Pagi telah tiba, matahari memancarkan cakrawala nya yang begitu indah dari ufuk timur. Pangeran Arya dan Jaka pun segera berangkat untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju kota Jakarta atau sering di sebut dengan kota metropolitan.
Mereka menempuh perjalanan selama empat hari empat malam untuk tiba di kota Jakarta itu.
Sesampai nya di kota Jakarta, mereka pun tiba di sebuah kampung yang cukup indah. Jaka dan pangeran Arya turun dari kereta kencana nya.
Mereka bertanya kepada salah satu penduduk desa yang ada di sana untuk mencari rumah yang bisa di sewa agar mereka bisa menetap di sana untuk beberapa waktu.
"Selamat sore pak. Kami mau bertanya. Apa di daerah sini terdapat sebuah rumah yang bisa untuk di sewakan?" Tanya Pangeran Arya.
"Oh, ada kok tuan. Ayo ikut saya" Ujar lelaki paruh baya yang sedang memikul kayu bakar itu.
"Terima kasih pak" Ujar pangeran Arya. Mereka pun mengikuti lelaki paruh baya itu pergi menuju rumah yang bisa di sewakan oleh mereka.
Di perjalanan, mereka saling ngobrol satu sama lain..
"Pak, ini bapak mau kemana dengan membawa kayu-kayu bakar ini?" Tanya Jaka kepo melihat lelaki itu membawa beberapa ikat kayu bakar di punggung nya.
"Oh ini, saya mau ke pasar tuan. Kayu-kayu bakar ini mau saya jual di sana. Maklum mata pencarian saya hanya menjual kayu bakar di pasar tuan" Jelas orang tadi.
Jaka dan pangeran Arya merasa iba dengan lelaki paruh baya itu. Ia merasa sedih di melihat lelaki itu yang bisa di katakan tidak muda lagi masih membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan nya sehari-hari.
"Pak, sini biar saya bantu membawakan kayu-kayu ini" Ujar pangeran Arya.
"Tidak usah tuan, nanti pakaian tuan akan kotor" Ujar lelaki paruh baya tadi merasa sungkan. Yah sungkan karena bisa ia lihat dari pakaian pangeran Arya dan Jaka tampak berkelas. Jelas mereka bukan orang sembarangan yang berasal dari rakyat bawahan.
"Tidak apa pak. Sini kami bantu. Lagian apa salah nya saling menolong. Bapak juga sudah menolong kami dengan mau menunjukkan di mana rumah yang bisa kami sewakan ini" Jelas pangeran Arya mengambil kayu-kayu tadi dengan paksa.
Ia dan Jaka pun menggendong kayu-kayu tadi untuk meringan kan beban lelaki tua itu.
"Terima kasih ya tuan" Ujar lelaki paruh baya tadi.
Jaka dan pangeran Arya tersenyum mendengar ucapan dari lelaki tadi.
"Oh ya pak, jika kami boleh tahu, siapa nama bapak?" Tanya Jaka.
"Nama saya Hasan tuan" Jawab pak Hasan si penjual kayu bakar tadi.
"Bapak mempunyai keluarga?" Tanya pangeran Arya.
"Ya tuan, istri saya sedang sakit-sakitan di rumah"
"Apa bapak mempunyai anak?"
"Anak saya ada dua tuan. Masih kecil-kecil. Dan saya hanya mencari nafkah dengan cara berjualan kayu bakar seperti ini tuan" Jelas pak Hasan tadi.
Sungguh mendengar cerita itu pangeran Arya menjadi iba. Di mana seorang yang bisa di katakan usia nya tidak muda lagi berkerja keras membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup nya.
Ia sangat tersentuh dengan kerja keras lelaki itu. Tidak pernah berputus asa dalam merajut asa untuk memenuhi kebutuhan nya.
