Wanita Indigo
Bab 1 Batu Bertuah
Di lereng gunung Slamet, masih banyak pepohonan yang lumayan sangat lebat. Pohon pinus yang menjulang tinggi seperti menara tower.
Suara kicauan burung yang begitu menggelegar ketika di pagi hari.
Ketika pagi tiba banyak kabut gelap yang menutupi area pegunungan itu udara yang bersih air yang bersih jika anda menilai mungkin saja sangat mengagumkan bukan?
Di desa sangkanayu tepatnya di kabupaten Purbalingga, ada wanita sekitar berumuran 15 sampai 16 tahun sedang mengais sungai untuk dikeruk pasir dan dikumpulkan.
Ketika pasir itu sudah penuh sekitar berapa sak akan dikumpulkan di pinggiran sungai. untuk mencari pasir di sungai harus di musim penghujan karena ketika air sungai sedang banjir maka di situlah pasir akan berguguran sehingga banyak orang di sekitar juga mencari pasir dikumpulkan untuk menjadi rezeki.
Diantara lusinan manusia yang sedang mengais rezeki dengan cara mengeruk pasir ada salah satu wanita berpakaian hitam namun ada baju yang bolong-bolong karena sudah tidak layak dipakai.
wanita itu memiliki rambut hitam yang diikat ke belakang dan rambut itu sangat lurus seperti air terjun mata yang malakonis berwarna hitam pekat wajah sedikit cantik tapi sedikit terawat Dia sedang mengeruk pasir dengan semangat.
Wanita itu bernama, Nina Dragundala.
"Srook!"
"Srook!"
"Srook!"
Nina sedang menggaruk pasir menggunakan alat seperti tampah yang cekung ke bawah untuk mempermudah mengambil pasir itu.
Karena saking semangatnya dia untuk mengais pasir dia memasuki ke air yang sedikit dalam. bukan hanya itu saja kadang-kadang dia sedikit sembrono dan tidak berhati-hati dia menggunakan tangannya untuk menggaruk pasir itu sehingga di tumpukan pasir ada pecahan kaca yang mengenai tangannya.
Meskipun begitu dia masih tidak merasakan sakit itu anggap saja sakit itu adalah sakit hanya digigit semut.
Namun entah kenapa ketika dia selesai mengambil pasir di kubangan air yang sedikit dalam tiba-tiba matanya tertuju kepada tebing yang ada sedikit gua kecil dia melihat batu merah yang sedikit menyala.
“Apa itu?” Nina tertegun dia ingin tahu, bahkan dia seperti tersihir oleh batu merah itu.
Karena dia sepertinya tersihir oleh batu berwarna merah akhirnya langsung bergegas untuk mengambil batu sebesar biji kelereng yang berwarna merah.
Hanya membutuhkan berapa menit dia langsung tiba di tebing yang ada guanya untuk mengambil batu berwarna merah.
Tangan kanan itu yang terkena serpihan kaca menetes darah sedikit deras dan langsung meraih batu itu tanpa berlama-lama.
Apa yang tidak disadari oleh Nina adalah darah yang menetes dari tangannya meresap ke dalam batu merah itu. sehingga tipe-tipe batu berwarna merah itu bercahaya seperti lampu neon yang berwarna merah langsung melesat masuk ke dalam otaknya.
"Ahh..!"
Nina menjerat kesakitan sehingga dia terjatuh sampai tidak sadarkan diri.
Suara jeritan itu akhirnya terdengar kepada semua orang yang sedang mengais pasir di sungai.
“Hei ..., cucu mu dia kenapa dia tiba-tiba menjerit..” Ada salah satu wanita berumur 30 tahunan berkata kepada nenek yang sedang berada di sebelahnya.
Nenek itu langsung bergegas berjalan sangat cepat untuk menghampiri Nina. ketika dia melihat nya tiba-tiba Nina sudah tidak sadarkan diri sedang terbujur lemas ditumbuhkan batu sungai.
“Nak, apa yang terjadi kepadamu.” Nenek itu berteriak mencoba membangunkan. Namun, hasilnya sama saja tetap nihil.
kemudian dia menggeledah semua tubuhnya untuk mencari sesuatu yang mencurigakan hanya membutuhkan berapa detik, dia menemukan telapak tangan kanan Nina berdarah.
“Ya ampun nak ..., Kenapa kamu selalu ceroboh dan sembrono.” Nenek itu menggerutu sambil meraih tubuh Nina dan menggendong untuk dibawakan ke rumah.
Nenek itu bernama Maryati dia adalah salah satunya orang yang merawat Nina dari kecil hingga besar Bahkan dia merasa sangat kasihan dengan Nina.
Dia merelakan tidak sekolah hanya sampai di sekolah menengah pertama untuk membantu dirinya mengambil pasir di sungai.
Maryati setelah menggendong sekitar 6 meter dia melewati kerumunan orang-orang yang sedang mencari pasir dia berteriak: “Mungkin hari ini aku akan berlibur sebentar karena cucuku tiba-tiba tidak sadarkan diri.”
“Oke.. baiklah semoga cucumu baik-baik saja..” para kerumunan yang sedang mengais pasir berteriak khawatir bahkan semua orang yang berada di situ merasa kasihan dengan Nina.
Nina adalah anak yang berbakti kepada orang tua Tapi sayangnya kebaktian itu tidak melihatnya karena berumur 2 tahun sudah ditinggal pergi selamanya oleh kedua orang tuanya.
Berapa menit kemudian akhirnya Maryati sudah tiba di rumahnya. rumah itu masih menggunakan anyaman bambu di pinggirnya dan masih menggunakan rumah gaya joglo.
Maryati membuka pintu.
"Klerek...!"
Suara pintu kayu yang dibuka oleh Maryati dan suara itu sangat khas sekali.
Kemudian dia membawakan Nina untuk pergi menuju ke kamar.
Setelah itu dia menaruh tubuh Nina ke kasur yang jelek, keras, dan tidak empuk.
Setelah sudah meletakkan, Maryati berkata sambil memandang Nina.
“Nak, semoga kamu di masa depan menjadi orang yang sukses, nenek ini tidak tega melihat mu menderita seperti ini,” kata Maryati. Kemudian dia keluar dari kamar Nina untuk pergi ke dapur untuk membuat teh manis agar di berikan Nina ketika sudah siuman.
Ketika Nina sedang berada sendirian di kamar, tiba-tiba matanya membuka.
“Uhh.. apakah aku pingsan?” Nina bangun dari tidurnya. Dia melihat di samping akhirnya paham bahwa dirinya pingsan dan di bawa ke tempat tidur oleh neneknya.
Dia masih merasakan rasa sakit pada waktu itu, dan setelah pingsan, akhirnya rasa sakit di kepala sedikit berkurang.
Namun ketika dia sedang mengupil, matanya tertuju kepada gelas kosong yang sudah pecah di tanah, tiba-tiba ada sederet informasi.
[Benda Gelas Pecah: Barang yang cukup keras, walaupun sudah pecah separuhnya tapi, jika di gunakan untuk memukul kepala orang akan kesakitan]
“Hahh?” Nina bodoh di tempat. Dia mengusap-usap matanya karena takut ilusi.
Dia memejamkan matanya berapa detik. Kemudian dia menatap ke arah Lemari.
[Benda Lemari: Apakah Anda begutu miskin? Lemari yang sudah rusak dan lapuk masih saja di gunakan?]
Nina masih bingung tentang tulisan yang muncul di pengelihatannya. Meskipun begitu, dia sangat marah ketika sederek tulsan itu sepertinya mengejek kepada dirinya.
Dia menggelengkan kepalanya terus menerus sehingga tiba-tiba pintu terbuka keluarlah Maryati.
“Nak.. apakah kamu sudah bangun, kamu membuat ku khawatir saja..” Maryati bergegas langsung ke arah Nina seketika duduk sambil memegang tangan kanannya.
Nina saat ini belum bereaksi karena ada tulisan lagi di matanya.
[Nama Maryati. Wanita tua paruh baya yang hobinya selalu ngerumpi. Anda sebagai wanita yang baik hindari ghibah karena tidak baik.]
‘Sial.. tulisan apa ini..’ Nina sungguh takut dia berteriak di dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Dr. Rin
Coba bikin pake pov 1 thor 😁 sapa tau cocok
2023-06-12
0
𒁍⃝Ғνᷤcͣκᷜɪͭиͥʙ⨻ꚃтʌʀÐ︎᚛➢
iki nungkin, burunge sing ndue Atta Gledek, alias Atta Halilintar
2023-03-06
1
Nasir
Kakak ceritanya seru, tentang kehidupan di desa yg anak2 remajanya harus membantu perekonomian keluarga. Kasian.... Tapi yg kurang dari Kakak adalah tanda baca, koma hampir tidak ada. Hehehe maaf Kak, si Pemula mengasih tahu...
2023-01-27
2