Tring, sebuah notif pesan masuk ke ponsel Raditya. Dari Beno.
Raditya buka pesan itu saat berhenti sejenak di sebuah perempatan.
Sesungging senyum terlihat di ujung bibir Radit.
"Kena kau Vero" guma Radit bermonolog.
Tatapan tajam sang mama didapat saat Raditya datang.
Masih dengan pak Slamet di samping mama.
"Pak, silahkan pergi. Maaf ya, mama sudah buat repot" ucap Raditya.
"Apa kau bilang? Siapa suruh ganti kode akses masuk ke apartemen kamu" kata mama sudah mulai ngegas aja.
"Serah gue dong, apartemen gue" seloroh Radit membuat mama semakin gemas dibuatnya.
"Kapan kau pulang? Kasihan papa kamu tuh, kerjaannya semakin banyak" keluh mama saat telah masuk apartemen Radit.
"Yeeiii...bukannya papa sudah mengusirku. Gengsi dong Mah" tukas Raditya.
"Raditya, sekali ini aja turutin mama" mohon mama.
"Bukannya sudah berkali-kali ya Mah aku nurutin kalian?" pertegas Raditya.
"Tapi tidak untuk kali ini" tandasnya.
"Kasih tau mama alasan kamu menolak Vero" ucap mama mulai menolak.
"Raditya nggak yakin sama dia" ungkap Radit.
"Apa karena dia suka dunia malam sepertimu?" sanggah mama langsung ke poin inti.
"Yessss" tukas Raditya.
"Kamu sendiri juga suka dunia malam Raditya. Nggak ada yang salah kan?" ucap mama menimpali.
"Itu dulu Mah. Dan aku laki-laki" bela Raditya. Akan sulit untuk bilang mama kalau mama sudah berpegang teguh dengan pendiriannya.
Entah apa yang dikatakan Veronica kepada mama saben harinya, sehingga anak sendiri pun sulit dipercaya olehnya.
"Jangan bawa gender untuk masalah ini" tanggap mama.
Akhirnya Raditya menunjukkan gambar-gambar yang dikirimkan Beno kepadanya.
"Apa mama ingin aku punya istri semacam ini?" ungkap Raditya sambil membuka galeri ponselnya.
"Aku rasa kamu pun pernah melakukannya Radit, bahkan lebih parah. Apa benar yang dibilang oleh mama?" ungkap mama barusan membuat Raditya kalah telak.
"Tak ada yang aku sangkal Mah, tapi tidak sembarang wanita bisa menemaniku dan aku selalu pakai pengaman untuk itu" kata Raditya penuh keyakinan.
"Kau yakin?" tukas Mama.
Pertanyaan mama tak terjawab, karena sebenarnya Raditya tak sepenuhnya yakin setelah mengingat wajah wanita bersuami itu.
"Kenapa kau diam?" sela mama.
Perdebatan demi perdebatan antara mama dan Raditya tetap tak menemukan ujung pangkal.
Mama masih kekeuh demikian juga Raditya.
"Apa kau tak kasihan ke papa kamu? Jika seandainya tuan Rahardian menarik dua puluh persen sahamnya di perusahaan kita" kata mama dengan mimik sedih.
"Jangan drama dech Mah, aku yakin papa pasti punya jalan penyelesaian" balas Raditya.
Beno sebenarnya sudah mengirimi pesan ke Raditya jika tuan Andrian menyusul ke apartemen karena info darinya. Tapi sayang pesan itu tak berbalas.
Beno yang barusan balik ke tempat kerja langsung diinterogasi oleh tuan Andrian, dan dia tak bisa mengelak saat ditanya keberadaan Radit. Dan berakhirlah Beno mengirimi pesan yang tak terbalas tadi.
Mama menangis karena tak berhasil merayu sang putra.
"Sudahlah Mah, nggak usah drama lagi. Radit sudah dewasa. Aku tahu mana yang baik dan mana yang tidak" kata Raditya membuat mama semakin menangis.
"Apa yang kau lakukan?" tatap tajam tuan Andrian tak terima karena sang istri dibuat menangis oleh Raditya.
"Tuh Mah, pembela utama mama sudah datang" kata Raditya.
Sebenarnya mama merasa senang dengan kehadiran papa. Ada kesempatan untuk membuat Raditya terjepit posisinya.
"Pah, Raditya tetap membatalkan pertunangan. Gimana nasib perusahaan Pah??" mama pura-pura semakin tergugu.
Raditya hanya bisa menepuk jidat menghadapi ulah sang mama yang dulunya adalah aktris terkenal itu.
"Mah, sudah dong aktingnya?" kata Raditya.
Jelaslah ucapan Raditya membuat emosi papa naik seketika.
"Raditya" teriaknya.
"Keep calm Pah, cooling down and every smile" Radit malah menanggapi tak serius kemarahan tuan Andrian yang sudah sampai ubun-ubun itu.
"Tarik nafas panjang, tiup pelan. Ingat umur Pah,...he...he..." tukas Radit.
"Makanya umur papa sudah tak muda lagi. Sudah waktunya nimang cucu. Nikahlah sama Vero" ujar papa ikut merayu Raditya.
"Nggak kalau sama Vero. Mendingan aku membujang saja" Raditya tetap saja menolak.
"Radit, apa sih kurang nya si Vero? Cantik, keibuan, kenal baik sama keluarga kita. Dan yang perlu kau ingat, asal usul Vero sangatlah jelas" imbuh mama.
"Tapi Raditya tak mau. Gimana dong?" selanya.
Tuan Andrian sampai mengacak rambutnya kasar. Gemas dengan ulah sang putra yang tak kunjung menyetujui rencana pernikahan.
"Apalagi sih yang kau inginkan Raditya. Dengan kau menikah, saham milik Rahardian bisa kau kelola. Perusahaan akan semakin kuat" terang tuan Andrian. Entah berapa kali dia ucapkan kata-kata itu. Bahkan Radit sampai eneg mendengarnya.
"Pah, Mah aku juga harus bilang berapa kali. Aku tak mau menikahi Veronica. Titik" tegas Raditya.
"Kalau begitu papa lebih baik kehilangan penerus papa daripada harus kehilangan muka" balas papa.
"No problem" jawab Raditya seakan menantang kehendak sang papa.
"Besok akan kuadakan konferensi pers jika kamu bukan lagi penerus Samudera Grub" lanjut tuan Andrian masih penuh emosi.
Raditya hanya mengangkat kedua bahu, tanda menyerahkan semua keputusan kepada sang papa.
Mama malah semakin menangis melihat pertengkaran suami dan anaknya itu.
"Kenapa kalian malah bertengkar? Tau gitu papa nggak usah datang aja" sela Mama ikutan emosi seperti papa.
"Raditya, mengalah lah sedikit" suruh mama.
"Kenapa nggak dibalik Mah, sekali-kali kalian yang tak memaksakan kehendak padaku?" jengah juga suruh mengalah terus akan keinginan kedua orang tuanya. Apalagi kini dia telah dewasa. Umur juga sudah berada di penghujung dua puluhan.
Papa dan mama terdiam, seakan ucapan Raditya tadi baru masuk ke alam bawah sadarnya masing-masing.
"Kenapa kalian diam? Baru merasa?" sindir Raditya.
"Untuk kali ini saja Pah, Mah. Biarkan Radit memutuskan sendiri. Bukankah yang menjalankan pernikahan itu Radit, bukan kalian?"
Tuan Andrian seakan tersentak, nasib Raditya sekarang bahkan hampir sama dengan nasibnya dahulu. Perjodohan bisnis. Kenapa aku ulang kisahku sendiri pada putraku? Bodohnya aku. Batin tuan Andrian.
Perlu pengorbanan panjang untuk mendapatkan restu dari orang tuanya untuk menikahi wanita yang menjadi istrinya sekarang.
"Pah" panggil Raditya karena tuan Andrian masih terdiam.
"Baiklah, aku tak akan paksa kamu. Tapi jika perusahaan kolaps karena ulah kamu ini, maka kamu juga harus ikutan tanggung jawab untuk memperbaikinya" terang tuan Andrian.
"Malam ini juga, kita datang ke keluarga Rahardian. Apapun kata mereka, kita harus tanggung resikonya" lanjutnya.
"Aku sendiri pun tak apa Pah yang kesana" ujar Raditya.
"Aku harus bertanggung jawab" tegas Raditya penuh keyakinan.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
harus donk, masa anak laki di paksa, bener Radit. PP mu aja suruh nika sm tuh vero 😎
2024-10-20
1
Tania
semangattt
2023-01-22
2
Ani
lanjut Thor
2023-01-21
2