"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Al-gavi hakimi bin Muhammad hadid hakimi dengan saudara saya yang bernama shinta Argetia dengan maskawinnya berupa uang sebesar 10 juta dan seperangkat alat sholat tunai.”
"Saya terima nikahnya dan kawinnya Shinta Argetia binti alfarid kurniawan dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai."
"bagaimana para saksi sah?"
"Sah"
"Sah"
"Alhamdulillah, Baarahallahu likulii wahidimmingkumaa fii shaahibihi wa jama'a bainakumma fii khayrin"
beberapa orang yang berada di dalam ruang rumah sakit nampak berdoa bersama.
"silahkan mempelai wanita, menjabat tangan mempelai wanita, sang mempelai pria juga mencium kening mempelai wanita" titah sang penghulu.
shinta dengan malu-malu menggapai tangan mengapai tangan gavi, dan mencium nya.
sedangkan gavi memegang ubun-ubun shinta dan mengucapkan do'a "Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa ‘alaih. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha ‘alaih."
setelah itu gavi segera melepas kan kepala sang istri dan tertunduk "maafkan mas sayang, maaf karna mas tidak bisa menepati janji mas untuk menjadi kan kamu Satu-satunya, tapi mas janji, mas janji hanya kamu yang selalu nomor 1 di hati mas" gavi menggumam dalam hati.
perasaan bersalah, takut dan menyesal menyelimuti nya, dia begitu takut dewi mengetahui nya dan menceraikannya, dia tidak bisa, sungguh dia begitu mencintai dewi, dia tidak ingin kehilangan istri nya itu, apalagi sekarang sang istri tengah mengandung buah hati mereka, hasil dari cinta merka.
"sekrang kalian telah sah menjadi suami istri, semoga kalian selalu di beri kebahagiaan dan selalu sakinah mawadah warohmah" ucapan sang penghulu membangunkan gavi dari lamunannya.
gavi hanya tersenyum sebagai penghargaan nya terhadap sang pengulu, sekarang yang di benaknya adalah, bagaimana cara dia menjelaskan pada dewi, jika kemungkinan sang istri mengetahui ini.
"S-sayang Terima k-kasih, s-sudah m-mau mengikuti k-kemauan i-ibu" kata ibu gavi.
gavi lagi-lagi hanya tersenyum "gavi udah ngikutin kemauan ibu, sekrang ibu harus sehat ya"
"i-iya syang, s-sekarang k-kamu m-mau t-tinggal dengan i-istri mu d-dimana? " tanya ibu gavi
"biarkan untuk sementara ini mereka tinggal disamping rumahku, kebetulan itu rumah mendiang ayah dan ibuku, dan tidak ada yang menempati nya" saran ibu shinta.
belum sempat mereka membalas ucapan dari ibu shinta suara penghulu membuat mereka tersentak dan menatap penghulu tersebut "Mohon maaf ibu/bapak, jika sudah tidak berkepentingan saya mohon undur diri".
" ah iya maaf Pak, silahkan, terima kasih atas bantuannya." ucap Ibu shinta.
sang penghulu hanya mengangguk dan segera beranjak pergi, di penyelenggaraan akad nikah itu memang hanya di hadiri oleh ibu shinta dan gavi, penghulu dan beberapa suster yang dijadikan saksi,sedangkan ayah shinta sudah bercerai dengan ibu nya, dan tidak tahu dimana, jadi ayah Shinta tidak hadir untuk menikahkan sang anak.
ayah gavi sendiri, gavi tidak tau ada dimana, terlalu terburu-buru melakukan apa yang di inginkan sang ibu, membuat gavi lupa mengabari sang ayah.
"tapi saya sekarang msih ada istri lain , jadi saya tidak bisah tinggal tetap dengan shinta" ucapan gavi itu membuat para ibu-ibu itu terdiam.
"tapi akan saya usaha kan untuk bersikap adil, saya akan tetap memberikan nafkah lahir dan batin kepada shinta, akan saya usaha kan untuk tinggal beberapa hari dengan nya, dan juga dewi" gavi tau itu akan membuat dewi curiga, tapi tidak ada cara lain.
dia harus bersikap adil terhadap istri nya.
dia tidak boleh memilih dalam memberikan kasih sayang. tapi tentu saja cinta nya akan selalu lebih besar untuk dewi.
mendengar penjelasan gavi, membuat ibu dari shinta dan gavi mengangguk setuju, tidak ada cara lain selain mengikuti saran dari gavi.
"k-kalian pulang lah, ibu baik-baik s-saja, l-lagi p-pula disini a-ada ibu shinta y-yang menemani i-ibu"
"baiklah aku akan pulang, nanti gavi akan mengabari ayah,tapi ibu, berjanji lah untuk menjaga rahasia ini, biar gavi yang memberi tahu kan istri gavi bilah sudah ada waktu yang tepat" ucapan terkahir gavi sebelum dia beranjak keluar dari ruangan sang ibu.
melihat gabi gavi dan shinta yang sudah pergi, dengan segera ibu gavi melepaskan selang oksigen dari mulut nya.
"alat sialan ini sangat merepotkan" kata ibu gavi.
melihat itu ibu shinta hanya menggeleng kan Kepala nya. "ini idemu jadi ya kau yang harus menanggung nya"
"tapi bukan kah ide ini berhasil? lihat lah sekarang mereka telah sah menjadi suami istri, sah dalam agama dan negera, haha aku begitu puas, meski harus bersandiwara seperti ini untuk beberapa hari kedepan." kata ibu gavi.
"ya kau memang pintar sekali besan ku" mereka berdua kompak tertawa, begitu puas dengan apa yang telah mereka rencana kan..
ya, itu semua memang hanyalah sandiwara, kecelakaan orang yang menelfon gavi, itu hanya orang suruhan ibu gavi. dia tau ini salah, tapi dia begitu puas, puas karna keinginan nya tercapai.
...----------------...
sedangkan itu di dalam mobil, dua orang manusia duduk dengan canggung, tidak tau harus berbuat apa dan berkata apa, jangankan berbicara, bergerak saja mereka berdua begitu sungkan.
"maaf, maaf karna ibuku memaksa kamu menikah dengan ku" akhirnya gavi berani membuka suaranya. dia tidak ingin memiliki hubungan yang terkesan canggung, karna dia tahu, shinta sekarang adalah sebagian dari dirinya, jadi dia harus membiasakan diri.
"tidak apa, aku juga minta maaf karna tidak bisa menolak ibu ku, aku begitu menyayangi nya, aku tidak ingin membuat nya sedih karna penolakan ku" jawab shinta.
selanjutnya tidak ada percakapan lagi. mobil yang di tumpangi oleh mereka diisi dengan keheningan, merka sibuk dengn pikiran masing-masing.
"di depan, rumah ber chet hijau itu rumah nenek ku" kata shinta.
gavi memeberhenti kan mobilnya di jelan tepi dekat rumah yang di tunjuk oleh Shinta
rumah sederhana tapi begitu terawat.
"ayo masuk" kata shinta, gavi hanya mengangguk dan mengikuti langkah shinta.
ceklek
suara pintu terbuka, mereka berdua berjalan beriringan menuju ke dalam rumah itu.
"aku aka-" belum sempat shinta menyelesaikan ucapan nya, suara deringan handphone gavi memotong ucapan nya.
"tunggu sebentar" gavi berjalan menjauh, dan mengangkat telfon nya.
"istriku" nama kontak itu yang memanggil gavi.
melihat itu Seketika rasa bersalah kembali menyeruak di dalam dada nya, mungkin rasa bersalah dan permintaan maaf tidak bisa menghapus kesalahan nya pada sang istri tapi dia berjanji akan selalu mencintai istri nya melebihi apapun.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments