Setelah Anya membantu Henry melepaskan bajunya, Henry cara menuju ke kamar mandi dan mulai mandi dengan perasaan rumit.
Sekarang, selama berada di bak mandi dan berendam, Henry sedang memikirkan cara yang baik apa untuk menyiksa Anya dan membuat wanita itu kesal.
Namun, Henry tidak juga menemukan sebuah ide.
Sampai beberapa saat berlalu, dan Henry berpikir, dirinya memiliki sebuah ide yang bagus.
Toh mereka sudah menikah dan ini adalah malam pertama mereka, bukankah sangat baik untuk melakukan hal-hal semacam itu?
Lagipula, dirinya sudah lama tidak melakukannya, sejak rencana pernikahan ini, dirinya menahan diri untuk tidak berkencan dan berhubungan dengan wanita lainnya, takut-takut Kakeknya akan curiga jika Pernikahannya tidak serius.
Jadi, dirinya cukup sabar bertahan selama dua bulan ini.
Astaga, dua bulan tanpa melakukan itu, benar-benar sebuah neraka.
Rasanya sangat membuat frustasi, dan hal-hal menjadi menumpuk sekarang.
Namun, terbesit sebuah pikiran, jika Istrinya itu sudah tidak perawan lagi, hah pasti tidak asik.
Tapi, jika dipikirkan lagi itu artinya Anya sudah berpengalaman?
Sebenarnya bersama gadis-gadis muda cukup menyenangkan, namun dirinya yang akan memandu mereka yang tidak punya pengalaman ini cukup merepotkan, namun tetap menyenagkan.
Yah, mungkin tidak apa-apa mencoba yang sudah berpengalaman?
Sesekali, mencobanya juga tidak apa-apa.
Toh, dirinya lihat Anya itu cukup cantik bahkan tanpa make up-nya, hanya saja ekpersi wajah datarnya itu yang menyebalkan.
Dirinya toh sudah membeli Anya dengan harga mahal, jelas dirinya harus mendapatkan keuntungan sebanyak-banyak dari apa yang sudah dibelinya, dan yang sudah dimilikinya itu.
Dirinya juga ingin melihat seberapa jauh, Anya sialan itu cukup toleran.
Setelah berpikir sejenak, akhirnya Henry sudah memutuskan soal apa rencana yang akan dirinya lakukan.
Jadi, segera Henry memanggil Istri Barunya itu untuk masuk kekamar mandi.
"Anya, masuk ke kamar mandi dan bawakan aku handuk,"
Anya yang awalnya sedang berganti baju handuk itu, karena terlalu malas jika memakai pakaian pengantin yang berat terlalu lama, toh nanti setelah ini akan mandi.
Anya jelas segera membenarkan baju yang dipakainya itu, lalu segera mencari handuk di kamar itu.
Dengan sigap segera memasuki kamar mandi yang memang tidak dikunci itu.
Yang Anya lihat adalah Henry yang saat ini masih berendam di bak mandi.
"Ini Tuan Muda, handuk yang anda suruh ambilkan,"
Henry yang memilihat Anya akhirnya datang itu, segera tersenyum dan berkata,
"Baik, kamu membantuku mengeringkan tubuhku,"
Anya benernya merasa cukup terkejut dengan permintaan tiba-tiba itu.
Namun sebisa mungkin tetap menjaga ekpersinya.
Sampai kemudian, Henry segera berdiri dari Bak Mandi dan keluar dari bak mandi itu, yang itu artinya Henry tidak mengenakan apapun, berdiri dihadapan Anya, dengan rambut dan tubuhnya yang masih basah, sekilas bisa melihat tetesan air yang perlahan turun di dada bidang itu, dan di otot-otot perutnya yang terawat.
Anya mau tidak mau melihat pemandangan itu tanpa disengaja, karena Henry berdiri cara tiba-tiba membuat dirinya tidak sempat bereaksi.
Sampai matanya salah melihat kearah tertentu dibawah sana, tempat dibawah perut itu, sesuatu yang dimiliki oleh semua Pria.
Sesuatu itu sedikit bergoyang jika dilihat lebih dekat, karena pemiliknya sedang bergerak turun dari bak mandi.
Anya mau tidak mau merasa menelan ludahnya sendiri, merasa hal yang barusan dirinya lihat terlalu memalukan.
Jadi, Anya jelas segera kembali menatap wajah Henry, mencoba untuk tidak memperhatikan bagian bawah Henry tidak mengenakan apa-apa itu.
Namun, Henry jelas menatap perubahan wajah itu, yang terlihat cukup malu-malu.
Henry lalu tersenyum dan berkata,
"Apa yang coba kamu lakukan? Cepat lakukan apa perintahku, jangan diam saja,"
Anya hanya bisa merasa heran, tentang Pria tidak tahu malu didepannya itu, yang berani sekali menujukan aset rahasianya itu, tanpa sedikitpun perubahan ekpersi di depan seorang wanita.
Anya mencoba untuk tetap fokus dan hanya menatap ke arah wajah Henry, mengunakan handuk ditangannya, untuk perlahan-lahan menyeka tubuh basah itu.
Sebenarnya, Henry juga cukup terkejut dengan Anya yang benar-benar mau melakukannya tanpa penolakan sedikitpun.
Apakah karena Anya memang berpengalaman?
Saat ini jarak mereka sangat dekat.
Bohong jika Anya bilang dirinya tidak gugup.
Berbeda dari saat melepaskan baju Henry sebelumnya, dirinya tidak gugup karena dirinya seorang Desainer sudah biasa untuk mengukur baju dan berurusan dengan beberapa model Pria.
Namun jelas tidak dalam jarak yang sedekat ini, yang terbilang cukup intim terutama, karena Henry tidak memakai sehelai kainpun ditubuhnya.
Namun sebisa mungkin, Anya menahan ekpersinya, dirinya tidak boleh menunjukkan terlalu banyak ekpersi atau kesan, karena itu pasti respon yang ditunggu oleh Pria di hadapannya itu.
Tenang, Anya...
Tenang...
Ini adalah soal menguji kesabaran, tentang siapa akan menang, seorang yang lebih banyak bisa menanggung malu yang akan menang.
Henry juga menatap wanita didepannya ini, yang saat ini mulai menunjukkan ekspresi lebih rileks.
"Kenapa kamu dari tadi menatap kearah wajahku? Kamu menyeka tubuhku, jadi lihat dengan benar apakah itu masih basah atau tidak,"
Anya jelas mencoba untuk menghindari menatap beberapa bagian di tubuh itu.
Karena jika dirinya mantap ke arah bawah jelas sekali pemandangan macam apa yang dirinya lihat, seperti itu dirinya tidak yakin bisa menjaga ekspresinya.
Namun Henry melihat Anya sepertinya enggan untuk menuruti perintahnya kali ini, jadi Henry segera memegang pipi Anya, membuat Anya menunduk.
Anya yang segera di suguhkan pemandangan tidak terelakan itu, mau tidak mau telinganya sedikit memerah.
Sungguh!
Pria di depannya sangat tidak tahu malu!!
Tidak tahu malu!
Apa-apa menujukan hal semacam itu padanya?
Dasar Gila!
Henry merasa ada perubahan di wajah Anya itu segera tersemyum dan berkata,
"Tidak apa-apa untuk kamu lihat, di masa depan mau tidak mau kamu juga akan melihat hal-hal ini, jadi bagaimana menurutmu? Apakah itu hal yang bagus?"
Anya mencoba kembali menormalkan ekspresinya dan sekali lagi mengalihkan pandangannya kearah wajah Henry, yang saat ini menunjukkan ekspresi senang yang tidak tahu malu.
Anya merasa muak, namun dirinya tidak boleh menunjukkan hal itu.
Anya segera menarik nafas dalam-dalam untuk mencoba menormalkan ekspresinya dan berkata,
"Ya, itu hal yang bagus, memiliki bentuk yang baik, dan warna yang baik, dan ukuran yang cukup Fantastis,"
Henry mendengar kata-kata itu segera tertawa, sepinya hanya membuat lelucon mana tahu jika wanita di depannya ini benar-benar akan menjawabnya.
"Pfff... Tentu saja ini memang hal yang bagus, ini adalah kebanggaan ku,"
Anya selama masa ini berhasil menyelesaikan tugasnya mengeringkan tubuh Henry.
Namun ketika Anya hendak pergi, Henry menarik tubuh Anya.
"Ah, aku melupakan sesuatu hal yang penting untuk Aku beritahu padamu, malam ini kamu harus melayaniku di tempat tidur, ini adalah sebuah perintah,"
Anya yang mendengar itu menjadi cukup kaget.
Ya, dirinya tidak tahu juga harus macam itu akan berlangsung begitu cepat.
Anya bisa merasakan ketika Henry mulai melepaskan tali baju handuk yang dipakainya.
Jika baju handuk ini di lepas, yang tersisa hanya pakaian dalam.
Ini masih sedikit memalukan, untuk Anya.
Namun, dirinya dari awal sudah siap untuk soal hal-hal ini sejak memulai rencananya.
Ya, awalnya dirinya ingin membuat Tuan Muda di depannya ini tidak tertarik padanya dan tidak akan menyentuhnya namun ternyata Tuan Muda didepannya lebih agresif dan tidak tahu malu, lebih dari yang dirinya perkirakan.
Hah...
Ini benar-benar merepotkan.
Henry perlahan melihat wajah Anya yang sedikit malu, merasa cukup puas dengan ekspresinya.
Sepertinya, nanti malam akan menjadi hal-hal yang cukup indah.
Namun jangan harap dirinya akan berlaku degan sopan, dan lembut.
Ini bukan untuk gadis didepannya bersenang-senang, namun ini adalah sebuah hukuman yang dirinya berikan.
Setelah cukup untuk mengoda Anya, Henry segera mengambil handuk ditangan Anya, dan mulai berjalan keluar dari kamar mandi.
Menantikan, hal-hal yang akan dirinya dapatkan malam ini.
Anya juga melihat bagaimana Henry keluar dari kamar mandi, dan masih tidak mengenakan apapun itu, hanya membawa sebuah handuk kecil, entah akan dipakai atau tidak!
Astaga...
Ternyata dia sangat tidak tahu malu dan mesum.
Pantas saja, dia dijuluki pemakan wanita di kalangan gadis-gadis di daerah ini, Casanova berhati dingin, namun sangat tampan, tetap membuat semua orang terpesona bahkan walaupun memiliki sifat yang buruk.
Hah, wajah tampan benar-benar menjadi masalah utamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments