lagian kenapa juga Om Argantara harus membawa dia kemari untuk apa coba," sahut Rose kebingungan sendiri.
" Apa lagi. Kalau bukan wanita itu yang memintanya. Mereka pasti mempengaruhi papa," sahut Citra dengan pikirannya yang menuduh tanpa bukti.
" Ya sudahlah Citra. Mau bagaimana pun bukannya keputusan Om Argantara tidak akan bisa di ganggu gugat. Jadi biar sajalah. Kamu jangan memikirkan hal itu. Itu sama sekali tidak ada gunanya," ucap Rose hanya bisa memberi sedikit masukan.
" Kamu benar. Lagian juga ada kak Sean. Jadi untuk apa. Aku harus memikirkan dia. Yang adanya dia harus yang memikirkanku. Biar otaknya mumet sekalian," ucap Citra yang tampak begitu kesal.
" Ya sudah kalau begitu jangan di pikirkan lagi dan jangan menangis lagi. Palingan dia juga tidak akan betah di Jakarta," sahut Rose dengan yakin. Citra mengangguk-anggukkan kepalanya.
" Ya sudah, minggu depan kamu datang tidak?" tanya Rose mengalihkan pembahasan mereka membuat Citra mengkerutkan dahinyam
" Datang, datang kemana?" tanya Citra heran.
" Ulang tahun Barra," jawab Rose.
" Dia ulang tahun?" tanya Citra tampak bingung yang sepertinya tidak mengetahui jika Barra berulang tahun.
" Kamu tidak tau?" tanya Rose bertanya kembali. Citra menggeleng apa adanya.
" Masa sih. Apa itu juga artinya kamu belum mendapat undangannya?" tanya Rose memastikan. Citra kembali menggeleng.
" Astaga, mungkin saja dia akan mengundangmu secara special. Kan kamu wanita istimewa di kampus ini. Jadi undangan mu juga harus yang istimewa," sahut Rose menebak-nebak saja.
" Kamu bisa aja," sahut Citra geleng-geleng
" Memang iya tau. Kamu tunggu karena dia pasti akan datang mengundangmu langsung," sahut Rose.
" Iya-iya," sahut Citra.
" Tetapi kalau di undang kamu datang tidak?" tanya Rose.
" Belum di undang. Jadi aku tidak bisa memastikannya," jawab Citra dengan mengangkat ke-2 bahunya.
" Tetapi aku yakin sih. Kamu pasti datang," sahut Rose dengan tersenyum lebar.
" Terserah kamu deh mau bilang apa," sahut Citra mengiyakan aja dengan senyumnya yang keluar.
" Hmmmm, gini dong Citra kembali tersenyum. Ya sudah ayo kita kekelas," ajak Rose. Citra mengangguk dan mereka berdua dengan saling menggandeng langsung berjalan menuju kelas mereka.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments