...14...
Kendrik dan Ziera kini telah duduk berhadapan di salah satu ruang Vvip kafe. Kendrik sengaja memesan tempat privat ini agar orang lain tidak tahu pembicaraan dirinya dan juga gadis tanpa saringan yang di hadapannya. Ia juga tidak ingin kaki tangan Galen sampai mengetahui hal ini, jika itu terjadi maka semuanya akan hancur.
Sedangkan Ziera mengedarkan pandangannya dengan bibir mencebik terkesan merendahkan. Ia menatap ke arah Kendrik yang berada persis di depannya. Sejak tadi, pria itu terus saja memperhatikan dirinya. Wajar saja karena ia memang cantik dan menawan. Siapa saja bisa jatuh dalam pesona seorang Ziera Gracin, termasuk pria aneh bermuka tembok itu.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu? Aku tahu, aku cantik," celetuk Ziera dengan kepercayaan diri yang super tinggi. Bahkan mengalahkan tingginya menara eiffel. Kendrik yang mendengar hal itu memutar kedua bola matanya malas. Rasanya, ia ingin muntah darah detik ini juga. Selain mempunyai mulut tanpa saringan, ternyata gadis tersebut sangat narsis.
"Kamu narsis sekali, tapi sayangnya bagiku kamu tidak cantik sama sekali. Percuma cantik tapi mulutmu tidak memiliki attiude," hina Kendrik dengan seringgainya.
Wajah Ziera menjadi pias. Sungguh, berbicara dengan pria aneh ini yang ia dapatkan hanya rasa sakit karena mulut pedas pria itu.
"Attitude dalam bicara? Rasanya kamu tidak pantas mengajariku akan hal itu karena mulutmu juga sama sekali tidak memiliki attiude. Asal kamu tahu, aku tidak perlu berpura-pura mengucapkan kata-kata yang manis karena aku bukan orang yang munafik."
"Ohhhh, ternyata selain narsis dengan mulut tanpa saringan kamu juga pandai bermain kata."
"Tentu saja, lebih baik seperti itu dari pada pandai membuat skandal dan kebohongan," sindir Ziera, yang berhasil membuat darah Kendrik memanas.
Tok!
Tok!
Tok!
Suara ketukan pintu membuat perdebatan Ziera dan Kendrik terhenti. Keduanya menoleh ke arah pintu ruangan tersebut.
"Masuk!" seru Kendrik memerintah. Setelah mengatakan hal itu. Pintu terbuka dan menampilkan sosok pria muda tinggi tegap dengan wajah dihiasi oleh kacamata masuk dan mendekat ke arah mereka.
Ziera memicingkan mata sebelah kanannya. Pria yang kini berjalan ke arahnya cukup tampan. Namun, ia tak memungkiri jika Kendrik lebih tampan dan mempesona. Menyadari pikirannya yang memuji pria aneh itu. Ziera menggelengkan kepalanya dengan cepat. Percuma tampan tapi tidak waras.
"Selamat pagi, Tuan, Nona." Pemuda itu membungkukkan tubuhnya hingga 90° sebagai bentuk penghormatan kepada Kendrik dan juga Ziera.
"Siapa dia?" tanya Ziera dengan cepat, sebelum Kendrik buka suara.
"Dia Geon, Asisten pribadiku," hembus Kendrik dengan tatapan sinis.
"Perkenalkan Nona, saya Geon Prakarsa. Asisten pribadi Tuan Kendrik," ucap Geon dengan mengembangkan senyum manis di bibirnya, yang membuat wajah pria itu semakin tampan.
"Iya, aku sudah tahu, tadi kan majikanmu sudah memberitahuku," timpal Ziera acuh sambil memainkan kuku-kuku tangannya.
"Geon berikan surat kontraknya!" pinta Kendrik datar. Di mana aura dingin mulai memenuhi atmosfer di dalam ruangan tersebut.
Sesuai perintah sang Bos. Geon memberikan berkas yang ada di tangannya pada Kendrik. Di mana, berkas tersebut lansung di lempar di depan Ziera.
"Apa kamu tidak bisa meletakkannya tanpa pakai urat?" dengus Ziera tidak suka dengan sikap Kendrik yang sama sekali tidak mempermalukan ia dengan hormat.
"Berhentilah membeo, baca sekarang lalu tanda tangani!" ucap Kendrik mutlak.
"Tidak!" Tolak Ziera tegas, membuat Kendrik dan Geon mengerutkan dahi terkejut.
"Aku tidak akan membaca berkas ini, sebelum kamu memberitahuku alasan dibalik semua ini. Di sini kita dua pihak yang bekerja sama. Kita adalah rekan kerja, jadi semuanya harus terlihat transfarans," lanjut Ziera. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi hingga Kendrik memerlukan seorang istri kontrak.
