("Sudah ku duga,dia mengajak ku kesini hanya ingin tau aku sama Kinan ngobrolin apa tadi, ngomong nya gak suka sama Kinan,tapi kepo,gimana sih?") batin Gilang.
"Heh, kenapa diam?" William berseru.
"Eh Iyah sabar Napa bos,galak amat,eemm tadi kita cuma bahas itu aja,apa,eemm saya nanyain dia betah nggak tinggal di sini sama bos gitu." Gilang menjelaskan.
"Dia ngomong apa tentang saya?" tanya William menekan.
"Katanya,bos sangat baik padanya,dia gak ngomongin buruk tentang bos, kalau gak percaya cek aja cctv." Gilang meyakinkan.
"Hmmm,baiklah saya percaya." William menghembuskan nafasnya.
Saat mereka sedang mengobrol, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu, William pun mempersilahkan masuk.
"Pakaian Aden sudah siap, koper nya bibi simpan di depan pintu depan." ucap bi Inem.
"Baik bi terimakasih." William melihat ke arah bi Inem.
"Sama sama den,mari." bi Inem pun membalikkan badannya.
"Tunggu bi!" William menghampiri bi Inem.
"Ada yang bisa bibi bantu lagi den?" bi Inem sedikit menunduk.
"Nanti selama saya pergi,kalau ada tamu yang datang,kecuali keluarga saya, jangan di ijinkan masuk." William memberi peringatan.
"Baik den,hanya itu saja?" bi Inem bertanya.
"Udah itu saja, sekarang saya mau langsung berangkat,mang Darto tidak saya ajak,dia biarkan berjaga jaga di depan." William melangkah menuju luar.
Ketika ia melewati ruang tengah, ternyata kinan berad di sana,ia berdiri ketika melihat William berjalan menuju pintu keluar.
Namun William tak menegur nya,bahkan tak berpamitan dengan nya,ia melangkahkan kakinya dengan dingin melihat ke arah depan.
Gilang yang melihat Kinan memperhatikan keduanya pun hanya melambaikan tangannya,sambil tersenyum ke arah Kinan.
"Daaaah." Gilang tersenyum sambil melambaikan tangannya.
Kinan melihat kepergian mereka dengan tatapannya yang sendu,tak ada kata kata pamit,selamat bertemu lagi,dari suami yang membuat nya akan merindukan nya,tak ada kecupan kening yang selalu ia bayangkan ketika suami pergi atau pulang bekerja.
Semua itu hanyalah bayangan nya, bayang bayang yang entah kapan terjadi atau bahkan tak akan terjadi saat ia mengetahui sikap suaminya,bahkan William tak meliriknya sedikit pun walaupun ia tahu Kinan Sedang berada di sana.
("Aku tak pernah di hargai,bahkan tak pernah di anggap ada,kita tinggal satu atap tapi terasa jauh,kita hanya seperti orang asing yang sama sama tak saling mengenal.") batin Kinan.
"Non Kinan kenapa?" bi Inem menghasilkan Kinan.
"Nggak papa bi." Kinan menghapus air matanya.
"Mending sekarang kita nonton tv yuk non,mumpung den William gak ada." bi Inem menarik tangan Kinan.
"Bi?" panggil Kinan.
"Iyah non." bi Inem duduk di sofa.
"Dia pergi berapa hari?" tanya Kinan.
"Bibi nggak tau pasti berapa hari nya,tapi mungkin dua sampai tiga hari non,emang kenapa non?" jawab bi Inem.
"Nggak papa,oh Iyah bi,saya boleh minta satu permintaan?" ucap Kinan.
"Apa non?" bi Inem penasaran.
"Saya boleh yah,bantu bi Inem beresin kamar dia, saya hanya ingin melakukan kewajiban saya,boleh kan?" Kinan memegang tangan bi Inem.
"Ta-tapi non..." bi Inem bingung.
"Saya mohon bi, mumpung dia gak ada,boleh yah?" Kinan memohon pada bi Inem.
"Ya udah,tapi selama non Willi nggak ada aja yah,bibi gak mau kalau sampai den Willi tau,non Kinan di siksa lagi." bi Inem memperingatkan.
"Iyah, makasih yah bi, sekarang saya mau ke atas dulu." Kinan langsung berdiri.
"Biar bibi antar non." ucap bi Inem,Kinan pun mengangguk.
Saat berada di kamar William,Kinan melihat sekeliling,ia melihat ada pakaian kotor di keranjang,ia pun mendekat ke arah nya.
"Pakaian ini biar saya yang cuci dan setrika bi." Kinan tersenyum, kemudian melihat lihat lagi.
"Iyah non." bi Inem tersenyum.
("Non Kinan wanita yang baik,dia masih bisa melakukan itu padahal William sangat kasar padanya, semoga den William bisa terbuka hari nya.") batin bi Inem.
Mata Kinan tertuju pada sebuah Poto di dinding yang memperlihatkan William dan Putri sedang memakai baju pengantin,mereka terlihat sangat serasi,dari tatapan keduanya memperlihatkan bahwa mereka saling mencintai.
("Pantas saja William tak bisa melupakan istrinya ini, wajahnya begitu cantik,mereka sangat serasi,aku sangat berbeda jauh darinya dan tidak akan pernah sebanding dengan nya.") batin Kinan.
"Non Kinan kenapa melihat foto itu sampai segitunya?" tanya bi Inem.
"Mereka sangat serasi yah bi, laki-laki nya tampan dan wanita nya cantik,mereka pasti saling mencintai,pantas saja dia tidak bisa melupakan istrinya." Kinan memandangi foto tersebut.
"Bibi belum kenal betul dengan non Putri,tapi selama tinggal di sini dia memang wanita yang baik non, kasihan sekali hidupnya harus berakhir tragis." ucap bi Inem.
"Iyah Bi, sepertinya saya tak akan pernah bisa menggantikan dia di hatinya,saya terlalu kepedean berharap bisa bersanding dengan nya." Kinan tersenyum getir.
"Non Kinan,bibi yakin non bisa merubah sikap den William seperti dulu lagi, yang ramah,periang, penyayang dan yang pasti sangat perhatian kepada siapapun, sekarang sikapnya jadi dingin setelah kecelakaan itu." bi Inem membayangkan William saat dulu.
"Oh Iyah bi, waktu kecelakaan itu mereka baru menikah berapa lama?" Kinan penasaran, karena ia belum pernah menanyakan hal itu.
"Itu dia yang mungkin membuat den William sampai trauma seperti itu non,mereka baru saja menikah selama dua hari,dan saat kecelakaan itu,mereka berniat akan bulan madu ke luar negeri." bi Inem duduk di pinggir tempat tidur.
"Ya ampun, pantas saja, William sampai seperti itu." Kinan membayangkan bagaimana perasaan William saat tahu putri telah meninggal.
"Iyah non,eemm non Kinan sendiri saat itu akan pergi kemana?" tanya bi Inem penasaran.
"Saat itu,kami akan merayakan ulang tahun saya bi,ayah ingin mengajak saya dan ibu ke restoran bintang lima yang sudah di pesan oleh ayah." Kinan menceritakan.
"Terus non tidak punya saudara lagi di sini?"tanya bi Inem.
"Tidak bi,dulu,saat ibu dan ayah menikah mereka tidak ada restu dari orang tua mama, karena waktu itu ayah belum mapan, sehingga dari desa mereka memutuskan untuk hidup berdua di kota,dan sampai memiliki aku sebagai anak mereka di kota ini." Kinan berdiri menatap cermin.
"Jadi,non masih punya saudara di kampung?" tanya bi Inem.
"Ada bi,orang tua dari ayah selalu mengabari kami,bahkan mereka tau aku,tapi dengan terjadinya kecelakaan itu,aku tak bisa lagi menghubungi mereka karena handphone kami semua rusak terbakar di mobil tersebut." Kinan mengingat kejadian kecelakaan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments