Menjemput Andre

Aku tiba di depan pagar sekolah dasar tempat putra ku menuntut ilmu, aku melihat banyak orang tua murid lain yang baru datang untuk menjemput anak mereka juga. Sekolahan elit satu-satunya yang terletak di pusat kota tempat tinggal kami.

Aku keluar dari dalam mobil, lalu aku berdiri di dekat mobil ku, aku lihat Andre keluar dari pintu pagar dengan langkah kaki kecilnya, ia berlari ke arah ku dengan senyuman yang terlukis indah di wajah tampannya. Betapa tenangnya hatiku saat melihat senyuman itu, aku harap putraku akan terus tumbuh menjadi anak yang bahagia, riang dan ceria, meskipun mungkin kedepannya akan tiba saatnya aku dan Papa nya akan berpisah, aku harap Andre akan mengerti. Karena tanpa Mas Sandi, aku bisa membahagiakan anakku sendiri. Aku akan terus berusaha untuk membahagiakan nya.

''Mama, Mama mau pergi ke mana? Mama cantik sekali hari ini?'' tanya Andre saat dia sudah selesai menyalami tanganku. Kini, aku dan putra ku saling memandang lekat, aku mensejajarkan tubuhku dengan tubuh Andre, aku berjongkok. Aku mengacak kecil pucuk kepala putra, rambutnya yang hitam lebat sedikit berantakan karena ulah ku.

''Mama mau mengajak mu jalan-jalan ke Mall dan berkunjung ke rumah Kakek dan Nenek hari ini, Sayang.'' Jawabku pasti dengan senyum mengembang.

''Sungguh?'' tanya nya dengan netra berbinar.

''Iya,'' aku mengangguk kecil.

''Tumben sekali. Biasanya Mama selalu nolak jika Andre ajak jalan-jalan.'' Andre memang tipekal anak yang banyak tanya dan selalu ingin tahu. Dan selama ini aku juga selalu menolak permintaan Andre jika ia mengajak jalan-jalan ke Mall, karena aku lebih senang berdiam diri di rumah, menunggu kepulangan Mas Sandi dari kantor. Tapi kali ini tidak lagi, aku tidak akan menjadi istri yang patuh lagi, pengkhianatan yang Mas Sandi lakukan telah berhasil membuat rasa peduli ku terhadap nya lenyap tak berbekas.

''Setelah ini tidak lagi. Mama akan selalu menghabiskan hari yang menyenangkan dengan mu.'' Jawab ku lagi.

''Apa Papa juga akan ikut kita?''

''Tidak. Papa 'kan kerja,''

''Oh ya sudah. Tidak ada Papa juga tidak apa-apa. Hanya bersama Mama saja aku sudah merasa bahagia. Lagian Papa enggak asyik, saat kita lagi jalan-jalan ke luar, Papa selalu sibuk dengan ponselnya. Selalu saja ponselnya yang Papa perhatikan.'' Andre berucap lancar, apa yang di katakan oleh Andre memang benar adanya.

''Anak baik tidak boleh ngomong gitu. Ya sudah. Ayo kita masuk ke dalam mobil,''

''Ayo. Kita pulang ke rumah dulu?'' tanya nya saat kami sudah duduk di dalam mobil.

''Tidak Sayang. Kita akan langsung berangkat ke Mall. Nanti seragam sekolah kamu kita ganti di Mall saja sama baju baru. Sekalian kita makan siang di Mall dan setelah itu Mama akan menemanimu bermain sepuasnya di arena bermain yang ada di Mall.''

''Wah asyik. Mama memang yang terbaik.'' Puji Andre, ia mengecup pipi ku berulang kali.

''Sudah, sudah. Ayo duduk yang benar.'' Kataku, karena Andre masih saja menciumi pipi ku yang mulus. Andre menurut, ia memasang sel belt, setelah itu aku melajukan kendaraan roda empat milik ku ke sebuah pusat perbelanjaan terbesar di Ibu kota. Aku memutuskan untuk bersenang-senang di luar rumah hari ini, karena kalau terus berada di rumah, yang ada aku malah stres melihat wajah Maria, si pelakor tak tahu diri. Maria dan Mas Sandi memang pasangan yang serasi. Cepat atau lambat aku akan mendepak mereka dari rumah ku.

Bersambung.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***