Mendengar kata-kata Henry yang mau mendengarkan permintaannya itu, Anya bertanya,
"Aku akan pergi bekerja apakah tidak apa-apa?"
Henry yang mendengar itu, segera terdiam, terlihat sedang berpikir.
Itu bener, wanita di hadapannya ini seumuran dengannya, yah tidak mungkin jika dia tidak memiliki beberapa pekerjaan selama ini?
"Aku sangat baik hati, jadi aku akan mengizinkanmu untuk pergi bekerja, namun ingat, hal-hal itu tidak boleh menjadi alasanmu untuk menolak permintaanku hanya karena kamu lelah, dan juga sebelum Aku pulang dari Kantor, kamu harus sudah ada di Apartemen duluan, tidak boleh pulang lebih terlambat dariku. Di dokumen sebelumnya, udah dijelaskan Aku berangkat dan pulang jam berapa bukan?"
Anya yang mendengar itu akhirnya merasa cukup lega karena setidaknya dirinya bisa kembali ke pekerjaannya.
Dirinya sempat cemas jika Tuan Muda di depannya ini terlalu egois dan hanya menyuruhnya untuk di Rumah saja.
"Tentu saja, aku akan selalu memperhatikan untuk pulang tepat waktu, tidak akan lebih lambat darimu. Dan tentu saja pekerja ini tidak akan menghambat hal-hal yang kita lakukan dimalam hari, harap kamu percaya padaku,"
Henry yang mendengar kata-kata penuh keyakinan itu lalu mengaguk, dirinya lalu segera teringat sesuatu.
"Benar, soal memasak itu, kamu harus tetap belajar! Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus bisa memasak! Kalau kamu sudah bisa, kamu harus memasakan ku makan malam, jangan jadikan pekerjaanmu sebagai alasan. Aku akan memberimu waktu satu bulan jika gagal...."
Sebelum Henry selesai mengatakan itu, Anya sudah lebih dulu berkata dengan penuh keyakinan.
"Tentu saja Tuan Muda, kamu perlu yakin dalam waktu 1 bulan aku pasti akan bisa memasak secara profesional."
Ya, mari nanti lihat beberapa video atau ikut kelas memasak di akhir pekan?
Juga dirinya bisa meminta tolong adiknya Sherly untuk mengajari dirinya memasak.
Yah, tidak perlu tahu Apa konsekuensi jika gagal karena yang jelas hal itu pasti bukanlah hal yang baik.
"Kamu pegang kata-katamu."
"Tentu Tuan Muda, Aku adalah seseorang yang selalu menepati janjiku,"
Henry yang mendengar itu segera mengangguk puas.
Berikutnya, Henry segera bersiap-siap untuk pergi ke Kantornya.
Anya sebagai Istri yang baik, tentu saja mencoba menyiapkan keperluan Henry sebelum ke kantor, misal menyiapkan bajunya?
Kalau tidak, mungkin Tuan Muda itu akan menjadi cerewet nantinya.
Baiknya dirinya melakukannya sebelum disuruh.
Ketika Henry keluar dari kamar mandi, dirinya terkejut melihat Anya masih ada dikamar, dan membawa satu set pakaian untuknya.
Henry yang hanya mengenakan handuk di pinggangnya itu, segera mendatagi Anya dan bertanya,
"Aku kira kamu sudah pergi bekerja,"
Anya lalu segera berkata dengan nada datar,
"Tentu saja tidak, Aku tidak akan pergi duluan sebelum Tuan Muda pergi dulu. Aku akan menyiapkan keperluan Tuan Muda. Ini Aku sudah memilihkan Set Pakaian dan juga asesorisnya, yang akan Tuan Muda pakai."
Henry yang mendegar itu, merasa cukup puas.
Anya segera membantu Henry untuk mulai memakai kemejanya.
Hanya saja, ketika Anya melihat punggung Henry, dirinya cukup terkejut, karena ada beberapa luka seperti bekas kuku disana.
Henry juga melihat kenapa Anya diam, lalu segera sadar akan sesuatu yang Anya lihat di sana.
"Kenapa? Itu adalah hal yang kamu buat, bisa-bisanya kamu begitu agresif, dan membuat kulit-kulitku menjadi terluka seperti itu."
Wajah Anya tiba-tiba menjadi memerah karena merasa malu, karena memang dalam sesi malam mereka, mungkin karena dirinya memeluk Pria itu terlalu erat, juga dirinya tanpa sadar kuku-kukunya sampai sempat melukainya.
Lalu, ada sebuah tanda merah kecil di sekitar leher Pria itu, dari belakang.
Anya yang menatap itu merasa semakin malu.
Apakah dirinya tanpa sadar mengigit Tuan Muda ini juga di sesi malam mereka?
"Aku... Aku minta maaf, lain kali Aku akan lebih berhati-hati."
Henry yang mendengar itu hanya segera berkata dengan santai,
"Tidak masalah sama sekali, itu bukan hal besar. Sampai kamu melakukannya tanpa sadar, bukankah itu berarti Aku melakukannya dengan sangat baik?" Kata Henry lalu membalik badannya, dan menatap kearah Anya.
Anya saat ini mencoba menahan ekpersinya.
Namun ketika mengigat sesi malam mereka, terutama belakangan ini...
Saat hari-hari pertama, itu memang sedikit berat.
Namun setelah hari ketiga dan seterusnya, dirinya juga mulai menikmati hal itu, hal-hal soal kesenangan duniawi yang memang tidak bisa di pungkiri.
Setelah semua, dirinya masih wanita biasa, yang sangat sulit menolak kesenangan duniawi, apalagi melakukannya dengan Pria setampan Tuan Muda di depannya itu.
"Itu sangat baik."
Anya mengatakannya dengan suara pelan, karena masih merasa sangat malu.
"Apa yang barusan kamu katakan? Aku tidak dengar," Kata Henry dengan nada sedikit menggoda.
Anya hanya bisa mengulangi kata-katanya sebelumnya dengan lebih keras dan tentu saja menjaga ekspresinya agar tetap terlihat biasa.
"Itu sangat baik, Tuan Muda benar-benar melakukannya dengan sangat baik,"
"Itu jelas sekali," kata Henry merasa bangga dengan dirinya dan kemampuannya sendiri untuk bisa memuaskan wanita didepannya itu.
Tunggu...
Tunggu seperti ada yang salah dengan pikirannya barusan?
Siapa yang memuaskan siapa?
Namun Henry segera mencoba melupakan pikiran konyol itu, kemudian Anya kembali membantu Henry memakai bajunya.
Setelah Henry siap, Henry segera keluar dari Apartemen itu di ikuti oleh Anya.
Anya jelas hanya mengantarkan pria itu untuk pergi lebih.
Namun, Henry yang hendak pergi itu segera teringat sesuatu.
"Sepertinya ada sesuatu yang Aku lupakan,"
Anya yang bingung itu segera bertanya,
"Apa itu?"
Henry yang mendengar pertanyaan itu segera tersenyum lalu menunjuk ke arah bibirnya.
Anya masih diam, mencoba memikirkan artinya.
Namun tidak juga mengerti.
Henry yang melihat wanita didepannya itu, yang gagal paham dengan kode yang dirinya berikan segera menunjukkan ekspresi kesal.
"Tidakkah kamu harus memberikan ciuman selama jalan?"
Anya akhirnya mengerti itu, tanpa pikir panjang segera mendekatkan bibirnya, lalu mengecup cepat bibir Henry.
Henry cukup kaget dengan gerakan tiba-tiba itu.
"Seharusnya sudah," kata Anya lagu dengan santai.
Namun Henry yang menerima kecupan kurang dari 2 detik itu, jelas merasa tidak puas.
Henry segera menarik Anya mendekat kearahnya, dan segera mencium wanita itu dengan agresif.
Butuh sekitar 2 sampai tiga menit, sampai akhirnya Henry benar-benar melepaskan ciuman itu.
"Lain kali, kamu harus selalu melakukan itu sebelum aku pergi." Kata Henry yang terlihat senang itu.
Anya hanya merasa ini tugas tambahan yang merepotkan.
Namun sebelum dirinya menjawabnya, dirinya melihat ke wajah Henry, terutama bibir Henry yang saat ini sedikit ada merah-merah tambahan yang sepertinya berasal dari lipstik yang dirinya pakai?
"Kenapa kamu diam? Kamu tidak mengerti ucapanku?"
Anya segera berkata lagi,
"Ya, tidak apa-apa. Aku akan melakukannya lain kali setelah ini,"
Sekarang Anya jadi binggung, bagaimana mengatakan soal Bibir Henry itu.
Karena Henry terlihat sudah langsung buru-buru pergi.
Sudahlah, nanti juga Henry itu sadar ketika melihat kearah cermin.
Sayangnya, Henry tidak menatap kearah cermin sampai dirinya tiba di kantor, dan bahkan ketika Para Pengawai menyapa Tuan Muda itu, tidak ada yang berani mengungkit-ngungkit soal masalah bibir Tuan Muda itu yang ada bekas lipstiknya.
Beberapa bawahan itu hanya bisa menatap malu-malu kearah atasannya itu.
Teringat sepertinya, Atasan mereka baru saja menikah.
Tentu saja, memiliki hari-hari indah sebagai pasnagan?
Yah, pasangan baru menikah, wajar saja seperti itu.
Dan barulah ketika Herny tiba di depan Ruangannya, dan bertemu dengan Asistennya sekaligus Sekertarisnya, seorang Pria seumuran Herny, yang biasa di panggil, Isacc itu, Henry baru sadar.
"Tuan Muda, saya tahu jika Tuan Muda baru saja menikah, namun apakah tidak berlebihan, meninggalkan tanda semacam itu di bibir Tuan Muda?" Tanya Sang Asisten dengan heran.
Ya, ini adalah Asisten yang sama, yang membuat daftar lengkap dokumen yang Anya baca sebelumnya, soal berbagai sekenario palsu itu dia juga yang mengarangnya, jadi dia juga tahu jika Pernikahan itu palsu.
Henry lalu segera melihat keadaan ponselnya, menyalakan kameranya dan disalah Henry akhirnya melihat ada bekas lipstik disana!
Ini sepertinya sisa lipstik dari bibir Anya ketika mereka berciuman sebelumnya!
Dan dirinya dalam tampilan memalukan ini mulai dari Apartemennya sampai di sapa seluruh bawahannya yang ada di kantor?
Pantas saja, dirinya dari tadi merasa tatapan orang-orang ketika menatap ke arahnya terasa sedikit aneh.
Jadi karena ini?
Anya kurang ajar itu!
Kenapa dia tidak memberi tahuku!
Apakah dia sengaja atau bagaimana?
Bagaimana sekarang dirinya menatap wajah bawahannya...
Akhhhh...
Dirinya tahu, dirinya memiliki reputasi buruk soal bermain-main dengan wanita, namun tetap saja, tidak pernah seumur-umur dalam hidupnya tidak ada seorang wanita yang meninggalkan tanda semacam ini pada dirinya!
Awalnya punggung dan lehernya, karena itu tidak terlihat dirinya akan sedikit memakluminya.
Namun ini!!
Sialan!
Awas saja nanti saat mereka di rumah!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
ossy Novica
Jadi laki jangan sensi kali , dikit2 curigaan aja bawaannya . Tak semua orang itu jahat
2023-01-14
1
Alya
tuan muda yg egois utu salah nya sendiri juga
2023-01-14
1