Hari-hari segera berlalu dengan cepat, ini adalah pagi baru yang lainnya untuk Anya.
Di yang cerah itu, Anya mulai membuka matanya, dan lagi-lagi merasakan seluruh badannya terasa tidak nyaman.
Namun ini bukan pertama kalinya, terlebih sudah hari ke 4 dirinya seperti ini, ini adalah pagi yang baru, empat hari setelah Acara Pernikahannya.
Pada hari kedua setelah Pernikahannya, setelah menginap di Rumah Keluarga Achilles, dirinya diajak oleh suaminya itu untuk segera pindah ke Apartemen milik Tuan Muda itu.
Yah, awalnya Anya merasa cukup ketika mereka pindah ke Apartemen, tidaknya di Apartemen itu akan bebas, di sana pastilah ada banyak kamar, dirinya tidak perlu lagi berada dan tinggal di satu kamar bersama dengan Tuan Muda menyebalkan itu.
Namun mana tahu, begitu dirinya sampai di Apartemen Henry, Anya yang hendak memilih kamar itu, di cegah oleh Henry yang menyuruh Anya untuk ke kamar Henry.
'Siapa yang menyuruhmu untuk memilih kamar? Kamu tinggal di kamarku,'
'Tapi bukankah kamu tidak suka tidur dengan orang lain?'
Ketika Anya bertanya seperti itu, jelas ada senyuman licik dari arah Tuan Muda itu.
'Siapa yang bilang kamu akan tidur denganku di tempat tidur? Jelas Aku akan menyuruhmu tidur di Lantai Kamarku. Kamu pikir, Aku akan mengizinkan mu enak-enak tidur di Apartemen ku di tempat tidur yang nyaman dan kamar yang bagus begitu? Tentu saja tidak, jangan bermimpi, kamu itu budak ku, terserah Aku akan menempatkan mu dimana,'
Anya yang mendengar nada arogan itu, benar-benar merasa Tuan Muda itu terlalu tidak masuk akal, namun tidak cukup sampai disitu, Henry masih bilang,
'Dan lagi, itu akan mudah untukku agar bisa mendapatkan pelayanan darimu di malam hari, jadi Aku tidak perlu repot-repot jalan ke kamarmu segala jika Aku mengiginkannya sewaktu-waktu, bahkan di tengah malam atau di pagi hari sekalipun. Aku benar-benar harus mangunakan mu dengan baik, tidak ada nilai uangku yang akan sia-sia,'
Kata-kata itu benar-benar membuat Anya lebih syok lagi, mendegar kata-kata itu, yang sepertinya berniat sekali selain menyiksa dirinya, juga ingin mengambil manfaat yang sebanyak-banyaknya dari dirinya.
Dan lagi, benar saja selama dua malam di Apartemen ini, Tuan Muda itu benar-benar melakukan apa yang dia katakan, mereka melakukannya, setiap malam sampai tadi malam.
Ini sudah empat hari!
Apa Tuan Muda sial itu tidak kunjung lelah?
Hah
Benar-benar Pria pendendam dan sangat suka hitung-hitungan.
Kalau dirinya hitung-hitungan, apa perlu dirinya memberikan tarif yang pas untuk satu malamnya?
Lupakan, itu hanya akan membuat Tuan Muda itu semakin marah dan dirinya merasa semakin menderita, dan merasa makin rendah diri.
Hah, dari awal bukannya dirinya dengan sukarela ingin melakukan pernikahan ini pula, ini semua demi Ayahnya yang masih koma, juga demi Keluarganya juga.
Karena jika Ayahnya sadar, dan tahu Perusahaan benar-benar bangkrut, Anya takut hal yang paling buruk bisa terjadi.
Anya yang terlalu malas memikirkan hal-hal lainnya, segera mencoba bangun, lalu menatap kearah jam yang saat ini masih menunjukkan setengah tujuh.
Biasanya, dia akan bangun cukup siang, karena tubuhnya terlalu lelah, namun dirinya selalu menjadi seseorang yang sangat mudah beradaptasi, mungkin karena ini sudah hari ke empat, tubuhnya, udah tidak sesakit sebelumnya, hanya...
Tetap saja masih lelah.
Anya lalu menatap kearah tempat tidur, dimana Sang Tuan Muda itu saat ini masih tidur tanpa bajunya, sangat lelap dibalik selimut.
Anya menatap wajah tidur yang jarang dirinya lihat itu, ya karena biasanya Suaminya itu akan bangun lebih dulu dan kemudian menghilang entah kemana, atau sudah siap untuk pergi dan hanya meninggalkan beberapa kata.
Jadi, kali ini adalah pengalaman baru, untuk bangun lebih dulu.
Anya sekilas menatap wajah tidur yang sangat tenang dan lelap itu.
"Dia sebenarnya jika diam seperti itu memang terlihat seperti kucing kecil yang jinak dan mengemaskan, namun jika bangun, sudah seperti singa mengamuk yang menyebalkan dan merepotkan,"ini
Anya memutuskan untuk tidak menatap wajah itu terlalu lama, takut-takut sang pemilik wajah bangun, lalu hal-hal berikutnya bisa saja terjadi.
Hal itu jelas tidak bisa dibiarkan, dirinya harus segera pergi ke kantor sekarang, banyak hal yang harus dirinya lakukan setelah mengikuti Pameran Busana tempo hari, dan jelas jadinya tidak bisa hanya menyerahkan semua ini kepada bawahannya, dirinya harus mengawasi semuanya dengan baik apalagi ada penawaran dari beberapa Perusahaan Besar juga.
Dengan itu, Anya segera buru-buru mengambil baju ganti, kemudian mandi dengan cepat.
Setelah selesai mandi, Anya tak kembali ke arah tempat tidur dimana sang pemilik tempat tidur masih juga tertidur lelap.
Anya juga tahu, dirinya tidak bisa pergi begitu saja, baiklah mari membuat sarapan dulu, mungkin Tuan Muda itu akan bangun dengan aroma masakan?
Dan nanti, dirinya bisa minta izin untuk pergi.
Dengan ide itu, Anya segera menuju ke dapur untuk memasak.
Dan tentu saja, Anya tidak begitu pandai memasak seperti adiknya Sherly.
Hal dasar yang bisa dirinya buat andalah telur dadar goreng, dan beberapa masakan sederhana seperti nasi goreng.
Jadi, Anya memeriksa kedalam kulkas, dan untungnya ada banyak bahan makanan segar disana.
Tidak ada pelayan di Apartemen ini, hanya ketika siang hari ada seorang Pelayan yang memasak dan bersih-bersih, lalu pulang di sore hari.
Henry sepertinya, tidak pernah makan sarapan di rumah, mungkin dia beli sarapan di luar?
Ya, Anya juga biasanya jarang sarapan di rumah dan lebih memilih untuk beli sarapan di luar.
Makan siang juga di kantor, makan malam lebih memilih pesan cepat, dirinya tinggal di Rumah Kontrakan dekat dengan tempatnya bekerja, jadi tidak perlu bolak balik terlalu jauh menuju ke Rumah Keluarganya.
Jadi memasak sarapan seperti ini cukup jarang, kapan terakhir kali dirinya menyentuh peralatan dapur?
Apakah sebaiknya dirinya memesan makanan saja?
Namun, Anya belum terlalu tahu daerah sini jadi belum tahu tempat yang menjual makanan enak dipagi hari.
Sudahlah, mending menggoreng telur saja tidak masalah?
Dengan itu, Anya segera memasak nasi dengan rice cooker, lalu segera bersiap untuk menggoreng telur.
Ini hanya menggoreng telur sederhana harusnya mudah?
Di tempat lainnya, saat ini Henry masih tertidur dengan lelap, karena pintu kamar terbuka, jadi aroma masakan dari dapur tercium sampia kamar.
Aroma itu membuat Henry mulai terbangun dari tidurnya.
"Tunggu, ada apa dengan aroma gosong ini? Apakah terjadi kebakaran atau sesuatu saat Aku tidur?"
Henry yang masih linglung itu, jelas menjadi sangat kaget lalu dengan buru-buru menuju kesumber aroma yang tercantum, yang sepertinya berasal dari arah dapur.
Yang Henry lihat adalah Anya yang ada di depan kompor, terlihat sedang memasak sesuatu.
Namun, jelas Henry mencium aroma yang terasa buruk dari arah penggorengan.
"Apa yang coba kamu lakukan? Apakah kamu mencoba membakar dapur ku?"
Anya melihat juga bagaimana telur di penggorengan menjadi gosong itu, apinya terlalu besar dan membuat telur gosong, dirinya sempat mencari garam namun tidak ketemu juga, dan meninggalkan penggorengan dan jadilah barang tidak jelas di wajan itu.
"Aku mencoba memasak namun terjadi beberapa kesalahan teknis," kata Anya masih dengan ekspresi tentangnya.
Henry yang sudah panik, sudah mematikan kompor, lalu menatap barang hitam di penggorengan, dan wajahnya segera menatap kearah seorang wanita yang membuat hal itu yang saat ini menunjukkan ekspresi tenang seolah-olah hal yang ada di wajan bukanlah perbuatannya.
"Kamu jelas ingin memasak racun daripada ingin memasak untuk manusia,"
"Sungguh, ini hanyalah kesalahan teknis,"
"Hah, harusnya wanita itu pintar memasak, namun apa ini? Kamu malah membuat kekacauan di dapur ku!"
"Ayolah, Aku hanya mengosongkan telur? Kekacauan apa? Tunggu, Aku akan mencoba mengganti telur yang baru," kata Anya sambil mengambil telur lainnya, berniat ingin memasukkannya kedalam wajan.
Namun hal itu jelas dicegah oleh Henry.
"Tunggu, kamu itu pasti akan membakar Dapurku! Kamu tunggu disana saja, biar Aku yang memasak di sini, nanti kamu merusak barang-barang di dapurku yang berharga ini!"
Anya menata pemuda di depannya itu dengan ekspresi heran,
"Kamu bisa masak?"
Ketika ditanya itu, Henry segera menunjukkan ekspresi penuh kesombongan dan berkata,
"Tentu saja bisa, Aku ini orangnya serba bisa, Apa sih yang aku tidak bisa?"
Anya memilih untuk tidak ingin berdebat hanya segera pura-pura memuji dan berkata,
"Wow, kamu sangat hebat dan keren,"
Mendengar pujian itu, Henry segera berkata dengan bangga,
"Tentu saja, hpmh. Tidak seperti kamu yang bahkan menggoreng telur saja gosong,"
Degan itu, Henry tanpa sadar malah memasak untuk Anya.
Baru ketika Henry membawa dua mangkuk nasi goreng ke meja makan, dirinya baru saja sadar jika dirinya melakukan hal tidak perlu!
Sial!
Kenapa malah dirinya yang di perbudak disini?
Malah dirinya yang memasak?
Anya menatap nasi goreng di atas meja, jelas tanpa basa-basi segera mencicipinya, karena dari aromanya memang terlihat enak.
"Ini benar-benar enak,"
Anya terkejut dengan rasanya, tidak mengira Tuan Muda itu bahkan bisa memasak?
Henry lalu segera mengambil piring di depan Anya itu.
"Kenapa malah jadi Aku yang memasak? Kamu itu yang harusnya memasak! Pokoknya Aku tidak mau tahu! Kamu harus belajar memasak mulai sekarang!"
Anya yang hendak melanjutkan makan itu, segera merubah ekspresinya.
"Hah, sudah Aku bilang, tadi itu hanya kesalahan teknis. Aku Sebenarnya cukup sibuk jadi mungkin tidak punya waktu untuk memasak."
"Diam! Kamu mau membantah perintahku? Pokoknya kamu harus bisa memasak!"
Mendengar itu, Anya hanya bisa berkata,
"Baik-baik, Aku akan belajar nanti, lagipula tidak seperti Aku tidak bisa memasak, Aku hanya belum terbiasa dengan dapur ini, itu saja. Dan kenapa kamu mengambil lagi piring nasi goreng itu?"
"Kamu pandai membuat alasan! Tentu saja, kamu tidak berhak memakan masakanku!"
"Astaga, kenapa kamu begitu kikir? Kamu sudah membuatnya kalau tidak dimakan lalu mau di buang?"
Henry lalu menatap ke arah dua piring nasi goreng yang ada di hadapannya yang tidak mungkin juga untuk dihabiskan sendiri, dan masa di buang?
Masakannya yang berharga?
"Hpmh, karena kamu memohon padaku, dan karena Aku adalah orang yang baik, tentu saja ini makanlah sampai habis jangan sampai tersisa satu butir nasi pun!" Kata Henry sambil kembali memberikan piring nasi itu ke depan Anya.
Anya hanya mengaguk ringan, lalu mulai memakan nasi goreng itu dengan perasaan cemas, karena ditatap oleh Pria di depannya secara berlebihan.
"Ini enak, enak sekali," kata Anya lagi pada akhirnya.
"Tentu saja," kata Henry dengan bangga.
Dari sini, Anya akhirnya ingat jika dirinya ingin mengatakan sesuatu.
"Aku sebenarnya memiliki permintaan."
"Karena aku sedang baik hati coba katakan apa yang kamu inginkan,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Alya
semoga henry tidak menghalangi karir nya annya
2023-01-14
1