Papa sedang membujuk mama, entah apa yang telah papa perbuat sehingga mama sangat marah kala itu. Semalam itu papa membujuk mama, aku dan Ezi sungguh tidak tahu berbuat apa.
Hingga pagi pun tiba, Eza dan Ezi harus ke sekolah seperti biasanya. Meskipun si kembar masih usia 10 tahun mereka dituntut mandiri sejak kecil.
"Eza dan Ezi, ini bekal makanan buat kalian yaa dan ini uang jajan kalian" ucap Mama.
"Ma, apakah papa berbuat jahat lagi dengan mama?" ucap Eza.
"Tidak sayang, papa dan mama sedang berdebat sesuatu saja. Tapi semuanya sudah selesai kok sayang" ucap Mama.
Eza dan Ezi pamitan, mobil jemputan sekolah sudah ada di depan rumah rumah.
"Ma, Ezi janji akan janji adik Eza dengan sangat baik" ucap Ezi menggandeng adiknya yang masih bengong.
"Eza, mohon pamit yaa ma" ucap Eza menyalim kedua orangtuanya.
Ezi sebagai kakak laki-laki bagi Eza adiknya perempuan harus mampu menjaganya. Karena dengan begitu keduanya bisa selalu bersama. Saling terikat satu sama lain, dimanapun ada Eza pasti ada Ezi begitulah kiranya Ezi selali menjaga adiknya.
Beberapa jam kemudian...
Seluruh siswa turun dari bis jemputan tersebut dan berlari turun dengan cepat. Eza dan Ezi memilih untuk terakhir turunnya.
"Eza, tunggu sebentar hari ini kita kelasnya berbeda, kamu harus jaga diri yaa" ucap Gezi kakaknya.
"Heheh percaya saja sama saya kak, semua akan aman" ucap Eza.
Eza berada di ruangan lab mereka melakukan sebuah percobaan mencampurkan beberapa warna, sedangkan Ezi berada di kelas olahraga.
Ketika Eza berada di ruangan tersebut dia menekuni percobaannya itu hingga terjadi sebuah insiden.
"Argh Ibu guru, lihat Gita menumpahkan cairan ke pakaianku yang mahal ini Bu" ucap Diva Mengadu.
"Bohong Bu, aku tidak sengaja kok melakukannya, lagian Diva duluan yang ganggu aku Bu, dia sendiri yang menganggu ku saat aku lagi percobaan" ucap Gita membela diri.
"Sudah-sudah kalian jangan bertengkar, lanjutkan saja dulu nanti Ibu bisa melihat siapa yang salah di antara kalian" ucap Bu Guru.
"Iiish dasar anak manja dan anak egois" ucap Eza bergumam.
"Apaa?, tadi bilang apa?, coba ulangi lagi" ucap Diva marah.
"Aku tidak ngomong apa-apa?, bukankah kalian selalu mengatakan kalau aku suka berbicara sembarangan" ucap Eza menyeringai.
"Keterlaluan..." ucap Diva kesal.
Bruuuuk....
Percobaan yang dilakukan oleh Eza pun pecah karena Diva menghempaskan semuanya dengan tangannya sendiri..
"Diiiva, apa yang kamu lakukan?" ucap Bu Guru.
"Saakiit Bu, semu gara-gara Eza Bu" ucap Diva dengan mata yang menatap tajam.
"Please yaa Bu, sedikitpun aku tidak menyentuh nya dan...."
Belum selesai Eza berbicara dia pun di hukum berdiri di lapangan bersama dengan Gita. Keduanya di hukum bersamaan, hingga membuat percakapan yang sangat menarik sehingga keduanya menjadi teman yang sangat akrab.
"Eza, kenapa kamu menyebutkan ku sebagai anak yang egois" ucap Gita penasaran.
"Justru itu, kenapa kamu tidak marah ketika aku mengatakan itu?" ucap Eza bertanya.
"Hahah, iya juga sih sebenarnya emang sifat asliku egois maka aku tidak marah" ucap Gita.
"Ohya Gita, sebenarnya siapa sih Diva itu?, sepertinya dia sangat istimewa di sekolah ini, kalau satu kelas dengan dia aku pasti dapat hukuman" ucap Eza bertanya.
"Argh, dia itu anak pemilik sekolah ini, makanya gayanya sombong gitu, yang lebih parah dia suka membully anak kelas lain loe bahkan yang aku denger dia suka meminta uang kepada mereka yang gampang di tindas" ucap Gita menjelaskan.
"Ohw, hanya anak pemilik sekolah ini sudah berlalu, bagaimana kalau anak pemilik perusahaan terbesar no.1 di dunia yaa haha" ucap Eza tertawa keras.
"Hey cewek miskin, kenapa kamu ketawa?" ucap Siva marah.
"Iidiiih, geer banget yaa siapa juga yaa ketawain kamu, lagian aku bicara dengan Gita kok" ujar Eza santai.
"Eergh (marah sambil matanya memplototi Eza), awas saja tunggu saja kamu anak miskin" ujar Siva mendengus kesal dan berlaku pergi saja.
"Yaa Eza, kamu hati-hati nanti kalau Siva sudah marah, kita ini masih kecil anak 10 tahun masa' harus ada kasus berantem sesama wanita" ucap Gita khawatir.
"Bhaaaa,biarin Gita itu mau saya, aku mau lihat seberapa nyalinya suka menghina orang lain" ujar Eza tertawa dalam hati.
"Aduuuh please Eza, kamu jangan mikirin apapun, cepat sekarang minta maaf sebelum Siva menyuruh orang lain menghajar kamu!" ucap Gita khawatir.
"Bhaaa... Intinya nanti kasih tahu saja dengan abangku Ezi, jika aku tidak pulang-pulang berarti aku sedang memberi pelajaran kepada mereka yang membutuhkan" ujar Eza tertawa dalam hati.
Eza dan Gita serta lainnya pun meninggalkan ruangan laboratorium tersebut. Hingga terdapat pengumuman yang memanggil Eza ke arena bela diri.
"Eza, kamu denger nggak ada panggilan itu, kamu di suruh ke ruang bela diri, sepertinya Siva mulai bertindak sama kamu nie" ucap Gita lagi-lagi khawatir.
"Kamu benaran nie, kalau itu Siva yang memanggil ku ke arena bela diri, waah ini baru seru namanya, hayoo temani aku ke arena bela diri" ucap Eza dengan senang hati.
"Ezaa cukup!!, minta maaf sekarang aku takut nanti kamu babak belur dan luka lebam, Siva itu sudah punya sabuk hitam, bahkan yang lain tidak berani melawan diri, sedangkan kamu aku nggak pernah melihatmu ikut bela diri" ucap Gita khawatir.
"Ikut saja, kekhawatiran kamu akan terbayar setelah melihat pertarungan ku kali ini, jadi jika kalian taruhan kali ini, jago kan aku yaa Gita" ucap Eza tertawa lepas.
Gita pun terpaksa menemani sahabatnya ke Arena bela diri.
Di sekolah yang sama dan tempat berbeda..
"Eeh, Ezi kamu denger nggak kayaknya adikmu lagi di dzolomi orang!" ucap Weyi tersenyum kecil
"Bhahahah... Argh, biarin kamu tahu sendirikan, kalau Eza nggak bisa di bully segampang itu, biarin saja dia membuat kehebohan itu, selama adikku tidak terluka biarin saja, kita lihat saja mereka sudah pada patah tulang semua" ucap Ezi tersenyum kecil.
Eza pun menuju ke arena bela diri. Gita pun membujuknya untuk meminta maaf.
"Eza, hayoo minta maaf sekarang mumpung Siva mematahkan tulangmu" ucap Gita khawatir.
"Tenang sahabat mu pasti menang, pastikan kalau taruhan jago kan aku ya Gita" ucap Eza mendekati Siva.
"Argh, kok malah mikirin taruhan sih Eza" ucap Gita kesal.
Eza dan Siva pun berhadapan.
"Eza, saya akan menerima permintaan maaf mu sekarang sebelum kamu masuk rumah sakit" ucap Siva sombong dengan suaranya besar menggelegar di arena tersebut.
"Bhahahah, aku takut!, mana mungkin Siva, hayoo kapan mulai bertandingnya?, tanganku mulai gatel nie" ucap Eza sambil meletakkan kedua tangannya kebelakang.
"Nie ganti pakaianmu dulu" ujar Siva melemparkan pakaian tersebut.
Eza pun malah melemparkan pakaian tersebut ke Gita.
"Jagain pemberian hadiah baru dari Nona Siva" ucap Eza seperti mengejek.
Siva pun kesal dia pun langsung melakukan penyerangan. Namun, mampu di hindari oleh Eza...
"Khiiiiyaaaakkkk...." teriak Siva.
🍁💐💐💐🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Ibuk'e Denia
aq mampir thor ke karyamu
2023-07-30
1
I ❤️ U
Eza keren yaaa
2023-04-08
2
Women-Stars🍁 Al-Zha
iy jrang ad sih hehe
2023-03-06
2