Max pemandangan suara arogan dari keponakannya itu langsung protes kepada Ayahnya.
"Lihat, Ayah! Cucu kesayangan mu itu, tepatnya sangat sombong dan arogan seperti itu bahkan kepada Pamannya sendiri!"
Tidak menunggu Kakek Henry bicara, Henry sudah lebih dulu berkata,
"Apa yang Paman katakan? Bukankah sudah prosedur Perusahaan, untuk mengajukan permohonan berupa proposal pada CEO, jika ingin terlibat dengan beberapa proyek besar? Aku hanya mengatakan prosedur-prosedur nya kenapa Paman begitu marah?"
"Henry benar, itu memang prosedur yang berlaku. Max kamu itu jika di perusahaan setidaknya ikuti saja prosedurnya, karena sekarang Henry sudah menjadi CEO, jadi tidak perlu ribut ribut seperti ini,"
"Cih, Ayah begitu pilih kasih, dulu selalu mementingkan Kakakku, dan sekarang lebih mementingkan Henry ini dari pada Aku?"
"Max! Itu sudah umur segitu kenapa kamu itu masih bersifat egois?"
"Siapa yang egois disini? Bahkan Stevan juga Cucumu, namun Ayah gak memberikan posisi yang layak untuknya,"
Kakek Henry merasa kesal dengan tingkah tidak masuk akal dari putranya itu.
"Kalau begitu, suruh Putramu itu untuk membuktikan dirinya, kamu sendiri juga tahu, Herny ada di posisinya sekarang tidak hanya karena Aku yang memberikannya namun karena prestasi yang dia berikan dan kontribusi nya kepada Perusahaan selama ini!"
"Lalu, bagaimana denganku?"
"Max, kamu dah Aku berikan yang lebih dari cukup! Apakah kurang cukup, Aku memberikanmu juga mengurus Perusahaan Cabang? Itu juga merupakan perusahaan yang cukup besar,"
"Namun aku ingin terlibat dengan perusahaan utama!"
"Cukup! Aku tidak lagi ingin dengar soal masalah ini lagi!" Kata Kakek Henry itu, memilih segera pergi dari ruangan itu.
Max dan Istrinya, juga memilih untuk pergi dari sana juga sepupu Henry, Stefan.
Henry menatap kepergian semua orang dari ruang makan itu dan akhirnya bisa menghela nafas lega.
"Sungguh, sangat merepotkan dan menyebalkan jika harus berurusan dengan dua parasit busuk yang serakah itu,"
Anya yang mendengar keluhan dari Henry, hanya bisa menagapi,
"Apakah mereka selalu seperti itu?"
"Ya, seperti yang kamu lihat mereka itu Keluarga yang serakah, sejak aku kecil mereka memang selalu seperti ini selalu saja mencoba mencari celah untuk menguasai Perusahaan Utama, bahkan sejak Ayahku masih hidup, hubungan Paman dan Ayahku cukup buruk. Sudahlah aku tidak ingin membahas ini lagi mari segera pergi saja dari sini,"
Anya hanya mengaguk setuju, lalu segera bertanya lagi,
"Apakah kita akan kembali ke Hotel?"
Henry yang mendengar itu segera tertawa, dan berkata dengan nada menghina.
"Kamu ingin ke sana? Pasti benar benar sangat menikmati fasilitas di Hotel VVIP itu, apakah kamu tidak pernah menginap di tempat semacam itu?"
Anya yang dituduh itu, hanya menjawabnya tanpa mengelak.
"Ya, tidak buruk untuk menginap di sana aku sangat menyukai fasilitas-fasilitas di sana,"
Herny yang melihat Anya bahkan tidak mengelak itu, entah kenapa merasa kesal.
"Sudahlah, jangan harap kamu bisa menikmati fasilitas mewah itu, sudah kita malam ini kita menginap di Rumah ini,"
"Jika itu keputusmu Aku tidak akan keberatan,"
Henry yang mendengar nada tenang itu segera berkata lagi,
"Jangan harap kamu bisa ber santai-santai lama, setelah malam ini, kita akan pindah ke Apartemenku! Dan tunggu saja hal-hal apa yang akan kamu terima di sana!"
Itu adalah sebuah acaman, Henry berharap wanita dihadapannya itu, setidaknya akan merasa takut.
Namun jelas, Henry tidak melihat perubahan ekspresi sedikitpun di wajah datar itu.
"Apapun yang Tuan Muda inginkan."
Henry yang kesal itu segera berdiri dan pergi dari ruang makan itu, menuju ke arah Kamar tidurnya yang sudah lama tidak ditempati itu.
Itu bener, sejak Henry berumur dua puluh lima, dirinya memutuskan untuk pindah dari rumah keluarga besar ini ke sebuah Apartemen yang letaknya cukup dekat ke kantor.
Jadi, Kamarnya di Rumah ini jarang digunakan, hanya sekali setiap beberapa minggu, dirinya menyalakan waktu untuk menginap di rumah ini untuk menemani Kakeknya.
Awalnya, Kakeknya tidak menyukai tentang dirinya yang tinggal di Apartemen sendiri, namun dirinya sebagai Pria Dewasa berumur dua puluh lima saat itu, jelas saja ingin menikmati kebebasan dan mandiri, dan akhirnya setelah perdebatan panjang dirinya bisa pindah ke Apartemen.
Dan sekarang, ketika Henry memasuki kamarnya, karena sudah cukup lama dirinya tidak menginap di sini, merasakan sedikit perasaan rindu.
Kamar itu, walaupun tidak ditinggali namun jelas selalu dibersihkan oleh Para Pelayan dengan baik, jadi tidak ada debu sedikitpun di sana.
Masih ada banyak barang-barang Henry yang berada di kamar itu.
