...12...
Hari berlalu dengan cepat. Hari pernikahan sudah ditentukan. Keluarga Ceramide mempersiapkan acara tersebut dengan begitu mewah dan juga megah. Hal itu di karenakan kedua putra Ceramide akan menikah dalam satu acara yang sama.
Tuan Darma sudah mengundang banyak kolega serta para petinggi kota untuk hadir di acara ini. Ia ingin semua orang akan kagum dengan pesta mewah yang akan ia selenggarakan.
Semua pelayan mulai sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Tidak ada yang berani hanya sekedar diam atau beristirahat. Mereka terus berlari ke sana-ke mari dan memastikan semuanya sempurna dan sesuai dengan keinginan sang majikan.
Terlihat di ruang tamu, Galen dan Marsha tengah duduk berdampingan dengan Tuan Darma yang duduk di depan mereka. Di mana sebuah meja kaca menjadi sekat di antara mereka. Ketiga orang itu sedang bercengkrama dengan asiknya, melempar candaan dan guyonan jenaka seperti keluarga yang begitu harmonis.
Dari arah tangga, terlihat Kendrik turun sembari membenahi jas yang melekat di tubuhnya. Tuan Darma, Galen, dan juga Marsha menghentikan obrolan mereka saat melihat kehadiran Kendrik.
"Di mana calon istrimu, Ken? Dady sudah memintamu untuk membawa dia ke sini bukan?" tanya Tuan Darma dengan ekspresi datar dan terkesan dingin seperti biasa. Ekspresi yang selalu ditunjukkan pada Kendrik.
Kendrik menghentikan langkah kakinya, menatap sekilas ke arah Galen dan Marsha yang saling bergandengan dengan begitu mesra. Ia memilih membuang wajah karena merasa mual melihat wajah sok manis Marsha. Rasanya ingin sekali ia mencakar wajah cantik itu hingga hancur.
"Aku akan menjemputnya, Dad," jawab Kendrik dengan memasang senyum tulus pada Tuan Dadma, yang hanya di balas acuh.
"Calon istrimu sangat manja. Lihatlah, calon istri kakakmu, Marsha. Dia datang ke sini sendiri," sindir Tuan Darma dengan memuji Marsha, yang lansung membuat Marsha semakin angkuh.
"Tentu saja, Dad. Aku tidak ingin menyusahkan Galen. Makanya, aku datang sendiri," ucap Marsha.
"Bilang saja jika Galen tidak mau menjemput dirimu, Sha. Aku bukan pria seperti Galen yang akan membiarkan kekasihnya datang sendiri. Aku akan menjemput kekasihku, permisi." Kendrik memilih untuk berpamitan dan segera pergi daripada terus mendengar penghinaan yang membuat telinganya terasa jengah di pagi yang cerah ini.
Setelah kepergian Kendrik. Wajah Marsha berubah pias, apa yang dikatakan oleh Kendrik memang benar. Galen tidak mau menjemput dirinya sehingga ia harus datang sendiri ke sini. Dulu, saat masih menjadi kekasih Kendrik, mantan kekasihnya itu selalu menjemput dirinya. Kendrik tidak pernah membiarkan dirinya kemana-kemana sendiri. Sangat berbeda dengan Galen yang hanya mengirimkan mobil mewah untuk menjemputnya.
"Jangan pikirkan perkataan anak itu, Marsha. Galen barusan mengurus pekerjaan kantor bersamaku sehingga dia tidak bisa menjemputmu," ujar Tuan Darma mencairkan suasana canggung yang berhasil diciptakan oleh Kendrik.
Galen menggenggam tangan Marsha semakin erat. Memberi kehangatan agar calon istrinya itu tidak kepikiran dengan perkataan Kendrik. Lihat saja nanti, ia akan membuat masalah dengan Kendrik. Pecundang itu sudah berani membuat Marsha meragukan dirinya.
"Apa yang dikatakan Dady memang benar. Kendrik pasti cemburu melihat kita makanya dia mengatakan hal itu. Aku sudah mengirimkan mobil mewah untukmu, aku rasa itu sudah cukup," ucap Galen menghibur Marsha, yang hanya di respon dengan anggukan oleh gadis itu.
"Lebih baik sekarang kalian segera pergi ke butik untuk melakukan fiting baju pengantin. Galen, pilihkan baju yang mahal dan juga mewah untuk Marsha dan pastikan calon istri Kendrik juga melakukan hal itu. Dady tidak ingin dia mempermalukan keluarga kita dengan selera murahannya."
"Iya, Dad. Sayang, kita pergi sekarang?" Galen bangkit dari duduknya.
"Ayo," jawab Marsha sinkat, kemudian mengamit manja lengan Galen.
...----------------...
