...16...
Mobil Kendrik berhenti di depan sebuah butik yang paling terkenal di Negeri V. Butik langganan yang menjadi langganan dari nenek moyang keluarganya. Ziera hanya menatap hambar bangunan tiga lantai yang sangat megah tersebut. Wajarnya sama sekali tidak kagum karena butik langganannya dulu jauh lebih megah dan terkenal dibandingkan butik ini.
Label butik ini saja berada pada urutan ke 18 dari butik-butik terkenal di seluruh dunia. Sedangkan ia, selalu memesan pakaian dari butik dengan peringkat paling teratas.
Kendrik yang melihat Ziera terus menatap ke arah butik, yakin jika Ziera pasti tidak pernah datang ke butik mahal seperti ini. Buktinya, gadis itu tidak berkedip melihat butik tersebut.
"Aku tahu kamu tidak pernah pergi ke butik besar dan seterkenal ini. Akan tetapi, jangan membuatku malu dengan sifat kampunganmu itu," cela Kendrik dengan begitu tajam, yang berhasil mengoyak harga diri serta ego Ziera.
Ziera yang tidak terima dihina seperti itu hendak membalas ucapan menyakitkan Kendrik. Namun, belum sempat ia membalas, Kendrik sudah turun dari mobil begitu saja.
"Brengsek, dasar pria gila. Dia belum tahu saja siapa diriku. Lihat saja, sampai Dady mengakui aku kembali sebagai putrinya. Saat itu kamu akan menunduk malu karena sudah memperlakukan seorang putri Gracin secara tidak terhormat---"
Tok!
Tok!
Tok!
Belum sempat Ziera selesai dengan unek-unek kemarahan serta umpatan-umpatan kekesalan pada Kendrik. Pria menyebalkan itu malah mengetuk jendela mobil. Ziera menurunkan kaca jendela mobil dan menatap Kendrik dengan tatapan kesal.
"Kenapa kamu diam di dalam? Ayo turun!" titah Kendrik mutlak dengan aura membunuh yang menguar dari tubuhnya. Ia suda tidak tahan lagi dengan sikap Ziera yang selalu berhasil membuat darahnya mendidih sampai ke ubun-ubun.
"Apa seorang calon suami tidak membukakan pintu untuk calon istrinya?" sinis Ziera dengan melempar pertanyaan menyindir. Jika tidak membantah dengan perintah Kendrik maka itu bukan Ziera Gracin. Ia tidak mau terus dikendalikan oleh Kendrik.
"Sandiwaranya belum dimulai. Jadi jangan sok mengajariku." Kendrik mulai geram tapi masih berusaha menahan amarahnya.
"Apa kamu tidak takut jika Galen dan Marsha melihat kita secara tidak sengaja dan kamu tidak memperlakukanku dengan baik? Kita sudah ada di depan butik. Semua kemungkinan bisa terjadi."
"Aku tidak peduli, jika kamu ingin tetap di dalam mobil silahkan. Maka, dengan senang hati akan ku kunci mobil ini." Kendrik melenggang pergi begitu saja meninggal Ziera, yang terkejut bukan main. Langkah kaki Kendrik berhenti, ia mengangkat kunci mobil ke udara dan hendak menekan tombol kunci mobil. Dengan cepat Ziera segera turun dari mobil.
Kendrik tersenyum puas. Gadis itu ingin mengerjai dirinya, tentu tidak akan bisa. Sedangkan Ziera menatap sebal pada Kendrik yang tengah berjalan di depannya. Ingin sekali ia menendang bokong Kendrik hingga pria itu terpental seperti katak. Pasti sangat menyenangkan melihat dia jatuh dengan posisi itu. Berniat ingin membalas dendam pada Kendrik tapi pria itu malah membalikkan situasi.
Saat tiba di depan pintu masuk butik. Kendrik menghentikan langkah kakinya tanpa aba-aba sehingga membuat Ziera yang berjalan di belakang menabrak punggung Kendrik yang berhenti mendadak.
"Auuu!" pekik Ziera sambil memegangi wajahnya yang membentur punggung Kendrik. Ia sudah tidak tahan lagi, ia sudah muak dengan hal ini. Api kemarahan terlihat berkobar dengan sangat besar dikepala Ziera.
