Tukang becak itu pun menghampiri Rania dengan sebotol air minum.
"Apa kuanterin ke klinik terdekat saja ya?" pikir si tukang becak karena merasa kasihan kepada Rania. Sementara mobil yang berhenti tadi telah melaju kembali.
Tukang becak melirik kartu nama yang diberikan oleh tuan berjas rapi tadi.
"Ooooo namanya Supri? Seperti nama adikku saja. Dibawahnya kok ada tulisan driver? Itu pekerjaan bagian apa ya?" gumamnya sambil mengusap tengkuk.
"Eh..kok malah mikirin tuan yang tadi. Sebaiknya kubawa saja wanita ini" celotehnya.
Dengan nafas terengah bapak tukang becak berhasil memindahkan tubuh Rania yang masih pingsan.
"Mbak...mas...tolong" seru pak becak setelah sampai di pintu depan klinik.
"Ada apa pak?" tanya salah satu petugas.
"Wanita ini tiba-tiba pingsan dan hampir ketabrak mobil tadi" katanya memberi info.
"Bapak kenal dengannya?"
"Ya nggak lah neng, bapak hanya berniat menolongnya saja. Kalau ada yang perlu ditindak lanjuti, hubungi nomer ini saja" kata bapak tukang becak dengan bahasa intelek dan menyerahkan sebuah kartu nama yang diberikan oleh tuan yang tadi.
Rania dipindah ke brankar dan dibawa masuk.
Dokter segera menghampiri keberadaannya.
Rania sayup-sayup mulai mendengar ada yang bersuara di sampingnya.
"Di mana ini?" gumamnya lirih.
"Anda sudah sadar ternyata? Apa ada yang dikeluhkan?" tanya seseorang yang memakai jas putih. Dokter sepertinya. Batin Rania
"Apa yang terjadi?" tanya Rania.
"Anda tadi pingsan di pinggir jalan. Dan seorang tukang becak yang membawa anda ke sini" beritahu dokter itu.
"Apa ada yang dikeluhkan nyonya?" tanya ulang dokter.
"Nggak ada sih dok, cuman pusing aja. Mungkin efek belum makan aja" jelas Rania.
"Ijin saya periksa sebentar nyonya" dokter itu mendekat dan memeriksa Rania.
"Kapan anda terakhir haid?" tanya dokter itu tiba-tiba saat tangannya sedang memeriksa perut Rania.
Deg, Rania baru ingat. Semenjak kejadian itu, hampir dua bulan dia tidak kedatangan tamu bulanan.
"Sekitar dua bulan yang lalu dok" ucap Rania terbata.
"Ooooo, kalau begitu sebaiknya anda melakukan tes urine saja" suruh dokter itu.
Rania memegang botol tempat penampung air seni.
"Silahkan ke toilet dulu" papa dokter itu menyilahkan Rania.
Rania melangkah dengan segala keraguannya.
'Bagaimana kalau aku hamil? Anak siapa ini?' pikirannya kalut.
Rania menyerahkan kembali botol penampung urine untuk diperiksa. Dengan tegang, Rania menunggu hasil.
"Selamat nyonya, anda hamil" kata dokter itu menghampiri Rania dan memberikan selamat.
Rania tertegun. Cobaan apa lagi ini ya Tuhan? Batin Rania menangis.
Dia usap perut yang belum membesar itu.
'Apa ini benar anak dari laki-laki itu? Apa anak mantan suamiku?' berjuta tanya dalam hati Rania.
"Baiklah, akan aku resepkan vitamin untukmu nyonya. Sekali lagi selamat yaacchhh" ujar dokter sambil menulis di kertas resep dan kemudian menyerahkan ke Rania.
"Makasih dok" ucap Rania. Dia melangkah gontai keluar dari klinik itu.
"Apa yang musti aku lakukan, kerjaan aja belum dapat. Ini malah ada berita seperti ini???" hati Rania seakan menangis, meratapi nasib yang telah berubah drastis.
Rania menyegat sebuah taksi untuk kembali ke rumah kontrakannya.
Saat ada penjual rujak buah di pinggir jalan.
"Pak, bisa berhenti sebentar" pinta Rania.
"Baik nyonya" Rania turun dan membeli dua bungkus rujak buah.
Sampai kontrakan, Rania meneguk air mineral yang diambilnya dari galon air.
"Hemmm segarnya" diraihnya rujak yang dibelinya tadi. Dengan lahap Rania memakannya.
Rania berpikir, bagaimana kelanjutan hidupnya. Tak mungkin juga dia melanjutkan melamar kerja dengan kondisi hamil muda begini.
Kalau mau buka usaha, usaha apa. Rania merasa tak punya ketrampilan apapun untuk membuka usaha sendiri.
Uang dari laki-laki itu apa kubuat modal aja ya? Pikir Rania.
Karena kelelahan berpikir, Rania akhirnya terlelap dengan posisi menyandar di kursi tempat dia duduk.
Rania terbangun karena merasakan mual yang luar biasa. Dan rujak yang dimakannya pun keluar semua tak bersisa.
Ibu kontrakan yang tinggal di sebelah pun datang, karena mendengar Rania yang muntah-muntah terus.
"Apa kamu masuk angin Rania?" tanya ibu Marmi sang pemilik kontrakan.
"Nggak tahu juga bu. Rasanya mual banget" beritahu Rania.
Sebelum masuk dan mengontrak di sana Rania sudah menceritakan tentang dirinya. Ibu Marmi yang juga seorang janda memahami apa yang dialami oleh Rania.
"Mau dikerokin, biar badan enteng" seloroh bu Marmi menawarkan diri.
Rania yang tak terbiasa menggeleng lemah.
"Nih, diusapin aja sama minyak angin. Biar badan hangat" saran bu Marmi menyerahkan minyak yang dimaksudnya.
Rania mengoleskan ke tubuh seperti saran bu Marmi.
"Minyak apa ini bu, kok baunya enak" tutur Rania.
"Kalau orang kampung bilang itu namanya minyak angin aja Non" jelasnya terkekeh.
"Istirahatlah, kalau perlu apa-apa jangan sungkan ketuk aja rumah ibu" suruh bu Marmi pamitan.
"Baik bu. Makasih ya" tukas Rania dijawab anggukan bu Marmi.
Pagi-pagi sekali Rania mengalami hal yang sama. Dan bu Marmi kembali datang. Kali ini bu Marmi sedikit memaksa untuk mengeroki badan Rania.
"Kamu pasti masuk angin beneran Non, dari semalam muntah-muntah kamu tak kunjung berhenti juga" ujarnya.
"Kenapa nggak periksa aja? Ibu anterin" sarannya.
"Aku kemarin sudah periksa kok bu" jawab Rania yang sudah menganggap wanita setegah baya itu seperti ibunya. Meski baru kenal.
"Terus?" telisik bu Marmi.
"Aku hamil bu" jawab Rania singkat.
"Apa? Kalau kamu hamil, kenapa kamu mau dicerai nak? Malang nian nasib kamu" ujar bu Marmi ikutan bersedih.
"Tapi aku juga ragu bu, kalau ini anak mantan suami aku" jelas Rania dengan mata sudah berkaca-kaca.
"Aku bingung bu Marmi" Rania memeluk bu Marmi menumpahkan segala kesedihan hatinya.
"Memang berat apa yang kamu alami Rania. Tapi pasrahkan semua kepada Tuhan. Ingatlah di atas langit masih ada langit" bu Marmi memberikan nasehat.
"Alhamdulillah kau masih diberi amanah. Lihat lah ibu, dicerai suami hanya gara-gara tak bisa memberikan keturunan" imbuh bu Marmi dengan tujuan menguatkan hati Rania.
"Jaga amanah itu. Perlakukan dengan baik. Suatu saat pasti ada hikmahnya" sambung bu Marmi.
Rania tetap memeluk bu Marmi, "Makasih bu".
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
to be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Sri Astuti
bgt cara kebaikan bekerja.. ketika orang terdekat menjauh maka kebaikan mendekat melalui orang lain
2023-08-29
1
Muhamad Bardi
untung ibu yang punya kontrakannya baik dan mau percaya sama rania, orang baik pasti ketemu orang baik juga..
2023-03-08
2
Bunda Salma
syukur Alhamdulillah ketemu orang baik ... kehilangan anak di ganti anak, kehilangan orang tua diganti sosok ibu yg baik hati
2023-03-05
3