...4...
Langit malam yang hanya di sinari rembulan, kini berganti dengan langit cerah biru tak berawan. Awan putih sehalus kapas yang selalu menjadi peneduh dari sengatan sinar matahari kini tak menampakkan batang hidungnya. Bahkan, bayangannya pun tak terlihat. Hari yang begitu cerah dengan cahaya matahari yang begitu menyengat.
Ziera berlari mengambil sepatu dengan hills hanya lima centimeter dari rak sepatu. Hari ini ia sangat terburu-buru karena harus pergi untuk interviwe pekerjaan. Ia sangat beruntung karena baru pindah ke kota ini, dirinya sudah di panggil untuk wawancara pekerjaan. Untung saja, sebelum pindah ke kota ini dirinya meminta salah satu teman yang memang tinggal di sini untuk mencari pekerjaan untuk dirinya.
"Aduhh, di mana aku menyimpan ponselku," gumam Ziera dengan wajah cemas. Ia menatap ke arah jam tangan yang ia pakai, ternyata jam sudah menunjukkan pukul 7:30 yang artinya tinggal setengah jam lagi, ia harus sampai di perusahaan. Jika ia terlambat sedikit saja, maka sudah di pastikan yang akan menjadi taruhannya adalah hidupnya.
Ziera mencari ponselnya dengan terburu-buru, membuat barang-barang yang ia rapikan dengan susah payah menjadi berantakan. Sampai akhirnya, kedua mata Ziera bersinar saat menemukan benda yang ia cari berada pada kantong cucian kotor.
"Akhirnya ketemu juga. Nih juga ponsel, main nyungsep ke pakaian kotor segala," umpat Ziera mengomel pada benda pipih itu,, seolah benda itu adalah benda hidup yang memiliki telinga sehingga bisa mendengarkan omelannya.
Tidak ingin membuang waktu. Ziera segera berlari keluar dari kontrakan yang sudah membuat ia merasa menjadi kurcaci karena saking kecilnya.
"Hei, Nona!" teriak wanita kemarin yang sempat memukul Ziera dengan sapu lidi.
Langkah kaki Ziera seketika berhenti. Wajahnya tertekuk dalam karena mendengar panggilan ibu tetangga kontrakannya yang sangat judes. Rasanya saat ini ia ingin sekali melempar wanita itu dengan sepatunya.
Ziera berbalik dengan wajah tertunduk. Ia benar-benar tidak berani untuk melihat wajah wanita itu yang kini membawa cucian basah. Takut-takut jika wanita itu melempar cucian basah ke arahnya. Bisa-bisa ia tidak akan jadi pergi ke kantor.
"Kalau pergi tutup pintu kontrakanmu dulu!" seru wanita itu, yang lansung membuat Ziera menatap ke arah kontrakannya yang ternyata masih terbuka lebar.
"Dasar ceroboh," imbuh wanita itu lagi dengan menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu, kembali menjemur cucian miliknya.
Ziera lansung menepuk jidatnya sendiri. Ia benar-benar sangat ceroboh. Ia pergi tanpa mengunci pintu kontrakan. Bagaimana jika maling datang dan menggondol baju serta barang-barang mahal miliknya. Ia segera berlari dengan cepat. Lalu, mengunci pintu.
"Bu, makasih sudah mengingatkanku," ucap Ziera pada tetangga kontrakannya yang meskipun judes tapi ternyata baik.
"Lain kali, jangan tinggalkan kepalamu di dalam kontrakan." Wanita itu segera pergi meninggalkan Ziera.
"Aaahhh, judes banget jadi ibu-ibu. Untung aku manis jadi perkataan pahit ibu itu bisa ku telan manis-manis," dengus Ziera dengar bibir mengerucut ke depan, persis seperti piramida gurun.
Tidak ingin telat dan menciptakan penilaian buruk di awal interviwe. Ziera segera berlari menuju jalan raya. Di mana seorang ojek online sudah menunggu. Tukang ojek tersebut memberikan helm pada Ziera yang lansung di pasang.
"Ayo, Pak. Jalannya yang ngebut ya soalnya saya hampir telat ini," pesan Ziera, kemudian naik ke atas motor.
"Iya, Nona," jawab Tukang Ojek tersebut yang mulai menyalakan mesin sepeda motornya dan melajukan benda itu menyusuri jalan raya dengan banyak pengendara lainnya.
Ziera merasa sangat tidak nyaman dengan debu dan juga suara bising pengguna jalan lainnya. Untuk pertama kali seorang Ziera Gracin putri dari orang terkaya se-Asia Tenggara harus menggunakan ojek onlien sebagai kendaraan. Biasanya ia akan duduk di dalam mobil mewah dengan AC yang dingin tapi sekarang, kulit putih dan lembut miliknya harus terkena sinar matahari lansung. Belum lagi, bau asap knalpot yang membuat ia sangat mual dan ingin muntah. Biasanya ia hanya mencium bau aroma bunga melati yang dijadikan pengharum mobilnya.
Sungguh kehidupannya berubah 180° dari anak sultan menjadi orang miskin. Ia benar-benar sangat kesal dengan ayahnya. Hanya karena masalah sepele ia harus bertahan hidup dengan kedua tangannya sendiri. Tidak ada uang saku yang mengalir tanpa henti. Tidak ada waktu untuk bersantai sedikitpun.
Menjalani hari menjadi orang miskin yang tidak punya apa-apa selama dua hari belakangan sangatlah sulit. Berharap jika sang ayah akan menjemput dan mengajaknya pulang. Namun, itu pun tidak terjadi. Demi membuat sang ayah menyesal ia sampai nekat kabur ke kota ini. Akan tetapi, lagi-lagi sampai detik ini sang ayah belum juga meminta ia kembali. Padahal ia sudah mengirim pesan yang begitu mendramatisir dan menitipkannya pada salah satu pelayan rumah.
Ia juga mencoba menelpon sang ibu untuk meminta bantuan. Namun, tragisnya nomer sang ibu tidak bisa dihubungi sampai detik ini. Kedua orang tuanya sepertinya sangat niat membuang putri cantik seperti dirinya. Lamunan Ziera buyar seketika saat motor yang ditumpanginya tiba-tiba berhenti.
"Pak, kenapa berhenti? Ini lagi empat menit interviwe saya bakal dimulai," seru Ziera sambil menepuk ringan bahu Tukang Ojek.
"Nona, ada lampu merah. Maaf saya tidak bisa menerobos," jawab Tukang Ojek tersebut sambil menunjuk ke arah rambu-rambu lalu lintas.
Wajah Ziera semakin khawatir. Waktu untuk sampai ke perusahaan hanya tinggal tiga menit lagi. Jika sampai ia terlambat maka habis sudah hidupnya yang malang. Saking asiknya meratapi nasib dan jalan takdirnya yang di usir dari rumah, membuat Ziera tidak menyadari jika ojek yang ia tumpangi berhenti karena lampu merah. Sungguh ini suatu yang konyol bukan? Rambu-rambu lalu lintas yang terpasang sangat besar di depannya tidak bisa ia lihat.
"Aduh, gimana nih, waktuku ngak banyak lagi," gumam Ziera dengan khawatir dan cemas. Ia mengedarkan pandangannya, melihat dengan seksama jalanan di sekitar. Ziera segera turun saat melihat dua buah taman kembar yang saling berhadapan. Baru ia sadari, ternyata posisi perusahaan tempat ia akan melakukan interviwe cukup dekat dengan taman kembar. Tidak ingin menunggu lampu merah berubah jadi hijau, ia memutuskan untuk berlari menuju perusahaan itu.
"Pak, saya turun di sini saja," ujar Ziera, kemudian memberikan selembar uang kertas pada Tukang Ojek. Lalu, segera melesat dengan kekuatan langkah kaki seribu untuk segera sampai di tempat tujuan yang akan menjadi tumpuan hidupnya yang miskin.
Ziera terus berlari tanpa henti meskipun buliran keringat mulai merusak polesan make-up di wajah cantiknya. Ia yang biasa sangat peduli dengan penampilan, kini tidak memperdulikan hal itu karena sekarang yang paling penting ia sampai ke tempat tujuan tepat waktu.
...----------------...
...****************...
Jangan lupa
like
komen
gift
vote
tips
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Dede Imas Madaraisahdi
putri konglomerat naik ojek panasan kedebuan, gmn enak ziera 🤭
2023-02-14
1