Anya yang memasuki kamar itu, merasa sedikit kaget, melihat seberapa biasa kamar itu terlihat, tidak ada dekorasi atau hal-hal mewah yang ada di kamar itu, seolah tidak menunjukan kepribadian angkuh dan sombong pemiliknya.
Anya kira, kamar Henry akan menjadi kamar dengan dekorasi mewah, seperti berbagai pajangan guci malah, atau lukisan mahal atau koleksi semacam itu, namun ternyata tidak ada hal-hal semacam itu.
Kamar itu cukup luas, ada almari yang sangat panjang disana, sepertinya menyimpan barang-barang dari pemiliknya.
Rak sepatu juga tertata dengan rapi, dikamar itu ada juga sebuah rak buku, yang sepertinya berisi berbagai macam buku soal ilmu pengetahuan.
Hal ini membuat Anya cukup heran, karena tidak pernah mengira jika Tuan Muda sombong itu ternyata suka juga membaca buku semacam itu, dirinya kira Tuan Muda ini, hanya suka berpesta dan bermain-main dengan wanita.
Ini adalah sebuah pengetahuan baru untuk Anya.
Ada sebuah meja belajar disana, yang berisi beberapa buku juga diatasnya, sepertinya itu tempat Tuan Muda itu belajar ketika dia masih sekolah, ternyata dia cukup rajin juga.
Di meja itu juga ada beberapa foto ketika Henry masih muda, ada juga foto dimeja samping tempat tidur dimana foto Henry saat masih kecil, Anya melihat foto itu, merasa foto itu cukup lucu dan menggemaskan, ternyata Tuan Muda galak ini ketika masih kecil begitu manis!
Herny melihat bagaimana Anya melihat sekeliling ke arah kamarnya seolah sedang memindai dan mengamati semua itu.
Jelas, Henry merasa tidak suka dengan hal itu.
Kamarnya adalah daerah pribadinya, disinya biasanya tidak menyukai orang lain memasuki kamarnya seperti ini.
Namun mau bagaimana lagi?
Anya sekarang Istrinya, tidak mungkin juga dirinya melarang wanita itu masuk.
"Apa yang kamu lihat? Kamu sepertinya menikmati sekali melihat-lihat kamar ini?'
Terdengar nada tidak suka dari kata-kata Henry.
Anya jelas menjadi binggung, sekarang apa lagi kesalahannya sampai membuat Tuan Muda itu kesal lagi?
"Hanya ingin tahu saja tentang hal-hal di Kamar Tuan Muda."
"Bagaimana menurutmu?"
Anya cukup heran ketika ditanya seperti itu.
"Ini cukup mengejutkan, ternyata Tuan Muda suka membaca juga,"
"Hpmh, apakah terlihat aneh jika Aku suka membaca?"
"Tidak, tidak sama sekali!"
"Namun aku jelas melihat dari tatapanmu,"
"Maaf jika tidak sopan."
Anya memutuskan untuk berhenti melihat-lihat, dan segera duduk di tempat tidur karena merasa lelah.
Henry juga memutuskan untuk mengambil baju tidur di almarinya, sangat gerah memakai jas semacam ini.
Anya sendiri juga merasa cukup gerah sekarang karena memakai baju yang cukup tertutup, ingin berganti pakaian dengan yang sedikit terbuka, yang nyaman untuk tidur.
Namun barang-barangnya ada di hotel.
Henry jelas tidak bilang padanya kalau mau menginap disini.
"Tuan Muda, apakah Tuan Muda memiliki Kaos pendek atau sesuatu?"
Henry yang sedang memilih-milih baju tidur itu segera kembali menatap ke arah Anya.
"Ada apa memangnya?"
"Kalau di ijinkan, bolehkah saya pinjam satu? Setidaknya untuk tidur malam ini, sangat tidak nyaman memakai gaun seperti ini saat tidur,"
Henry lalu menatap ke arah Anya dari atas sampai bawah, ya saat ini Anya memakai gaun panjang dengan lengan panjang, terlihat memang sangat tidak nyaman untuk tidur.
Dirinya sebenarnya tidak menyukai meminjamkan barang-barangnya pula, namun Henry tiba-tiba mulai memikiran ketika Anya memakai salah satu kaos miliknya, apakah itu akan terlihat lucu?
Henry segera melihat lagi ke arah lemarinya, dan mengambil salah satu kaos pendek dan celana pendeknya disana, melemparkannya pada Anya.
"Pakai itu hati-hati jangan sampai rusak,"
Anya mengabil kaos itu, tanpa terlalu banyak berpikir.
Berikutnya, Anya segera berganti baju di kamar mandi, sedangkan Henry tidak perlu repot-repot ke kamar mandi, dia langsung ganti baju di kamar.
Tidak lama sampai Anya keluar dari kamar mandi, setelah mengenakan salah satu kaos lengan pendek milik Henry yang tentu saja sedikit kebesaran, dan juga Anya hanya memakai celana pendek yang hanya menutupi sebagian pahanya.
Dari sana, Henry melihat itu dengan pasangan terkesima.
Astaga, terutama setelah melihat Anya memakai kaosnya itu, juga ada tanda merah-merah di tangan Anya dan pahanya, yang sekarang menjadi terlihat setelah memakai pakaian terbuka.
Tanda yang dirinya buat di malam sebelumnya, dan sekarang melihat pemandangan mengoda itu, dimana Anya terlihat sangat seksi dan menggoda membuat Henry terangsang.
Apakah wanita ini memang sengaja ingin mengodanya dari awal?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
ossy Novica
keluarga orang kaya memang penuh dengan intrik , berebut harta dan saling menikung . Anya mungkin pusing menghadapi tingkah Henry .
2023-01-11
1