Rania masih terjaga sampai menjelang dini hari. Rasa lelah seharusnya membuat dirinya terlelap cepat. Tapi ini yang terjadi malah sebaliknya.
Memikirkan kejadian hari ini membuat matanya tertahan untuk terpejam.
"Apa benar aku telah dicerai oleh mas Mahendra? Apa yang terjadi sebelumnya? Apa benar aku memang melakukannya dengan laki-laki itu? Bagaimana jika aku hamil, karena selama ini yang melakukan KB adalah suaminya" pikiran Rania semakin kalut jika memikirkan itu.
Makanan yang dipesan lewat orderan online pun tak terjamah. Sampai makanan itupun dingin.
"Jika memang telah terjadi kesalahan, maafkan aku mas Mahen, maafkan bunda Chiko" air matanya kembali luruh.
Rania terlelap karena kelelahan menangis.
Keesokan hari, saat matahari mulai menaik di atas kepala. Rania pergi meninggalkan hotel untuk mencoba kembali pulang ke rumah kediaman yang selama ini ditinggali olehnya dan juga keluarga kecilnya itu.
Dia sudah tak memikirkan kerjaannya. Yang diingininya sekarang adalah menjalin kembali hubungan baik yang hancur kemarin.
Tok...tok...tok...Rania kembali mengetuk pintu rumahnya.
"Assalamualaikum...Chiko...Chiko..." panggil Rania yang saat ini yakin jika Chiko sedang berada dengan bibi Ijah yang biasa merawat Chiko saat Rania dan Mahendra sibuk bekerja.
Sepulang sekolah, biasanya Chiko memang sering dengan bik Ijah. Apalagi di akhir bulan begini. Rania dan Mahendra akan sama-sama sibuk dan pulang larut malam karena mengejar deadline laporan bulanan kantor.
Hampir lima belas menit Rania berada di depan pintu. Belum ada yang membuka juga.
"Hai Rania, ngapain kau pulang? Bukannya kau sudah ditalak suami kamu?" ujar seseorang yang suaranya sangat Rania kenal.
Ya dialah Riska, sahabat dan juga teman sekolah Rania. Bahkan sekarang juga satu kantor dengannya.
Rania memandang Riska sinis. "Apa aku punya salah padamu Riska? Kau tega" ujar Rania.
"Kau menuduhku?" tukasnya.
"Kau mengelak? Apa yang kau berikan di minuman ku waktu itu?" kata Rania ketus. Selain itu Rania yakin, ada sesuatu yang dicampurkan di minuman yang diberikan Riska kepadanya.
"Jangan asal tuduh" ujar Riska.
"Apa kau punya bukti?" katanya sambil memandang Rania sinis.
"Jadi benar? Kau melakukannya?" tanya Rania tak percaya.
"Ha...ha....iya" jawab Riska terbahak.
Jawaban Riska membuat Rania syok. Tak percaya jika sang sahabat begitu tega terhadap dirinya.
"Apa kau tahu Rania, sudah lama aku menunggu kehancuran kamu" ulas Riska tepat di depan muka Rania.
"Apa salahku?" tanya Rania, mencoba mengungkap alasan Riska melakukannya.
"Hhhmmmm...apa ya? Setahuku sih banyak sekali salahmu padaku" terang Riska.
"Karena begitu banyak yang kau lakukan padaku, sehingga aku sangat membencimu Rania" lanjutnya.
Rania masih terdiam, bertanya-tanya sebab rasa bencinya Riska kepada dirinya.
"Sejak kita sekolah, aku selalu kalah darimu Rania. Mulai dari kepintaran, kecantikan bahkan yang terakhir aku kalah darimu mendapatkan Mahendra suami kamu" kata Riska yang membuat Rania membelalakkan mata. Rasa tak percaya mendengar semuanya.
"Apa kau tahu, apa yang kuberikan di minuman mu waktu itu?" Riska semakin merasa di atas angin karena berhasil menghancurkan Rania.
"Obat per4ngsang...ha...ha...." Riska terbahak.
"Apaaaa????" tukas Rania terbata. Jika benar apa yang dikatakan Riska, kemungkinan besar dia melakukannya dengan laki-laki itu adalah benar adanya. Aku memang mengkhianati suamiku. Batin Rania.
"Iya benar, aku memang memberikan obat itu ke minuman kamu" tegas Riska.
Sebuah tamparan keras dari tangan Rania tepat mengenai pipi Riska.
"Kur4ng ajar kau!!!!" umpat Rania.
"Apa yang kau lakukan????" suara laki-laki menyela. Sepertinya dia barusan datang.
"Mas, dialah yang menjebakku" Rania meraih tangan Mahendra.
"Apa kau ingin melimpahkan kesalahan kamu kepada Riska sahabat kamu sendiri? Picik sekali pikiranmu Rania" ujar Mahendra. Mahendra yang kebetulan pulang, karena hendak mengambil sesuatu di rumah dan kebetulan pula melihat pertengkaran mantan istri dengan sahabatnya.
"Asal kau tahu Rania. Aku malah berterima kasih kepada Riska. Karena informasi dari nya lah aku bisa mengungkap ketidaksetiaan kamu" ujar Mahendra.
Rania menatap tak percaya. Apa benar yang dikatakan suaminya barusan.
"Aku tidak mau berurusan dengan kamu lagi Rania. Aku jijik dengan kamu. Pergilah! Tunggu saja surat dari pengadilan. Dan untuk Chiko jangan coba-coba kau menuntut hak asuhnya, akan kupastikan itu" tegas Mahendra.
"Bukankah aku lebih berhak, karena Chiko masih di bawah umur?" tandas Rania. Untuk pisah mungkin masih diterima Rania. Tapi untuk Chiko tak mungkin Rania membiarkan begitu saja hak asuh jatuh ke tangan Mahendra.
"Ha...ha...dengan semua bukti perselingkuhan kamu. Maka akan mudah bagiku mendapat hak asuh atas Chiko. Camkan itu" ucap Mahendra meninggalkan Rania yang masih berdiri termangu di depan rumah.
Sementara Riska menyusul Mahendra masuk rumah. Entah apa yang dibicarakan mereka, sepertinya Rania tak perduli lagi setelah Rania tahu kenyataannya seperti apa.
Rania memutuskan untuk pergi jauh. Sekiranya nanti Chiko besar pasti dia akan tahu apa yang terjadi sebenarnya.
"Chiko, bunda menyayangi kamu. Maafkan bunda" ucap lirih Rania berjalan menjauh dari kediamannya.
Beberapa tetangga yang selama ini baik dengannya, memandang sinis Rania yang berjalan melewati mereka.
"Cantik wajahnya, tapi sayang hatinya tak cantik" sindir mereka. Rania diam tak menanggapi.
Rania menghentikan sebuah taksi saat dirinya sudah berada di tepian jalan raya utama.
"Ke mana nyonya?" tanya sang sopir.
"Stasiun pak" jawab Rania.
Rania memutuskan pergi ke sebuah kota, di mana dia dulu pernah tinggal di sana untuk melakukan praktek kuliah kerja nyata alias KKN.
Rania akan menemui salah satu teman satu jurusan yang menikah dengan laki-laki asli kota itu. Bahkan hubungan mereka masih terjalin dengan baik dengan rajin bertukar kabar satu sama lain. Rania ingin menenangkan diri.
Dalam perjalanan, Rania mengotak ngatik ponsel untuk memesan tiket kereta melalui aplikasi online. Rania mencari jam keberangkatan kereta yang melewati kota S.
"Heemmmm, masih dua jam lagi yang paling dekat" gumamnya.
"Tapi nggak apa, kutunggu di stasiun aja" katanya bermonolog.
.
"Maaf nyonya, ini sudah sampai stasiun" ujar sang sopir. Entah itu kata yang ke berapa kali. Karena dilihatnya sang penumpang masih tak bergeming.
Sang sopir turun untuk membukakan pintu Rania. "Nyonya, sudah sampai stasiun" ucapnya untuk yang kesekian kali.
Rania terjingkat kaget, "Maaf...maaf pak. Aku kok malah melamun...He...he...".
Rania turun dan mengangkat tas yang hanya berisi beberapa helai baju yang dilemparkan Mahendra saat mengusir Rania kemarin.
"Baiklah, semangat Rania. Apapun yang terjadi, hidup terus berjalan" gumam Rania menyemangati dirinya sendiri.
Rania berjalan memasuki stasiun setelah mengeprint tiket kereta. Sebuah kacamata hitam sudah nangkring saja di mata Rania. Untuk menutupi bengkak pada kedua matanya, karena kebanyakan menangis.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Mamah
semangat Rania
2025-04-11
0
Katherina Ajawaila
mahen picik, niat selingkuh tapi bikin istri. ngk akan berkah. udh kerekere aja mahen 😡
2024-10-20
1
Sri Astuti
kdg sahabat adl musuh dlm selimut
2023-08-29
1