Mobil Kendrik berhenti di depan kontrakan kecil yang bahkan lebih kecil dari kamarnya. Kontrakan tempat tinggal Ziera sang calon istri kontrak. Sebenarnya, Ziera sudah melarang ia untuk menjemput gadis itu. Namun, bukan Kendrik namanya jika ia menurut dan patuh pada gadis menyebalkan itu. Ia mendapatkan alamat serta nomer ponsel Ziera dari HRD di kantornya. Latar belakang gadis itu masih belum jelas. Seakan-akan identitas gadis itu sengaja di sembunyikan oleh seseorang. Mulai dari sosmed dan juga surat riwayat hidup Ziera tidak mampu menjelaskan siapa gadis itu sebenarnya. Dan hal itu membuat ia berpikir jika Ziera adalah gadis yatim piatu yang terlantar.
Hari ini adalah hari kedua kalinya ia akan bertemu dengan gadis dengan mulut tanpa saringan itu. Jika mengingat bagaimana Ziera menunjuk upil sialan yang keluar dari hidungnya, sungguh imagenya lansung hancur berkeping-keping. Hal itu terlihat dari wajah Kendrik yang bersemu merah karena malu.
Tok!
Tok!
Tok!
Lamunan Kendrik seketika buyar saat mendengar seseorang mengetuk jendela mobilnya. Ia pun menoleh untuk melihat siapa yang mengetuk jendela. Tubuh Kendrik lansung mundur kaget melihat wajah Ziera yang sudah menempel di kaca mobilnya dengan ekspresi abstrak. Sungguh, untuk sesaat jantungnya terasa lepas dari gantungan karena saking kagetnya.
"Dasar, gadis menyebalkan. Untung saja jantungku kuat," umpat Kendrik dengan menurunkan kaca jendela mobilnya sehingga wajah Ziera kini terlihat jelas.
"Pak, kenapa kamu parkir sembarangan di sini. Mau ku tilang?" Ziera memasang wajah melotot seperti seorang polisi yang sedang marah. Awalnya ia kaget melihat mobil mewah siapa yang parkir di depan kontrakan mininya. Karena penasaran ia mengintip lewat jendela dan menemukan sang calon suami kontrak tengah melamun. Tentu saja ia kaget karena ia sudah melarang pria itu untuk datang ke sini. Namun, sepertinya pria tidak waras itu tidak mengubris larangannya.
"Masuklah, kita harus menandatangani surat perjanjian. Setelah itu kita akan pergi fiting baju pengantin," ucap Kendrik lansung to the poin. Tentu saja dengan ekspresi datar.
"Apa? Fiting baju pengantin? Bukankah hari ini kita hanya akan menandatangani surat kontrak?" cecar Ziera dengan wajah terkejut. Pasalnya, ini terlalu cepat. Bahkan, mereka belum saling mengenal dan bertemu beberapa hari yang lalu. Ia juga sama sekali belum tahu nama calon suami kontrak yang akan ia nikahi, dan sekarang mereka sudah akan melakukan fiting baju pengantin?
"Kapan aku bilang, kita hanya akan menandatangani surat kontrak hari ini?"
"Tapi tetap saja ini terlalu cepat."
"Terserah aku tidak peduli, sekarang masuklah."
"Tidak mau, aku sudah menolak untuk kamu datang menjemputku kan. Jadi, aku akan pergi sendiri ke tempat perjanjian kita tadi malam."
Cletak!
"Auuu!" ringgis Ziera sambil memegangi dahinyayang di jentik dengan keras oleh Kendrik. Ia yakin pasti keningnya yang putih akan memerah.
"Jangan terus membantah atau aku potong gaji bulananmu," ancam Kendrik yang mulai kehabisan kesabaran.
"Coba saja, aku tidak akan mau menjadi calon istri kontrakmu kalau begitu," tantang Ziera. Jika menjadi gadis penurut maka itu bukanlah Ziera.
"Aku tidak akan rugi. Aku bisa menyewa gadis lain dan menyuruhnya operasi plastik hingga mirip seperti wajahmu."
"Baiklah, okeh aku masuk. Kamu puas," sinis Ziera dengan pasrah. Lalu, berjalan masuk ke dalam mobil.
Sementara Kendrik menahan tawanya melihat ekspresi kesal Ziera yang sudah mirip ikan buntal yang akan meledak. Sungguh, sangat lucu. Anggap saja sebagai balasan untuk masalah upil hari itu.
...----------------...
...****************...
Jangan lupa
like
komentar
gift
vote
tips
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Dewi Kijang
lanjut terus thoor tetap semangat ya
2023-05-18
0
Refiana Faza
ceritanya bagus, tapi kok kenapa sepi ya yg komen dan like 🥺
2023-05-15
1