Djiwa sudah mengeluarkan motor Supra bututnya dan menunggu Mawar keluar rumah. Jaket tebal ia kenakan dan ada dua helm yang sudah dibawakan Rendi. Kali ini Djiwa meminta helm baru, tak mau lagi ia disuruh membeli barang bekas milik asistennya.
Tak perlu menunggu lama, Mawar yang selalu tepat waktu pun keluar dari dalam rumah. Ia juga mengenakan jaket dan celana jeans panjang. Senyumnya langsung merekah melihat Djiwa sudah di depan menunggunya.
"Pagi Mas Djiwa. Wah semangat sekali ya Mas Djiwa kalau bekerja?" sapa Mawar.
"Tentu dong, Mawar. Jakarta memang keras tapi aku yakin kalau kita mau bekerja lebih keras dibanding yang lain, maka kita akan bisa menaklukan kerasnya Jakarta," jawab Djiwa sambil tersenyum.
Mawar terpukau melihat senyum tampan Djiwa di bawah cahaya lampu. Macam aktor terkenal saja lelaki yang ada di depannya. Pantas kemarin pembelinya kebanyakan kaum Hawa, pasti terpukau dengan ketampanan tunangan palsunya tersebut.
Tak terasa wajah Mawar memerah. Cepat-cepat ia membuang pandangannya dan mengalihkan ke topik yang lain. "Ini motornya? Helmnya masih baru ya Mas?"
"Iya. Sepupuku dapat dua dari beli motor baru dan diberikan sama aku sebagai bonus." Untung saja helm yang Rendi berikan adalah helm salah satu merk motor, berwarna hitam dan ada tulisan Dahon (dibalik) di bagian belakang.
"Ayo kita berangkat!" Djiwa mengambil satu helm dan memakaikan ke kepala Mawar. Jantung keduanya berdegup kencang ketika berada dalam posisi sedekat ini. Aliran listrik penuh setrum rasa tertarik mulai terasa, Djiwa yang memutus aliran terlebih dahulu. Djiwa sadar aliran yang mengalir dalam dirinya bisa membawa Mawar ke atas tempat tidur.
Djiwa pun naik ke atas motor dan Mawar pegangan jaket di bagian pinggangnya. Udara sepertiga malam terasa menusuk kulit. Beruntung Djiwa memakai jaket tebal. Jalanan yang kosong dan hanya beberapa kendaraan lalu lalang membuat perjalanan ke Pasar Induk terasa lebih singkat. Mawar pun mulai berbelanja sementara Djiwa melihat keadaan sekitar.
Toko bahan plastik menarik perhatian Djiwa. Ia pun berjalan mendekat dan melihat aneka wadah makanan. Insting bisnisnya bekerja. Ia minta ijin untuk foto dan akan ia bicarakan dengan Mawar nanti di rumah. Djiwa bertekad akan mengurangi jumlah lelaki centil yang lebih banyak nongkrong dan menggoda Mawar dibanding membeli.
Selesai berbelanja, Djiwa kembali mengemudikan motornya pulang. Rasanya naik motor butut jauh lebih enak daripada berdesakkan di mobil pick up. Mereka bisa mengobrol di tengah perjalanan, tak perlu berbisik karena takut di dengar orang lain.
"Mawar, kamu tak mau mengembangkan usaha ayam penyet kamu?" tanya Djiwa seraya membersihkan ayam.
"Mengembangkan? Bagaimana caranya Mas?" Mawar yang sedang mengupas bawang merasa tertarik dengan pertanyaan Djiwa.
"Banyak caranya. Salah satunya mendaftarkan ke aplikasi ojek online. Pembeli kamu pasti akan lebih banyak," usul Djiwa.
"Caranya gimana, Mas? Aku pernah dengar sih dari penjual sayur. Katanya usaha minuman es anaknya laku sejak dimasukkan ke aplikasi online. Mas Djiwa tau bagaimana caranya?" tanya Mawar.
"Tau. Kemarin sepupuku kasih tau di telepon. Aku dikirimi makanan sama dia. Aku penasaran jadi aku nanya. Ternyata gampang caranya tapi sebelum daftar kamu harus punya persiapan dulu," jawab Djiwa.
"Persiapan? Persiapan apa?"
Djiwa mencuci tangannya dan duduk di bawah bersama Mawar. Ia mengeluarkan ponsel butut miliknya dan menunjukkan foto yang ia ambil tadi. "Ini contoh kemasan makanan. Kalau pakai ini pasti ayam penyet kamu akan terlihat lebih menarik, apalagi ditambah dengan stiker di atasnya. Meski usaha kamu adalah jualan ayam penyet rumahan, orang tak akan tahu karena terlihat seperti restoran mahal."
Mawar mendengarkan ide jualan Djiwa yang terlihat begitu meyakinkan. Cara Djiwa menjelaskan pada Mawar begitu simple, membuat Mawar mudah mengerti apa maksud Djiwa.
"Aku setuju, Mas. Kapan kita bisa mulai?" tanya Mawar dengan penuh semangat.
Djiwa mau menjawab sekarang, namun Djiwa tersadar kalau dirinya saat ini sedang berakting. Djiwa adalah pemuda polos yang minim pengetahuan, bukan pengusaha sukses yang tinggal menjentikkan jari sudah mendapatkan apa yang diinginkan. "Aku tanya sepupuku dulu ya, Mawar. Rencananya sore ini dia akan datang, nanti aku tanya bagaimana caranya. Dia pintar, pasti mengerti."
"Sepupu Mas nanti merasa direpotkan tidak? Aku tak mau merepotkan sepupu Mas Djiwa," kata Mawar tak enak hati.
"Repot apa dia? Ide dari aku. Modal dari aku. Menang gaya doang kok repot," batin Djiwa.
"Tenang saja. Dia baik kok orangnya. Pasti mau membantu," jawab Djiwa. "Makin besar kepala deh tuh asisten lucknut," batin Djiwa.
"Oh yaudah kalau memang seperti itu, Mas. Aku ikut saja."
Selesai dengan tugasnya, Djiwa kembali ke kontrakkannya. Ia menelepon Rendi dan menjelaskan rencananya. Sore harinya saat jualan mereka sudah hampir habis (Semua karena ketampanan Djiwa sudah terkenal, kini banyak ibu-ibu yang datang), Rendi datang bak tamu yang sangat dinantikan kehadirannya.
"Biar aku yang daftarkan. Mawar siapkan saja berkas yang aku minta. Kalau masalah box makanan dan sablon, gampang itu. Teman aku ada yang buka bisnis seperti itu. Nanti aku pesankan." Rendi benar-benar seperti pahlawan sejati, membuat Mawar merasa sangat tertolong. Tak tahu saja Mawar kalau Djiwa sejak tadi mencibir asistennya. Dia yang berusaha tapi asistennya yang dapat pujian.
"Terima kasih, Mas. Mas Rendi banyak membantu saya, entah dengan cara apa saya dapat membalas kebaikan Mas Rendi," kata Mawar. Makin sebal saja Djiwa melihat pujian yang ditujukan untuk Rendi.
Rendi pun mendaftarkan usaha Ayam Geprek dan Penyet Mawar dalam aplikasi ojek online. Box tempat makanan juga ia buatkan. Djiwa dan Mawar pun siap menyambut pesanan yang datang. Di subuh hari, mereka belanja ayam dengan porsi lebih banyak. Djiwa menyumbangkan uang satu juta miliknya untuk modal usaha. Ayam yang mereka beli lebih banyak, usaha mereka lebih keras.
Djiwa membantu Mawar mengembangkan usahanya. Pembeli pun mulai berdatangan. Lagi-lagi Djiwa yang meminta Rendi memesan untuk salah satu bagian di kantornya. Rating ayam buatan Mawar yang enak membuat ayamnya direkomendasikan sebagai UMKM kategori pendatang baru oleh aplikasi.
"Kita buat lebih banyak lagi, Mawar!" kata Djiwa menyemangati.
"Iya, Mas. Ide Mas Djiwa memang brilian. Pembeli yang memesan ayam penyet aku mulai berdatangan. Aku tak menyangka akan sebanyak ini!" kata Mawar dengan senyum bahagia.
"Semua karena masakan kamu yang enak, Mawar. Aku hanya mengutarakan ide saja," kata Djiwa merendah.
Djiwa dan Mawar semakin hari semakin sibuk saja. Tanpa terasa sudah sebulan Djiwa tinggal di kontrakkan dan uang hasil bekerja di tempat Mawar bisa membuatnya bayar uang kontrakkan sendiri.
"Wa, besok ada meeting di kantor. Kamu bisa hadir 'kan?" tanya Rendi di ujung telepon sana.
"Tak bisa diundur? Aku lagi sibuk menemani Mawar membuat pesanan," tolak Djiwa.
"Mohon maaf, Wa. Bokap lo besok hadir. Mau tidak mau, lo harus datang! Masalah Mawar, biar gue matiin dulu aplikasinya sehari. Jangan sampai bokap lo curiga karena lo jarang ke kantor. Kalau lo jarang pulang sih bokap lo udah biasa. Saran gue, utamain yang lebih penting dulu deh!" kata Rendi.
"Yang lebih penting? Mawar atau perusahaan ya?" batin Djiwa. "Baiklah, gue datang besok!"
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Dwi Sasi
Sat set juga...
2023-12-20
0
Nani Haryati
hehehehe
2023-10-18
1
Triple R
wkwkwk
2023-04-04
0