"Hei, kalau jalan itu yang bener!" marah Ziera dengan memukul keras lengan Kendrik yang terasa padat. Bagi seorang Kendrik pukulan Ziera tidak berarti apa-apa. Ia berbalik menatap Ziera. Di mana wajah gadis itu terlihat merah padam.
"Maling teriak maling. Kamu yang ceroboh tapi sok mengajariku untuk jalan yang benar. Jalan itu pakai mata," balas Kendrik.
"Hei, di mana-mana jalan itu pakai kaki bukan pakai mata. CEO kok tolol."
Kendrik mengepalkan kedua tangannya erat. Sungguh gadis di depannya benar-benar menguji kesabaran. Ingin sekali rasanya ia menyobek mulut gadis itu hingga dia tidak akan pernah bisa berbicara lagi.
"Jaga sikapmu dan bertingkahlah seperti perempuan berkelas! Dasar gadis ceroboh berjalan saja kamu tidak melihat apa yang ada di depanmu," sentak Kendrik yang sudah mulai kehabisan kesabaran.
"Apa kamu menyalahkan aku?" Ziera menunjuk dirinya sendiri.
"Yah karena kamu yang salah di sini. Jadi, sekarang minta maaflah padaku."
"Hah, di mana-mana orang itu tidak berhenti berjalan dengan mendadak. Di sini kamu yang salah jadi minta maaf padaku." Ziera menolak mentah-mentah.
Pertengkaran adu mulut antara mereka akhirnya tidak dapat terelakkan lagi. Keduanya tidak mau mengalah, baik itu Kendrik atau pun Ziera.
Dari dalam butik terlihat Galen menatap ke arah mereka dengan senyum senang. Tentu ia tahu jika Kendrik dan juga calon istrinya sedang bertengkar. Tidak ada yang lebih baik dari situasi ini untuk menghina dan mencaci maki saudaranya yang tidak berguna itu.
"Selain ceroboh kamu juga sangat keras kepala. Di mana-mana orang yang berjalan di belakang harus melihat ke depan. Sepertinya matamu itu picek," ucap Kendrik mulai frustasi.
"Berani sekali kamu mengatai mataku yang indah ini picek. Di mana-mana orang yang berjalan dan akan berhenti itu harus memberikan tanda atau aba-aba," balas Ziera tak mau kalah.
"Aku bukan kendaraan yang bisa berklakson ketika berhenti."
"Aku tidak mau tahu di sini kamu yang salah Kendrik gi---"
"Belum juga menikah tapi sudah bertengkar dengan hebat. Lebih baik kalian urungkan saja niat kalian untuk menikah!" seru suara bass yang terkesan mengejek.
Pertengkaran antara Ziera dan Kendrik terhenti. Mereka berdua menatap ke arah sumber suara di mana Galen tengah berdiri dengan kedua tangan dilipat di depan dada. Wajah pria itu sangat angkuh dan terkesan merendahkan.
"Kamu tidak perlu ikut campur dalam urusan kami," ucap Kendrik dengan dingin. Ia tida menduga jika Galen akan melihat pertengkarannya dengan Ziera. Semua ini salah gadis itu yang sangat keras kepala.
"Tentu saja aku akan ikut campur selama itu berurusan dengan urusan adikku." Galen melirik ke arah Ziera. Ia tidak menampik jika calon adik iparnya itu sangat cantik. Postur tubuh yang ideal dan seksi, kemudian paha mulus dan putih, serta wajah yang sangat cantik dan memikat.
Galen yang terus memperhatikan Ziera membuat Kendrik tidak suka. Galen menatap Ziera dengan tatapan memangsa, persis seperti singa yang sedang mengintai targetnya.
"K---"
"Sepertinya Kakak ipar tidak pernah melihat gadis cantik," sosor Ziera dengan cepat mendahului Kendrik sehingga membuat Kendrik tidak jadi bicara.
Galen lansung mengalihkan pandangannya. Kata-kata Ziera mungkin terdengar lembut. Akan tetapi mengandung sejuta sindiran yang tentu saja mengenai sasaran.
...----------------...
...****************...
Jangan lupa
like
komentar
gift
vote
tips
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments