Memalukan

Kriet ....

Sangat pelan Leon memutar handle dan mendorong pintu agar tidak menimbulkan bunyi yang nyaring. Lampu kamar sudah mati, tinggal lampu hias yang menyala namun masih lumayan terang memperlihatkan seluet Allena yang tidur dengan posisi miring.

Glek ....

Pria dewasa itu menelan air liur ketika berjalan melewati Allena. Bahu putih Allena terpampang nyata di depannya dengan keadaan terbuka. Wanita itu memakai baju tipis berbahan satin dengan tali satu terlampir di atas bahu. Yang bawah lebih menggoyahkan hati, paha Allena terbuka sebatas pangkal paha. Luar biasa.

Leon bergeming dan kesusahan menelan air liur. Netranya enggan berkedip seolah tidak rela melewatkan pemandangan indah di depannya.

Tiba-tiba teringat pengalaman pertama di waktu kehilangan keperjakaannya. Dia pernah sekali menikmati surga dunia, dan pada saat ini melihat yang demikian, jiwa kelelakianya berpacu untuk merasai lagi.

Leon menggelengkan kepala begitu sadar dengan keinginannya yang tidak mungkin terwujud, segera berlalu ke kamar mandi demi mendinginkan pikiran panasnya.

Dua puluh menit kemudian, pria itu sudah selesai membersihkan diri. Memakai celana pendek dan hanya bertelanjang dada. Leon memiliki kebiasaan tidak bisa tidur jika menggunakan pakaian formal, terasa gerah dan panas.

Dan, Leon menggaruk kepala. Pandangannya mengitari sekitar. Bingung mau tidur dimana, sedangkan disudut ruangan hanya ada sofa tunggal. Satu-satunya tempat tidur kosong hanya disisi tempat tidur Allena, apakah dia harus tidur disana?

'Akh!' Leon merasa frustasi dengan keadaanya sendiri, terjebak dalam situasi membingungkan. Semua gara-gara grandma.

Dengan menghela napas panjang, akhirnya menuju sisi yang kosong. Berpikir dia langsung tidur tidak mau memikirkan yang aneh-aneh.

"Tidur, Leon, tidur!" gumamnya pada diri sendiri.

Pluk ....

Baru saja memejamkan mata, tiba-tiba terasa ada yang menjulur dan merengkuhnya. Ketika membuka mata, tangan putih Allena sedang mendekapnya.

Pria itu kembali menghela napas dan perlahan menyingkirkan tangan Allena, tapi, kembali lagi dan kembali lagi. Bahkan yang terakhir terasa erat sekali.

Bruk ....

Paha putih Allena ikut menumpang di atas pahanya. Luar biasa sekali. Bola mata Leon sampai melotot dan debaran jantungnya meningkat.

Oh ****! Sesuatu yang kenyal ikut-ikutan menempel dan terasa begitu nyata kekenyalannya.

"Jaga kewarasan, hei, jaga kewarasan!" Leon merutuk diri yang tak berkutik untuk melawan naf su. Bibir Allena merah merona dan tampak menggoda, seolah ingin cepat-cepat disesap.

Tunggu! Rambut ini? Kehangatan ini? Mengingatkannya pada waktu kejadian di klub malam. Seolah seperti dejavu. Wanita itu juga merengkuhnya dan memberi kehangatan yang sama. Dan, entahlah, dia benar-benar seperti sedang mengulang kejadian waktu itu.

Cukup lama dia memandangi wajah Allena, hingga tanpa disadari dia menganggumi kecantikan wanita itu.

"Akh, kamu mikir apa, Leon? Tidak-tidak! Itu tidak benar! Cepat tidur atau otakmu benar-benar menjadi gila." Dia berusaha tidur miring agar tidak melihat wajah Allena lagi yang mana membuat jiwa kelelakiannya semakin meronta.

"Tidur, Zio Khanate! Ayo, tidur. Satu domba. Dua domba. Tiga domba. Empat domba ...."

Sahut ayam berkokok sebagai tanda pagi telah menyambut. Namun dua anak manusia itu masih terlelap dalam buai mimpi. Udara dingin tanpa sadar lebih mendekatkan mereka yang semakin tak bercelah. Satu selimut diisi oleh mereka berdua. Berpelukan hangat dan saling merengkuh.

"Hoam ...." Allena menguap dengan tubuhnya menggeliat. Masih dalam keadaan terpejam, tapi keningnya berkerut dalam. Dia merasa sedang menimpa sesuatu. Guling? Tapi terasa hangat dan nyaman. Bahkan terasa bernapas. Itu seperti manusia.

