DUDUK LAH AMEL

Revan kemudian duduk di sofa dan menyilang kan satu kaki nya, "Sini duduk di samping saya" panggil Revan sambil menepuk tempat di samping nya.

Dengan ragu, Amel pun mendekat dan duduk di samping Revan, "Iya Tuan" jawab Amel mengharap simpatik dari Pria dewasa di samping nya.

"Baik karena kamu menolak tidur dengan ku, jadi saya pikir-pikir, dari pada uang saya terbuang sia-sia, lebih baik kamu menjadi pelayan pribadi saya, sampai saya bosan" jelas Revan dengan menatap Amel yang selalu menunduk.

Amel mengangkat wajahnya, "Terimakasih Tuan, Tuan sangat baik" ucap Amel reflek memegang tangan Revan, tapi Revan tidak protes.

"Mulai malam ini kamu akan bekerja dan kepala pelayan di rumah ini akan memberitahu mu lis keseharian saya" ucap Revan lalu berdiri.

"Baik Tuan" balas Amel dengan sopan.

"Dan satu lagi, kamu bisa tinggal di kamar ini agar lebih mudah mengurus keperluan saya nantinya" sambung Revan.

"Baik, sekali lagi terimakasih Tuan" ucap Amel.

Revan tidak membalas, dia kemudian berjalan keluar dengan karismanya.

Amel menatap punggung Revan, "Nama Tuan baik itu siap, apa dia tidak punya istri" pikir Amel.

"Ah sudah lah, aku tidak perlu memikirkan itu, yang penting sekarang aku tidak bekerja di tempat Mami Kalista" sambung Amel dan kembali duduk di sofa.

***

Beberapa saat kemudian, pintu kamar Revan di ketuk oleh seseorang, Amel segera membuka pintu dan ternyata kepala pelayan yang datang.

"Permisi Nona, kami di perintahkan oleh Tuan Revan" ucap Pak Hari.

"Silahkan masuk Pak Hari" balas Amel sambil memberi jalan untuk masuk.

Pak Hari pun masuk dan di susul beberapa pelayan yang membawa beberapa pakaian untuk Amel dan mengatur nya di dalam lemari, Amel hanya bisa mematung melihat nya.

Setelah para pelayan menyelesaikan tugasnya, semuanya meninggal kamar Revan dan tinggal lah Pak Hari.

Kepala pelayan itu pun menghampiri Amel dan memberikan beberapa lembar kertas.

"Ini apa Pak Hari" tanya Amel.

"Di daftar tugas Nona Amel" jawab Pak Hari dengan hormat.

"Baik Pak Hari dan terimakasih" ucap Amel dengan sopan.

Pak Hari kemudian permisi dan meninggal kan kamar Revan.

Amel kemudian membaca daftar tugasnya, yang berisi tentang melayani Tuan Revan dalam keseharian nya.

"Seperti nya tidak susah" ucap Amel.

"Oh namanya Tuan Revan, sepertinya tidak asing, dimana yah aku mendengar nya" pikir Amel.

"Sudah lah, mungkin nama Revan sangat familiar" sambung Amel kemudian berjalan ke arah lemari dan memilih pakaian yang di bawa pelayan tadi.

***

Malam harinya Amel sedang mondar mandiri di kamar Revan, sambil membaca daftar tugas-tugasnya yang di berikan kepala pelayan tadi.

Tiba-tiba pintu di buka oleh Revan, "Tidak perlu di hapalkan, sediakan saya air hangat, saya ingin mandi sekarang" perintah Revan sambil melepas baju kemejanya, membuat Amel memutar badannya membelakangi Revan.

"Baik Tuan" ucap Amel, lalu segera masuk ke kamar mandi.

Revan tersenyum melihat tingkah Amel, "Gadis yang aneh" gumam Revan.

**

Beberapa saat kemudian, Revan sudah selesai mandi dan hanya memakai handuk yang di lilit di pinggang nya, hingga memperlihatkan perut nya yang seperti roti sobek.

Amel yang sedang duduk di sofa, langsung mengalihkan pandangan nya, agar tidak melihat pemandangan yang bisa membuat wanita meleleh tersebut.

"Kenapa kamu tidak pernah keluar kamar?" tanya Revan sambil memakai bajunya dan tidak peduli dengan keberadaan Amel di kamar nya.

"Rumah Tuan terlalu besar, saya takut tersesat Tuan" jawab Amel tidak melihat Revan.