"Ternyata, di kota yang sudah cukup di katakan maju ini masih terdapat penduduk yang miskin seperti pak Hasan. Di mana pak Hasan mencari nafkah dengan berjualan kayu bakar" Batin pangeran Arya lagi.
Tiba lah mereka di sebuah rumah yang di maksud oleh pak Hasan tadi.
"Tuan, ini rumah yang bisa di sewakan. Sebentar saya carikan pemilik rumah nya dulu ya" Ujar nya lagi meninggalkan pangeran Arya dan Jaka di sana. Untuk mencari pemilik rumah sewa itu.
Jaka dan pangeran Arya menunggu di depan teras rumah yang sederhana itu. Yah mereka menunggu lelaki tadi dan sang pemilik rumah datang.
Tidak berapa lama, lelaki paruh baya itu datang bersama seorang wanita yang cukup gendut.
"Tuan-tuan, ini ibu Rohani. Dia adalah pemilik rumah ini" Ujar lelaki paruh baya tadi memperkenalkan sang pemilik rumah sewa.
Mereka pun saling berjabat tangan.
"Selamat datang tuan-tuan. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya buk Rohani.
"Perkenalkan nama saja Arya dan ini teman saya Jaka. Kami di sini bermaksud ingin menyewa rumah ibu.. Berapa harga sewa nya?" Tanya pangeran Arya.
"Oh harga sewa tergantung keadaan rumah ya tuan-tuan. Ada yang berharga seratus koin emas perbulan nya dan ada yang lima puluh koin emas perbulan nya. Jika harga nya mahal, maka kualitas rumah nya juga terjamin" Jelas buk Rohani.
"Oke, jika begitu kami memilih rumah dengan harga lima puluh koin emas" Jawab pangeran Arya.
Pangeran Arya pun langsung mengambil koin emas yang di bekali oleh bunda nya sewaktu ia mau berangkat tempo hari.
"Ini buk untuk satu bulan ini, ini bayaran nya" Ujar pangeran Arya menyerahkan koin emas itu sebanyak yang di minta oleh ibu Rohani sesuai dengan kesepakatan nya tadi.
"Terima kasih, ini rumah nya dan ini kunci nya" Ujar buk Rohani menyerahkan kunci rumah yang di sewa.
"Terus untuk harga yang seratus koin emas nya rumah yang mana buk?" Tanya Jaka kepo nya kambuh.
"Oh untuk yang seratus koin emas rumah nya di sebelah sana" Ujar buk Rohani menunjuk rumah yang ada di seberang jalan yang terlihat lebih bagus dari rumah yang di pilih oleh pangeran Arya.
"Pangeran, kenapa kita tidak pilih rumah yang di sana saja? Kelihatan nya rumah itu lebih bagus dan lebih layak untuk di tepati" Bisik Jaka.
"Gak perlu kita memilih rumah itu. Rumah yang akan kita tepati juga kelihatan nya layak untuk kita dan sudah terlihat nyaman" Tolak pangeran Arya.
"Tapi pangeran, kamu adalah seorang pangeran di istana pancur Emas, masa ia tinggal di rumah yang seperti ini"
"Aku seorang pangeran hanya di negeri ku. Tapi di negeri ini aku bukan lah siapa-siapa. Aku hanya manusia biasa sama seperti kamu dan pak Hasan" Jelas pangeran Arya berbisik.
"Tapi pangeran... "
"Sudah, jangan banyak alasan" Potong pangeran Arya.
"Kamu percaya saja sama aku. Aku harus bisa membiasakan diri hidup tampa kemewahan agar aku bisa belajar dan bisa merasakan menjadi rakyat biasa. Sehingga aku bisa memajukan negeri ku kelak. Bukan kah tujuan ku itu untuk merantau ke negeri ini" Jelas pangeran Arya.
"Oh ya pak Hasan, ini ada sedikit ucapan terima kasih untuk bapak" Pangeran Arya menyerahkan sebungkus koin emas kepada pak hasan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments