Anak Kembar Tuan Muda

Anak Kembar Tuan Muda

Siapa Laki-laki Itu?

"Dasar anak pembawa sial! Pergi kau dari rumah ini, aku tidak Sudi memiliki Putri sepertimu!!"

Nara menutup rapat-rapat kedua matanya ketika bayangan kelam masa lalu kembali hadir dan menghantui pikirannya. 8 tahun telah berlalu, namun kejadian hari itu masih terasa segar di ingatannya. Ketika saat sang ayah mengusirnya pergi dan memutuskan ikatan diantara mereka berdua.

Ibu dua anak itu menyeka air matanya saat mendengar derap langkah seseorang yang datang. ia menarik sudut bibirnya dan menyambut si bungsu ke dalam pelukannya.

"Mi kenapa kau tidak datang menjemput kami hari ini? Kami menunggumu, dan kau malah tidak datang. Beruntung ada bibi Sunny yang datang menjemput kami."

Nara menatap putrinya itu penuh sesal. "Sorry, Honey. Mami tadi ada urusan jadi tidak bisa menjemput kalian, dan mami juga yang meminta bibi Sunny untuk mengantikan Mami menjemput kalian berdua disekolah."

"Kenapa bulu mata Mami basah? Jangan bilang jika mami habis menangis?" tebak si bungsu 100% benar.

Nara menggeleng. "Mami tidak menangis kok, bulu mata mami basah karena Mami tadi mencuci muka," jawabnya berdusta. Tidak mungkin Nara mengatakan yang sebenarnya jika ia memang menangis, bisa-bisa Ia di berondong berbagai pertanyaan oleh Putri kecilnya yang terlewat bawel.

"Sungguh?" ia menatap sang ibu penuh keraguan.

Nara mengangguk. "Tentu saja, lalu dimana kakakmu? Apa dia tidak pulang bersamamu?"

"Aku meninggalkannya dibelakang, dia terlalu lambat."

Nara tersenyum lalu mengacak rambut coklat putri kecilnya ini. "Baiklah, kalau begitu Lea ganti baju dulu setelah ini kita makan siang sama-sama. Mami sudah memasak makanan lezat untuk kalian berdua." ucap Nara, Lea mengangguk seraya tersenyum lebar. Kemudian dia pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian.

Selang beberapa menit, Leon datang bersama Sunny. Wajah putra sulungnya itu tak menunjukkan ekspresi apapun, dingin. Nara sungguh tidak tahu pria seperti apa yang tidur dengannya malam itu, sampai-sampai Leon memiliki sifat dingin dan cuek.

"Mi, aku pulang." Seru Leon dengan suara datar.

"Oke, Prince. Sekarang kau ganti pakaianmu dulu, setelah ini makan siang sama-sama. Mami sudah menyiapkan makan siang yang lezat dan special untuk kalian berdua." Leon mengangguk.

Tanpa mengatakan apapun, bocah laki-laki itu meninggalkan Ibunya dan pergi ke kamarnya yang berada di lantai dua. Nara mendengus dan menggelengkan kepala melihat tingkah putra sulungnya.

"Kadang-kadang aku berpikir, memangnya lelaki seperti apa yang tidur denganku malam itu. Sampai-sampai aku melahirkan putra yang dingin seperti, Leon." Ucap Nara tanpa menatap lawan bicaranya.

Sunny menggeleng. "Aku juga tidak tahu, aku sendiri sangat penasaran. Dan karena rasa penasaran itu, sampai-sampai aku tidak bisa tidur selama bertahun-tahun." Ucapnya menimpali.

Sunny adalah sahabat Nara. Dia adalah orang yang selalu ada untuknya, dan Sunny pula yang menemani Nara melewati masa-masa sulitnya. Termasuk ketika sahabatnya itu sedang bertaruh nyawa di rumah sakit untuk melahirkan si kembar.

"Entahlah, aku sangat berharap suatu hari ini bisa bertemu dengannya. Aku ingin meminta pertanggungjawaban darinya, agar Leon dan Lea bisa merasakan kasih sayang seorang ayah. Mereka berdua juga berhak mendapatkan kasih sayang yang utuh dari kami." Ujar Nara.

Sunny menatap sahabatnya itu. "Apa kau tidak marah apalagi membenci laki-laki itu, dia yang telah menghancurkan masa depanmu dan membuatmu terusir dari rumahmu sendiri. Bahkan namamu juga dicoret dari daftar keluarga," Ucap Sunny.

"Memangnya apa yang perlu disesali, toh semua sudah terjadi. Disesali pun tidak ada gunanya, karena itu tak mungkin mengembalikan apa yang telah hilang dari diriku!!" Nara tersenyum.

Memang tidak ada gunanya menyesali apa yang sudah terjadi, masa lalu telah berlalu. Dan tanpa adanya masa lalu, tak mungkin ada masa depan. Hidup terus berjalan. Dan manusia hidup bukan untuk masa lalu, melainkan untuk masa depan.

"Mami, kami sudah selesai." Seru Lea seraya menghampiri ibunya. Leon berjalan mengekor dibelakangnya.

Nara tersenyum lebar. Kemudian dia menghampiri kedua buah hatinya dan mengajaknya untuk makan siang bersama. Meskipun hanya menu seadanya, namun hal tersebut tak mengurai kenikmatan yang ada. Mereka berempat menikmati makan siangnya dengan tenang.

-

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Endang Priya

Endang Priya

baru nemu

2024-05-29

0

Reeka Rsm

Reeka Rsm

keren

2023-03-04

0

Chasuari (FB & IG)

Chasuari (FB & IG)

Mungkin yang meniduri kamu adalah Kulkas 2 pintu.. makanya dingin 🤣🤣🤣

2023-02-17

7

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!