"Nona, lancang sekali---" Ucapan Geon terhenti saat Kendrik mengangkat tangannya ke udara.
Waw, ternyata dia memiliki kelebihan juga ternyata. Dia tahu tentang cara menjalankan sebuah kesepakatan. Batin Kendrik menatap tajam pada Ziera. Akan tetapi, bukannya malah takut. Ziera malah merasa gugup dengan tatapan elang itu. Di mana ia merasakan aura Kendrik menekan atmosfer di sekelilingnya.
"Sesuai dengan permintaanmu, Ziera. Aku akan mengatakan alasanku menjadikanmu istri kontrakku. Alasan yang pertama, aku ingin menyakiti mantan kekasihku, dia sudah mengkhianatiku. Oleh karena itu, aku peringatkan padamu, selama kontrak kita berlaku jangan sampai kamu jatuh cinta padaku karena aku sangat membenci rasa itu. Bagiku, cinta adalah gerbang pengkhianatan. Lalu, alasan kedua karena aku ingin menjadi penerus Cermide Group. Aku tidak ingin Galen mengalahkanku dalam pertempuran ini. Untuk itu, kamu harus belajar menjadi wanita kaya yang anggun dan juga berattiude. Aku tidak ingin sampai kamu membuatku malu dan membuat Marsha calon istri Galen dibanggakan oleh dadyku." Kendrik menutup penjelasannya.
Ziera meremas tangannya sendiri mendengar penjelasan panjang Kendrik. Sangat hebat, sungguh sangat hebat. Ternyata pria di depannya sangat kejam dan pendendam, pria itu berniat memanfaatkan dirinya untuk mencapai tujuan egoisnya.
"Kisah yang sangat tragis. Satu hal yang perlu kamu ketahui, Kendrik Ceramide. Aku tidak akan pernah jatuh cinta pada pria sepertimu. Jadi kamu jangan khawatir karena hal itu tida akan terjadi. Akan tetapi, kamu yang harus takut, siapa tahu kamu yang akan terjebak dalam lingkaran pesonaku, dan saat kamu terjebak. Kamu tidak akan pernah bisa keluar." Ziera mengedipkan sebelah matanya genit. Lalu, tersenyum dengan smirknya. Sedangkan, Kendrik membuang wajah karena merasa mual dengan kedipan genit Ziera.
Ziera meraih berkas yang ada di depannya. Membuka satu persatu lembar putih yang dipenuhi oleh tinta hitam. Membacanya dengan begitu teliti. Ia tidak percaya jika syarat yang diajukan oleh Kendrik hampir berjumlah seratus.
Persyaratan macam apa ini? Dia membuat banyak sekali persyaratan dan kesepakatan. Mana, kalau aku melanggar, gajiku setiap bulannya dipotong sepuluh persen, lagi. Pria ini memang gila. Batin Ziera dengan bibir mengerucut ke depan persis seperti tikus.
Mata Ziera membola saat membaca persyaratan di mana ia harus menyiapkan keperluan Kendrik. Mulai dari pakaian, makanan, dan lain-lain. Lalu, ia harus belajar tata krama dan bagaimana cara berbahasa yang sopan. Ziera menutup berkas itu dengan kasar. Lalu, menatap Kendrik dengan wajah kesal walaupun sebenarnya ia gentar untuk melakukan hal itu. Namun, ia tidak ingin Kendrik mengambil banyak keuntungan dari kesepakatan ini.
"Kau membuat persyaratan terlalu banyak," protes Ziera tak terima.
"Itu terserah padaku karena di sini aku yang menjadi pihak yang membayar. Jadi wajar, jika aku mengajukan persyaratan sebanyak itu. Aku tidak ingin rugi dan menggajimu dengan percuma."
"Kita hanya menikah kontrak. Bukan berarti kamu membuatku seperti pembantu."
"Siapa yang mengatakan jika kamu menjadi pembantu. Kamu akan menjadi istri kontrakku. Namun, itu bukan berarti kamu tidak melakukan tugasmu sebagai seorang istri. Selama enam bulan ke depan, kamu akan bersikap selayaknya seorang istri dan begitu pula denganku yang akan memperlakukanmu selayaknya seorang suami. Apa kamu pikir kita menikah dan kamu hanya akan duduk manis seperti ratu? Oh, tentu saja tidak. Sekali lagi seperti yang aku katakan, aku tidak mau rugi dan menggajimu denga percuma."
...----------------...
...****************...
Jangan lupa
like
koment
gift
vote
tips
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments