"No! Kita belum muhrim" tolak Raditya langsung.
Vero beranjak, mendekat ke Raditya untuk melaksanakan perintah mama. Tapi sebelum itu dia membisikkan sesuatu ke telinga Raditya, "Jangan sok suci loe".
Raditya belum beranjak dari tempat berdirinya. Sementara Veronica sudah berlalu menuju kamar yang ditunjuk oleh mama Radit.
"Radit, sampai kapan kau berdiri di situ? Lekas mandi sana!" hardik mama.
Raditya balik kanan dan berlalu menuju kamarnya.
Veronica tersenyum sinis ke arah Raditya, demikian juga Raditya.
Entah kenapa, Raditya nggak ada nafsu melihat Vero yang meski saat itu pakai gaun dengan leher v dan menunjukkan sedikit belahan dada. Dengan tubuh sintal bak gitar spanyol.
Kalau itu Raditya yang dulu, pasti tak akan menyiakannya.
Raditya berlalu begitu saja masuk kamar mandi, tanpa memperdulikan kehadiran wanita yang sudah jadi tunangannya.
Tunangan di atas kertas, karena sejatinya Raditya tak pernah menyetujuinya.
Mama dan Papa sangat tahu akan hal itu. Sudah banyak usaha untuk mendekatkan mereka berdua.
Kadang sampai mama mengeluh lelah, karena sampai sekarang tak kunjung berhasil.
Raditya sengaja berlama-lama di kamar mandi, agar yang lain tak menunggunya untuk makan malam.
Tapi sepertinya yang terjadi tak seperti harapan Radit.
"Raditya...Raditya" terdengar suara mama menggedor pintu.
Telinga Radit yang terganjal earphone tak begitu mendengar.
"Radityaaaaaa...." panggil mama dengan suara bagai toa.
"Iya Mah" jawab Radit tak kalah kerasnya.
"Kau mau biarkan kami mati kelaparan kah? Aku hitung sampai lima, kalau kamu tak keluar. Kutendang pintu ini" ancam mama.
Raditya tersenyum simpul, senang juga bisa mengerjai mereka semua.
"Oke, aku keluar" kata Raditya membuka pintu dengan handuk yang terlilit di pinggang.
Mama seketika membalik badan.
"Kenapa Mah? Punyaku beda ya sama punya papa?" kata Raditya absurd tanpa rasa bersalah.
"Apaan sih? Kita tunggu di meja makan. Ingat! Enggak pakai lama" ancam mama.
"Siap, mama ku yang cantik yang juga nyonya dari yang terhormat tuan Andrian Marino" canda Raditya.
Dilihatnya satu stel baju di atas ranjang selepas mama keluar kamar.
Tapi dibiarkan begitu saja oleh Raditya dan tak berusaha menyentuhnya.
Dia ambil baju ganti kasual dan juga celana pendek. Meski begitu kesan macho masih nampak sekali di muka Radit.
Saat dekat dengan meja makan, kebetulan bang Mamat melintas di depannya.
"Bang Mamat, bilang bibi. Suruh ambil baju ganti yang ada di atas ranjangku. Dan kalau bang Mamat mau ambil aja untukmu" kata Raditya dan masih terdengar oleh Vero.
Gadis cantik itu mengepalkan erat genggaman tangannya di bawah meja. Bahkan semua tak lepas dari pandangan Raditya.
Hanya ada kursi kosong satu dan itu pun berada di samping Veronica.
"Kamu tak duduk?" tanya papa.
"Emang boleh? Aku nggak duduk?" tukas Raditya.
"Duduk! Jangan biarin Vero nunggu lagi" bela mama.
"Dia aja nggak komplen, kenapa mama yang ribet" seloroh Radit.
"Raditya" panggil papa dengan suara sedikit menaik.
"Iya...iya...aku duduk. Sentimentil banget sih jadi orang" gerutu Raditya.
"Jeng besan, berhubung Raditya sudah gabung kita lanjutin aja pembicaraan kita tadi" ulas mama.
Raditya yang sudah tau ke arah mana ucapan mama segera menyela, "Mau ngobrol apa mau makan? Aku ke sini karena mama mau mengajak makan malam loh. Kalau mau ngobrol, aku minggir" sela Radit.
Semua terkicep mendengar kata Radit yang langsung to the point.
Akhirnya makan malam selesai tanpa pembicaraan penting seperti yang dimaksud mama.
"Raditya, mau kemana?" tanya mama yang masih duduk di tengah dengan Vero dan keluarga.
"Balik apartemen. Makan malamnya sudah selesai kan?" imbuh Radit.
"Duduk dulu!" suruh Mama.
"Sorri Mah, Radit ada janji dengan teman-teman" jelasnya.
"Duduk dulu! Ini tentang acara nikah kamu. Mama dan papa memutuskan pernikahan kalian akan diadakan dua bulan lagi" ucap mama ketus. Kesal dengan polah Raditya yang selalu ingin menunda pernikahannya.
Kurang apa Veronica? Cantik, baik, santun dari keluarga terpandang lagi. Batin Mama.
"Aku nggak mau. Kalau mau dipaksakan, papa saja yang menikah" tukas Radit tanpa mau duduk di antara mereka.
"Lantas kenapa dulu kau mau ditunangkan dengan nak Vero?" hardik papa Andrian.
"Bukannya papa dan mama yang memaksa?" tatap tajam Raditya ke arah papa dan mama bergantian.
"Pokoknya papa sudah memutuskan acara diadakan dua bulan lagi" tegas papa Andrian.
Raditya meninggalkan mansion itu tanpa banyak kata. Menolak tidak, mengiyakan apalagi.
Saat sudah berada di mobil, dan melaju keluar dari gerbang.
Radit menghubungi Beno.
"Selidiki Veronica!" bilang Radit saat panggilan tersambung.
"Ha...ha...ada yang dipaksa nikah nih sepertinya" ledek Beno terbahak.
"Pusing gue" tukas Raditya.
"Ke Club yukkk...lama loh nggak kesana" ajak Beno.
"Ogah gue" seloroh Raditya.
"Masih ingat dengan wanita bersuami itu bos?" Beno masih melanjut ledekannya.
"Bangs4t loe" umpatan Radit membuat Beno semakin terbahak di sana.
"Bos, nggak ingin tahu kabar terkini wanita itu?" kata Beno mulai serius.
"Emang kau tahu?" dahi Raditya mengkerut.
"Enggak" balas Beno.
"Asem kau ini" masih saja mengumpati sang asisten.
"Besok pagi, di meja gue harus ada laporan yang kuminta" seru Raditya.
"Nggak seru bos. Semua orang juga sudah tahu siapa non Vero. Kalau aku suruh milih, mendingan nyari tahu siapa wanita bersuami itu. Lebih menarik" celetuk Beno.
"Emang siapa Vero?" tanya Radit.
"Tunangan tuan muda Raditya" jawab Beno.
"Nggak lucu"
"Emang aku bukan pelawak bos" sahut Beno.
"Oh ya bos, kalau ingin tahu Non Vero. Semua Club malam di kota ini nggak ada loh yang nggak kenal sama dia. Karena Non Vero member VIP mereka" sedikit Beno mengulas. Biar sang tuan muda itu sedikit membuka mata terhadap sang tunangan.
"Oh ya????" tukas Raditya tak percaya.
Putri tunggal tuan Rahardian, adalah penjelajah club malam. Wow banget info Beno. Batin Raditya.
Selama mereka bertunangan, memang Raditya tak pernah sekalipun mengajak Vero jalan. Jadi hanya secuil info yang dia dapat siapa itu Veronica.
"Makanya bos, sekali-kali datanglah ke Club. Siapa tahu ngedapetin belangnya non Vero. Jadi nggak perlu susah-susah nikahin wanita macam tuh" Beno sengaja memanasi sang bos.
"Percuma dong gue punya asisten kalau nggak ku suruh" tukas Raditya tertawa.
"Nggak usah banyak alesan, besok kutunggu kau di ruanganku" kata Raditya. Dan sedetik kemudian panggilan ditutup oleh Radit.
Sesampai di apartemen, belum juga merebahkan badan di ranjang.
Tring. Sebuah notif pesan masuk dari Beno.
"Pucuk dicinta ulam pun tiba" bunyi caption yang ditulis oleh Beno.
Ada sebuah video yang dikirimkan oleh Beno.
Raditya membuka matanya lebar-lebar.
"Nggak usah nunggu besok pagi, kebetulan saja aku pas di sini...sekalian laporan bos" Beno mengakhiri ketikan dengan emoji orang ngakak.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
kasihan jablai kelas kakap/or teri nih vero
2024-10-20
0
Sri Astuti
boroknya Vero sdh kdptan
2023-08-29
1
Lintar Diningrat
bakal ketemu lagi
2023-03-07
1