Sayangnya, ketenangan yang Anya miliki tidak terlalu lama.
Di sore hari, Henry yang entah habis dari mana sudah kembali ke hotel.
Yang Henry lihat ketika dirinya datang adalah, Anya saat ini sedang menerima perawatan pijatan dari Pelayan Hotel, melakukan perawatan wajah.
Seolah sedang ada di tempat spa.
Anya awalnya sedang fokus pada tablet miliknya, seperti sedang memeriksa beberapa desain terbaru buatannya dan memeriksa trend-trend model baju.
"Bagus, sekali, kamu sepertinya terlihat sangat menikmati pelayanan di hotel ini bukan?"
Anya yang mendengar suara itu, hampir saja menjatuhkan tablet miliknya karena kaget.
Begitu pula dengan beberapa pelayan hotel disana, yang sekarang terlihat gugup setelah mendengar kedatangan Tuan Muda itu.
Anya belum menjawab kata-kata Henry, hanya memberikan kode agar para pelayan segera pergi, dan tepat atika hanya tersisa dua orang yang ada di sana, Anya segera berkata,
"Maaf, Tuan Muda bukankah Hotel sudah di pesan untuk kita berdua? Aku hanya memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang tersedia, sangat sia-sia jika Aku tidak memakainya,"
Henry hanya bisa menatap wajah Anya yang santai itu dengan kesal.
Dirinya kira, wanita itu mungkin akan menagis seharian atau sesuatu namun nyatanya, dia malah terlihat bersenang-senang.
Sungguh percuma untuk khawatir padanya.
Tunggu...
Kenapa pula dirinya harus khawatir?
Lupakan.
"Siapa yang menyuruhmu untuk bersantai?"
Anya yang mendengar itu, mau tidak mau hanya bisa bertanya dengan heran,
"Itu karena Tuan Muda tidak ada saat Aku bangun, jadi..."
Henry segera menghela nafas dan berkata,
"Lupakan saja itu tidak penting sekarang ada tujuan lain kenapa aku kembali ke sini,"
Anya yang mendengar itu, mau tidak mau hanya bisa bertanya-tanya soal tujuan Tuan Muda itu.
Ini tidak ada ronde tambahan di sore hari atau sesuatu bukan?
Badannya baru saja agak enakan setelah pijat barusan.
"Lalu, ada apa Tuan Muda?"
"Aku memiliki tugas yang sangat penting untuk mu,"
"Apa itu Tuan Muda?"
"Hari ini kita akan kembali ke Rumah Keluarga Achilles," kata Henry dengan tenang.
Begitu Anya mendegar itu, jelas saja dirinya merasa cukup gugup.
Dirinya kemarin memang sudah bertemu dengan beberapa anggota Keluarga Achilles, dirinya masih belum tahu tentang bagaimana mereka nanti, apakah mereka akan menerimanya dengan baik?
Atau menujukan penolakan?
Kemarin saat Pesta, jelas semua orang terlihat baik-baik saja karena menjaga wajah masing-masing.
Namun jika sudah di Rumah...
"Ya. Apakah ada hal khusus yang harus disiapkan?"
Henry lalu segera mengambil sesuatu dari balik Jas yang di pakainya, itu ada beberapa lembaran dokumen yang segera dilemparkan kearah Anya yang saat ini duduk di kursi.
Anya cukup kaget mendapat lemparan barang itu tiba-tiba.
"Ini..."
"Baca dan hafalkan semua itu, ingat ketika kita memasuki Keluarga Achilles, kita harus bertingkah seperti pasangan sesungguhnya, itu hal-hal pokok yang harus kamu tahu, tentang bagaimana kita bertemu, kenapa kita jatuh cinta, dan bahkan kapan kencan pertama kita, semuanya sudah tertulis di sana dengan jelas. Benar, aku juga sudah menulis tentang apa saja yang aku suka dan apa saja yang tidak aku suka, Asistenku sudah menulis semuanya dengan baik, jadi lakukan tugasmu dengan baik untuk menghafalkan semuanya, dan memuaskan ku dimasa depan,"
Anya menatap lembaran dokumen yang cukup banyak itu.
