...5...
Akhirnya, setelah berlari cukup jauh dan sangat melelahkan Ziera sampai di depan perusahaan yang sangat besar dengan dua belas lantai. Ziera hanya menatap gedung tinggi tersebut dengan ekspresi biasa-biasa saja. Tentu saja karena perusahaan ayahnya jauh lebih besar dan tinggi dari pada ini.
Ziera membaca nama perusahaan yang terpampang begitu besar, Ceramide Group. Salah satu perusahaan industri yang besar di kota V. Dari samping bangunan tersebut, terlihat seorang gadis dengan rambut pirang berlari ke arah Ziera dengan langkah kaki yang di buat tidak bersuara.
Hap
Ziera lansung tersentak kaget bukan kepalang saat merasakan pelukan seseorang di tubuhnya. Ia hampir berteriak tapi diurungkan karena orang yang memeluknya adalah temannya yang sudah membantu ia untuk bisa interviwe di perusahaan ini.
"Zie, akhirnya kita bisa bertemu lagi," pekik gadis yang bernama Bina. Teman satu kampus Ziera saat di kota B.
"Bin, untung aku ngak lansung mati kaget," umpat Ziera dengan melepaskan pelukan Bina yang terasa meremukkan badan kurus miliknya.
"Maaf-maaf, Zie kenapa penampilan kamu terlihat lusuh sih? Kamu itu mau interviwe di perusahaan besar bukan mau interviwe jadi pengemis," celoteh Bina tanpa sensor menilai penampilan Ziera yang memang sedikit berantakan dengan penuh keringat di pelipis putih temannya itu.
"Kamu tahu, aku ke sini itu lari tahu karena takut telat. Lihat ini sudah pukul delapan lebih tiga menit. Sekarang antarkan aku menuju tempat interviwe," pinta Ziera dengan tergesa-gesa. Ia hampir lupa dengan tujuan ia datang ke tempat ini untuk mencari pekerjaan. Akan tetapi, karena kehadiran Bina membuat waktunya semakin tersita.
Bina segera meraih tangan Ziera yang hendak lansung masuk ke dalam perusahaan, sembari tertawa melihat Ziera yang ingin segera masuk ke dalam perusahaan dengan penampilan berantakan.
"Zie, tunggu dulu," sanggah Bina dengan mengontrol tawanya.
"Apa lagi, Bi?"
"Sebelumnya maafkan aku, sebenarnya interviwe akan dimulai pukul sembilan. He ... He ...." Bina menyengir seperti kuda.
"Hah? Maksud mu?"
"Aku sengaja memintamu untuk datang tepat pukul delapan karena aku tahu kamu adalah gadis yang suka telat. Aku masih ingat, setiap hari kamu datang terlambat masuk kelas. Jadi, aku memberi tahumu setengah jam lebih lambat. Lihat saja, kamu bahkan telat tiga menit dari waktu yang aku katakan."
Ziera mendengus kesal. Jika ia tahu interviwe akan dimulai pukul sembilan. Ia tidak perlu lelah-lelah untuk berlari ke perusahaan ini sehingga penampilannya menjadi berantakan dan persis seperti seorang pengemis.
"Kau---"
"Sssttt, lebih baik kamu memperbaiki penampilanmu di toilet daripada kamu memarahiku sekarang. Baiklah, aku akan menemui setelah jam makan siang. Semoga berhasil. Aku pergi, by Zie!" seru Bina yang lansung berlari pergi meninggalkan Ziera yang menatapnya dengan kesal. Ia tidak ingin telinganya menjadi tuli mendengar omelan Ziera yang pastinya sangat panjang dan berputar-putar.
"Dasar teman laknat, Huhhhhh." Ziera menghembuskan nafasnya panjang. Lalu, masuk ke dalam perusahaan dan mencari toilet untuk memperbaiki penampilannya.
...----------------...
Di ruangan Presdir. Seorang pria paruh baya dengan setelan jas formal sedang duduk di kursi kebesarannya. Tatapannya yang tajam tengah menatap pintu ruangan miliknya yang terbuat dari kaca tebal transparan yang lansung menghubungkan ruangannya dengan para pekerja yang di bagi menjadi dua. Di mana hanya dinding kaca tipis yang menjadi sekat antara keduanya.
Yah, ia harus membagi perusahaannya sendiri karena ia memiliki dua orang putra. Ia ingin melihat siapa dari kedua putranya yang lebih pantas untuk duduk di kursi kebesaran ini dan yang akan menjadi penerus sekaligus Presdir selanjutnya. Namun, hingga detik ini. Kedua putranya masih seimbang walaupun ia berharap anak sulungnya yang akan duduk di kursi yang saat ini ia duduki.
Ceklekk!
Pintu kaca ruangan tersebut tiba-tiba terbuka. Dari balik pintu terlihat Kendrik tengah membawa beberapa berkas di tangannya. Yah, pria paruh baya dengan wibawa yang menguar dengan kuat itu adalah Tuan Darma Cermide, ayah dari Kendrik dan juga Galen.
Wajah tegas Tuan Darma semakin mengetat dengan tatapan tajam mengalahkan tajamnya sebuah pisau. Kendrik yang mendapat tatapan tajam dari sang ayah merasa sedikit tidak nyaman. Di mana atmosfer di sekelilingnya terasa berat dan sedikit mencekam.
"Dad, aku butuh tanda tanganmu untuk project baruku," ucap Kendrik dengan meletakkan berkas yang ia bawa di atas meja Tuna Darma.
Tuan Darma melirik sekilas ke arah berkas yang baru saja di letakkan oleh Kendrik, kemudian menatap putra bungsunya dengan tatapan datar.
"Di mana Marsha, sekertarismu?" tanya Tuan Darma dengan dingin karena biasanya Kendrik selalu datang dengan Marsha. Gadis dengan otak encer yang ia ketahui adalah kekasih putranya.
"Ak---"
"Dia ada di sini, Dad!" seru suara bass dari arah pintu yang membuat Tuan Darma dan Kendrik menoleh ke arah pintu, di mana terlihat Galen dan Marsha yang saling merangkul mesra.
Kendrik menggigit bibir bawahnya dengan keras. Hatinya terbakar api cemburu melihat Galen dan Marsha. Wajar bukan, ia cemburu karena ia masih memiliki perasan pada mantan kekasihnya yang baru saja ia putuskan tadi malam.
"Galen, kenapa kamu datang dengan Marsha?" tanya Tuan Darma sambil melirik bergantian ke arah Kendrik dan Galen.
"Marsha mulai sekarang adalah sekertarisku, Dad. Dan aku ingin segera menikah dengan Marsha," ucap Galen dengan mantap, yang membuat hati Kendrik hancur berkeping-keping.
Tuan Darma cukup terkejut dengan perkataan Galen. Namun, detik berikutnya ia bangkit dari kursi kebesarannya dan memeluk Galen dengan bangga.
"Pilihan yang tepat Galen. Marsha adalah gadis yang sangat cerdas. Dady, semakin yakin kamu adalah penerus yang pantas untuk menggantikan posisi, Dady." Tuan Darma menepuk bahu sang putra yang di sambut dengan senyum mengembang dari Galen dan juga Marsha.
Berbeda dengan Kendrik yang mengepalkan tangannya dengan kuat hingga buku-buku tanganya memutih dengan sempurna. Lagi-lagi sang ayah bersikap tidak adil. Tuan Darma tahu jika Marsha adalah kekasihnya, tetapi bukannya bertanya kenapa Galen akan menikahi kekasihnya? Malah Tuan Darma bangga dan merestui hubungan ini.
Selalu saja begini, dari kecil hingga sekarang. Kendrik selalu merasa kasih sayang Tuan Darma lebih besar tertuju pada Galen bukan dirinya. Akan tetapi, kenapa? Bukankah ia juga putra Tuan Darma. Lalu, mengapa Tuan Darma selalu bersikap tidak adil. Saat ia melakukan kesalahan, maka ia akan menerima amarah sang ayah. Namun, saat ia mencapai sebuah keberhasilan, ia tidak mendapatkan kata-kata bangga yang sama seperti Galen.
"Terimakasih, Dad. Aku yakin setelah aku menikah dengan Marsha, Ceramide group akan semakin kuat. Dan untuk adikku, Kendrik. Bagaimana jika pernikahan kita di gelar secara bersamaan?" ucap Galen dengan seringgainya, memancing untuk mempermalukan Kendrik di hadapan sang ayah.
...----------------...
...****************...
Jangan lupa
like
komentar
gift
vote
tips
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Yusria Mumba
yang sabar kredit,
2023-02-21
1