Tangan Allena menepuk-nepuk sesuatu, dan dia menemukan sesuatu yang keras sedang digenggamnya. Dia belum bisa menebak itu apa dan itu siapa.

Dengan was-was dan berdebar kencang, perlahan dia membuka mata.

"Hei! Kau makhluk apa? Akh ...! Setan! Akh!" Allena berteriak kencang dan berjingkat kaget. Bukan hanya dia, bahkan Leon juga ikut terbangun paksa.

Leon membungkam mulut Allena hingga berhenti berteriak.

"Berhenti! Kau ingin membangunkan semua orang dengan teriakanmu itu?!" serunya.

Mendengar suara itu bola mata Allena melotot sempurna. Dia menghentakkan tangan Leon yang membungkam mulutnya. "Kau?! Ka-u ... ke-kenapa kau ada disini?!"

"Aku ...." Leon tampak ragu menjawab.

Dingin angin pagi menyerbu kulit mereka. Allena baru sadar dengan pakaian yang dikenakan hanya satu lapis, itupun berbahan satin yang dingin dan tipis. Oh my good!!! Baru sekarang dia merutuki kebiasaan buruknya yang tidur tidak bisa menggunakan pakaian dalam.

Reflek menyilangkan kedua tangan di depan dada. "Akh! Aku tanya, kenapa Anda bisa di dalam kamarku?" seru Allena.

"Semalam gradma menyuruhku putar balik arah dan menginap di rumahmu. Jadilah pagi ini aku di sini," jelas Leon menahan gugup.

"Dan kau! Akh, kenapa Anda tidak memakai baju? Apa yang Anda lakukan semalam?"

"Hei, aku tidak melakukan apapun. Tidak! Justru kau yang melakukan."

"Melakukan? Aku melakukan apa?" Allena tidak ingat melakukan apa.

"Kau yang duluan menggerayangi tubuhku."

"I-itu tidak mungkin, Anda berbohong! Mana mungkin aku yang melakukan itu." Allena menggeleng dan menutup tubuhnya dengan selimut.

'Jadi ... suatu yang keras tadi adalah batang ... batang ... akh!!! Memalukan? Benar-benar memalukan!' jerit Allena dalam hati dan turun dari tempat tidur menuju kamar mandi.

Dubrak!

Sepertinya Allena terjatuh di kamar mandi. Leon menatap pintu kamar mandi dan tertawa.

"Apa dia ingat dengan tangannya yang mesum tadi? Ha ha ...."

Beberapa saat Allena terlihat keluar dari kamar mandi dengan seluruh tubuh terbungkus selimut. Hanya bagian mata saja yang terlihat.

'Lucu sekali,' batin Leon. Apalagi Allena berjalan miring.

"Hati-hati! Awas terjatuh lagi."

"Cepatlah masuk ke kamar mandi. Aku mau ganti. Atau Tuan keluar dulu dari kamarku!" usir Allena.

Leon beranjak dan melewati Allena.

'Punggung itu?' Allena melihat punggung Leon yang seolah familiar baginya. "Sepertinya aku pernah melihatnya?"

Setelah Leon masuk ke kamar mandi. Allena segera berganti baju dan turun ke lantai bawah.

"Bi, kenapa Tuan Leon bisa menginap di kamarku?"

"Astaga, Nyonya, bikin kaget saja." Bi Iyah terkejut dengan kedatangan Allena. "Semalam Tuan Leon kembali lagi, katanya mau menginap disini. Ya sudah, saya suruh tidur dikamar Nyonya."

Allena mendengus dan mengepalkan tangan. Ingin memarahi Bi Iyah tapi sungkan.

"Mom ...." Tiba-tiba Queen datang sambil mengucek mata.

"Sayang, kenapa berjalan kesini? Kalau jatuh bagaimana?" Allena menyambut tubuh Queen dan segera digendong.

"Queen mau susu dan telur mata sapi."

"Setiap pagi kau juga mendapatkan menu itu, sayang." Allena mengecup gemas pipi Queen. "Hei, kau tidak mengompol?"

"Queen mimpi indah makanya tidak mengompol."

Terpopuler

Comments

Lovesekebon

Lovesekebon

hehe 🤭

2023-02-10

0

Sumi Sumi

Sumi Sumi

😂😂😂😂😂😂 batang apa th yang d pegang 🤭🤭🤭

2023-01-25

0

Apriyanti

Apriyanti

lanjut thor

2023-01-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!