Ini benar-benar sangat banyak!!
"Semua ini?"
"Harus selesai malam ini, kita akan segera kembali ke rumah keluargaku,"
Anya menatap kearah jam tangan yang sudah menunjukkan pukul setengah lima.
Apakah waktunya benar-benar cukup untuk menghafalkan semua omong kosong ini?
Sungguh sebuah kerja lembur tanpa bayaran ekstra.
Melihat Anya diam, Henry segera bertanya lagi,
"Apakah kamu paham soal hal yang Aku minta?"
Anya segera mengangguk, dan berkata,
"Aku akan berusaha menghafalkan semuanya,"
"Ya, kamu harus, tidak boleh tidak. Ah benar, Aku mau mandi, siapkan air hangatnya, sepertinya kamu sudah ber malas-malasan seharian sebaiknya kamu siap bekerja sekarang,"
Anya hanya bisa mengiyakan lalu segera menuju ke kamar mandi.
Sedangkan, Henry putuskan untuk segera duduk di kursi.
####
Malam itu, saat jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh, Henry sudah bersiap dengan pakaiannya, dan berkata kearah cermin, menatap pantulan tubuhnya sendiri, merasa cukup puas dengan pakaian yang di pakainya.
"Ternyata kamu memiliki selera yang bagus dalam memilih baju," kata Henry merasa senang.
Ya, baju kali ini yang di pakai adalah baju pilihan Anya, tentu Henry tidak repot-repot untuk mencari tahu profesi Anya.
Mendapatkan pujian untuk pertama kalinya, dari Tuan Muda itu tentu saja Anya merasa sedikit senang, yah semacam ini merupakan keahliannya.
Sebelumnya, mereka memang sempat ke Departemen Store untuk memilih baju pasangan yang cocok untuk mereka berdua.
Departemen Store milik Keluarga Achilles tentu saja hanya berisi pakaian-pakaian branded kelas 1, yang paling berkualitas dari yang berkualitas, yang paling mahal dari yang termahal.
Dirinya sudah melihat berbagai model pakaian, dan memang pakaian branded mahal semacam itu, memang layak untuk harganya.
Sayangnya, belum ada merk Pakaian miliknya yang ada disana, bagaimanapun juga, saat ini dirinya belum seterkenal itu, brand miliknya masih tergolong kelas 2, ini cukup berkelas, namun jelas masih kalah saing dengan brand-brand kelas 1.
Dirinya punya mimpi, suatu saat desain-desain miliknya bisa menjadi produk Brand kelas satu, seperti pakaian-pakaian berkelas yang dirinya lihat di Departemen Store itu.
"Terimakasih banyak atas pujiannya, Tuan Muda,"
Ya, Anya yang memilih set pakaian yang saat ini Henry kenakan.
Anya sempat binggung sebelumnya, untuk memilih pakaian mana yang cocok untuk Tuan Muda itu pakai.
Karena pakaian apapun yang dipakainya semuanya terlihat sangat cocok dan serasi, sangat berkelas yang karismatik.
Ini membuat Anya mulai berpikir, jika baju desainannya di pakai oleh Tuan Muda ini, apakah ini bisa menjadi hit dan menjadi salah satu Trend dari pada Tuan Muda Kaya?
Ya, hal ini layak karena sepertinya Tuan Muda itu tipe sosialis, yang akan sering pergi ke pesta-pesta sosial Para Tuan Muda Kaya.
Itulah yang dirinya dengar.
Itu pasti akan menjadi topik pembicaraan, soal baju apa yang dia pakai, atau jam tangan apa yang dia kenakan, mengigat dia adalah Tuan Muda dari Keluarga Achilles yang Kaya Raya.
Ya, tidak hanya wanita, Para Pria Kaya juga suka membicarakan soal apa yang mereka pakai, terutama jika itu hal mahal atau limited edition.
Jelas, ini hanya bisa Anya pikirkan, karena dirinya tidak mungkin bisa menyuruh Tuan Muda itu untuk memakainya pula.
Yah, mungkin jika ada suatu keberuntungan di masa depan.
Namun jelas ini bukan saatnya untuk memikirkan itu.
Saat ini, setelah selesai dengan persiapan mereka, keduanya segera turun kelantai bawah, dan sudah di sambut dengan sebuah mobil mewah yang akan mengantarkan mereka ke rumah Keluarga Achilles.
Anya mencoba menarik nafas dalam-dalam, untuk menenangkan dirinya.
Henry melihat wajah gugup disampaignya itu, hanya bisa merasa heran,
"Apa yang kamu takutkan? Kamu yang sudah aku berikan?"
"Aku sudah mengigatkannya, Tuan Muda,"
"Aku akan mencoba mengetes mu dulu,"
Anya dengan yakin segera berkata,
"Tentu, kamu mulai bertanya apa pun,"
"Jadi kapan pertama kali kita bertemu?"
"Bertemu di sebuah Pesta Dansa, dimana Aku langsung terkesima pada pesonamu dan jatuh cinta pada pandangan pertama dengan mu,"
Anya hampir merasa mual ketika mengucapkan omong kosong itu.
"Kamu mengingatnya dengan baik, lalu kemana kencan pertama kita?"
"Itu adalah sebuah bioskop, dimana kamu menyewa seluruh bioskop agar hanya kita berdua yang menonton filmnya, film yang di tonton adalah film romantis yang berjudul, 'Cinta Pertama,' sekitar 3 bulan lalu,"
Henry menganggu puas bagaimana Anya ingat itu dengan baik namun dirinya tetap bertanya,
"Lalu hadiah apa yang aku berikan padamu saat Anniversary kita saat kita sudah berkenan selama satu bulan?"
"Sebuah Kalung Liontin permata yang indah,"
"Makanan kesukaanku?"
"Steak daging sapi dengan saus Black Peper,"
"Alergiku?"
"Kacang Tanah,"
"Makanan yang tidak Aku sukai?"
"Sayuran, seperti wortel dan brokoli, juga buncis,"
Anya membutuhkan semua pikirannya, untuk menghafalkan semua omong kosong itu.
Benar-benar menguras otak!
Terutama soal mengigat detail soal kencan mereka, yang benar-benar penuh dengan omong kosong yang sangat konyol.
Anya benar-benar hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya merasa tidak habis pikir dengan semua ini.
"Bagus, itu yang harus kamu ingat agar layak menjadi Istriku, jangan ada kesalahan dan lakukan peranmu dengan baik,"
"Tentu Tuan Muda,"
"Owh benar, Aku sampai lupa sesuatu yang penting,"
"Apa itu Tuan Muda?"
"Panggil namaku,"
Anya sedikit tidak mengerti ketika Henry menagatakan itu.
"Maaf?"
"Apakah kamu tidak dengar? Panggil namaku, kamu tidak mungkin menyebutku Tuan Muda saat di depan Kakek?"
Anya segera mengangguk setuju, merasa itu cukup masuk akal.
"Henry,"
Mendengar itu, Henry merasa cukup puas.
Ya, wanita didepannya ini sangat tidak masuk akal, sejak mereka bertemu dan menikah, dia selalu menyebut dirinya Tuan Muda, bahkan di sesi bercinta mereka.
Itu benar-benar menyebalkan setelah mengigatkannya.
Apakah dia ini pelayannya atau sesuatu?
Sungguh, aneh.
Henry kadang tidak mengerti tentang pola pikir wanita itu.
Anya hanya bisa menatap heran ketika melihat Pria didepannya tersemyum tiba-tiba.
Apakah dia mendadak gila?
Kenapa dia tiba-tiba tersenyum sendiri seperti itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
ossy Novica
perbanyak sabar Anya , kalo menghadapi suami congkak .
2023-01-11
1