Revan kembali tersenyum kemudian berjalan duduk di samping Amel, "Amel, di sini sangat banyak pelayan, kamu bisa bertanya kalau tersesat" ujar Revan dengan menatap Amel yang menunduk.

"Saya tidak terpikirkan itu Tuan" balas Amel.

Revan kemudian menunduk melihat Amel dan mengangkat dagu Amel dengan telunjuknya, "Kenapa kamu selalu menunduk, ketika bicara dengan ku, kamu takut dengan ku?" tanya Revan.

Amel langsung mengangkat wajahnya dan menyaksikan wajah tampan Revan, yang sangat berkarisma meski usia nya tidak lagi mudah.

"Maaf Tuan, saya hanya menghormati anda" jawab Amel.

"Lain kali kalau bicara dengan ku, lihat saya" perintah Revan, menatap tajam pada Amel.

"Baik Tuan, ucapan anda adalah perintah, itu adalah peraturan nomor satu" ucap Amel, sedikit gugup, karena terlalu dekat dengan Revan.

"Bagus, gadis pintar" ucap Revan lalu melepas tangannya di dagu Amel.

"Saatnya makan malam" timpal Revan sambil berdiri dan berjalan keluar.

Tampa di suruh, Amel langsung mengikuti langkah Revan.

Amel berjalan di belakang Revan untuk turun kebawa, Revan berhenti berjalan dan menunggu Amel sejajar dengan nya, kemudian berangkul pinggang Amel turun tangga.

"Tapi Tuan" protes Amel.

"Peraturan kedua, pelayan pribadi tidak boleh berkomentar dengan apa yang di lakukan Revan Winata" bisik Revan, membuat Amel terdiam.

Revan memang seorang Casanova, yang tidak bisa melihat gadis secantik Amel berada di dekatnya, tampa menyentuhnya.

Setelah mereka sudah ada di depan meja makan, Revan kemudian menarik kursi untuk Amel, membuat hati Amel langsung meleleh, melihat sikap manis Revan.

"Duduk lah Amel" ucap Revan.

"Terimakasih Tuan" balas Amel, lalu duduk di kursi, kemudian Revan berjalan duduk di kursinya, yang ada di ujung meja.

Pelayan pun menyiapkan makan untuk Revan, karena di dalam daftar tugas Amel, tidak ada menyiapkan makan uang Revan jadi dia diam saja.

Setelah selesai makan, Revan dan Amel kembali ke kamarnya, Amel langsung mengingat daftar pekerjaan nya ketika malam hari, yang tertulis jika malam hari dia harus memijat Revan, tiga kali seminggu.

Sementara itu Revan melepaskan bajunya, "Kamu biasa memijat kan" tanya Revan lalu berbaring tengkurap di atas ranjang.

"Bisa Tuan" jawab Amel.

"Kalau begitu, segera lakukan tugas mu" perintah Revan.

"Siap Tuan" balas Amel kemudian duduk di samping Revan dan mulai memijat belakangnya.

Revan memejamkan matanya, menikmati sentuhan Amel, "Ternyata kamu pandai juga memijat Amel" ujar Revan.

"Dari kecil, saya selalu di suruh Pamanku memijatnya Tuan, jadi sudah terbiasa" cerita Amel.

"Jadi kamu termasuk anak yang penurut, tapi kenapa mereka begitu tega menjual mu" tutur Revan.

Penyataan Revan membuat Amel menghentikan tangannya, karena mengingat kembali perlakuan Bibi dan Pamannya yang begitu tega padanya.

"Mungkin mereka lagi butuh uang Tuan" jawab Amel dengan mulut bergetar, menahan tangis nya.

Revan tiba-tiba memutar tubuhnya, karena mendengar Amel yang menahan tangis nya, membuat Amel tidak bisa menahan keseimbangan nya dan jatuh di atas tubuh Revan.

Revan dapat merasakan buah kenyal Amel yang berada di dadanya, membuat jiwa Casanova Revan bangkit.

Amel segera berdiri, tapi sedikit kesusahan hingga membuat nya terjatuh lagi dan memegang ke dada kekar Revan, yang membuat pipinya jadi merah, "Maaf Tuan" ucap Amel sambil kembali bangkit untuk berdiri lagi.

"Cukup untuk malam ini Amel, kamu bisa istirahat sekarang" ucap Revan, karena dia takut tidak bisa menahan diri nya.

Amel yang merasa malu, langsung menuju ke sofa dan segera berbaring lalu memejamkan matanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!