Name Tag

Pria berwajah dingin itu mengerutkan kening dalam, lalu terdengar dia membuang napas panjang. "Iya, walau Leon sedang di Indonesia, tapi Leon tak henti berusaha mencari anaknya Nadya. Grandma tenang saja."

Dio yang juga sedang berada di ruangan sama dengan tuannya itu hanya diam mendengar perbincangan antara cucu dan sang nenek. Dia orang pertama yang diberi tugas untuk melacak keberadaan anak dari seorang wanita bernama Nadya, namun semenjak enam tahun terakhir ketika gadis bernama Allena Mahara Shin diusir oleh ayahnya sendiri, dia tak bisa melacak keberadaan gadis itu.

Tap! Leon meletakkan ponsel dengan kasar di atas meja, menimbulkan suara cukup keras yang mengejutkan Dio.

"Kemana gadis itu menghilang?! Merepotkan sekali," kesal Leon menjambak rambutnya frustasi. Pria itu menjatuhkan diri di kursi kebesarannya. Grandma selalu memaksanya untuk mencari gadis itu.

"Bahkan aku saja tidak ingat dengan namanya," imbuh Leon.

"Allena Mahara Shin," sahut Dio.

"Kamu hapal namanya, harusnya kamu saja yang menikahi gadis itu," ucap Leon masih dengan nada kesal.

"Eh?" Dio terkejut. "Apa hubungannya dengan saya, Tuan? Bukankah tidak ada sangkut pautnya."

"Diadakan saja. Biar Grandma tidak terus-terusan memaksaku." Leon mendengus. Namun Dio tidak menanggapi hal itu lagi.

"Tuan, saatnya makan siang. Tuan ingin makan dengan menu apa, biar saya pesankan," tawar Dio setelah beberapa saat lalu hening.

"Telur mata sapi." Singkat, jelas dan padat.

Dio mengangguk dan lekas pergi meninggalkan ruangan Leon. Telur mata sapi setengah matang memang kesukaan tuan muda dari J-Leon Grup. Mungkin sebagian orang akan berkomentar aneh dengan menu kesukaan Leon, namun kenyataannya tuan muda itu tidak pernah bosan.

Setelah makan siang, devisi pemasaran produk menyuruh Allena untuk menemui tuan Leon. Membahas rancangan perhiasan yang di desain oleh Allena sendiri.

Tak ada pikiran apapun, Allena melangkahlan kaki menuju ruangan Leon.

Tok tok!!!

"Masuk!" Suara bariton menyuruhnya masuk. Allena menekan handle dan membuka pintu.

"Selamat siang, Tuan. Saya ingin meminta pendapat Anda tentang desain perhiasan terbaru." Allena berwajah biasa, bahkan tak sedikitpun menunjukan kekaguman.

Sedangkan pria yang fokus di depan layar laptop itu belum berpaling sedikitpun ke arah Allena. Juga tak menyuruh Allena duduk dan malah membiarkannya berdiri.

Satu menit, dua menit, hingga tiga menit lamanya, Allena merasa kesal diabaikan oleh pemilik perusahaan itu. Di sini, bukan pria berkuasa itu saja yang memiliki pekerjaan, bahkan pekerjaannya jauh lebih banyak.

"Helo, Tuan, di sini ada orang," ucap Allena berusaha menyadarkan Leon tentang keberadaanya.

"Apa kamu tidak lihat kalau di depanmu sekarang adalah orang?!" jawab Leon tak kalah kesal. Kali ini pria itu mendongak dan melihat ke arah Allena.

"Maaf. Tapi dari tadi Anda diam saja."

"Saya sedang fokus, apa kamu tidak bisa sedikit menunggu!" sentak Leon.

"Maaf." Hanya maaf yang Allena ucapkan sambil menundukkan wajah.

Terdengar ketukan di daun pintu. Tak lama Dio masuk dengan beberapa map di tangannya. Mendekat ke meja Leon dan menaruhnya disana. Pria yang lima tahun lebih tua dari Leon itu melirik pada Allena.

"Dia cantik sekali," batin Dio. Namun, tak berapa lama pria itu melebarkan bola matanya.

"Allena Mahara S!" gumamnya tanpa sadar, dan ucapannya juga mengejutkan Leon. Ternyata Dio sedang membaca name tag Allena yang tergantung dileher hingga menjuntai sampai bawah dada.

Leon mengikuti arah pandangan sekretarisnya, dan pria itu juga terkejut. Nama itu sama persis seperti nama seseorang yang sedang dicari. Jangan-jangan ...?

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***