Berubah

''Berani nya kamu menampar aku,'' geram Maria, ia menatap Inara dengan wajah memerah dan dada naik turun. Ia begitu emosi atas tamparan mendadak yang Inara darat kan di pipi nya.

''Kenapa aku harus takut sama kamu? Emang kamu siapa di rumah ini? kamu itu cuma numpang di rumah ini, jadi jangan belagu!'' balas Inara tersenyum miring. Kedua tangannya berkacak pinggang. Ia sama sekali tidak merasa takut sama Maria.

Maria ingin membalas tamparan Inara, tapi dengan cepat Inara mengelak. Hingga telapak tangan Maria hanya menampar angin. Maria ingin menarik rambut panjang sepunggung Inara, dengan sigap Inara memelintir tangan Maria, hingga Maria mengaduh kesakitan.

''Aw,'' Maria berucap singkat dengan ekspresi wajah seperti tengah menahan rasa sakit. Ia menarik tangan nya, tapi semakin di tarik semakin sakit. Lagi-lagi dia mengaduh minta di lepaskan.

''Gi mana, enak?'' tanya Inara mengejek. Ia tersenyum sinis.

''Mas, kamu bantuin aku dong! Kok kamu malah diem aja sih!'' gerutu Maria menatap ke arah Sandi yang dari tadi hanya berdiri diam menjadi penonton saja. Sandi mendadak sakir kepala melihat istri-istri nya yang ribut dan tidak bisa akur.

''Inara, cepat lepaskan tangan Maria. Kasihan dia, nanti tangannya terkilir!'' ucap Sandi terdengar memohon, wajahnya memelas menatap Inara.

''Maka nya kamu itu kalau mau cari madu untuk aku, cari madu yang baik, yang lemah lembut, yang penurut. Bukan madu seperti dia. Enggak tahu diri banget jadi orang!'' sahut Inara mencebik. Inara lalu melepaskan tangan Maria, ia juga mendorong kecil tubuh Maria hingga hampir saja tubuh Maria terjerembab di atas lantai, untungnya dengan cepat Sandi menangkap tubuhnya.

''Apa? Jadi kamu mengizinkan Mas menikah lagi untuk yang ke tiga kalinya?!'' Sandi berucap dengan senyum simpul. Mendengar apa yang di katakan oleh Inara membuat nya merasa dapat angin segar. Maria mencubit kecil pinggang Sandi, dia tidak suka mendengar perkataan Sandi.

''Dasar pria rakus kamu! Di pancing begitu saja kamu sudah kesenangan. Mending urus istri nyebelin kamu ini saja. Tunjukkan kamarnya. Kamar yang paling belakang sekali.''

''Maksud kamu kamar pembantu?''

''Iya. Karena setelah ini selain menjadi madu aku, dia juga akan menjadi pembantu gratisan di rumah ini. Bukan begitu, Maria?''

''Tidak sudi aku!'' sanggah Maria.

''Ya sudah. Sana keluar kalian dari kamar aku. Mulai hari ini kamar ini cuma kamar milik aku sendiri. Kamu sana, Mas, tidur sama istri muda mu saja! Aku sungguh tidak sudi lagi tidur sekamar dengan diri mu,''

''Inara?!'' bentak Sandi. Sandi tidak terima perkataan Inara.

''Apa?'' balas Inara melotot.

''Ah, sudahlah! Ayo Maria,'' akhirnya Sandi mengalah. Ia menarik tangan Maria agar segera keluar dari kamar.

''Awas saja kamu wanita jelek. Tunggu pembalasan dari aku!'' Maria berkata mengancam. Setelah itu ia dan Sandi berlalu dari hadapan Inara. Setelah kepergian dua manusia tak tahu malu itu, Inara mengunci pintu kamar dari dalam. Lalu ia membuka lemari pakaiannya. Ia akan mengganti baju, karena setelah ini ia akan menjemput Andre di sekolah. Andre adalah nama anak nya.

Inara memilih dress bewarna wardah, dress dengan panjang di bawah lutut dan berlengan panjang. Dress yang begitu cantik dan pas di tubuhnya yang masih seksi. Setelah memakai pakaian, Inara menyisir rambutnya yang indah, rambut hitam lurus dengan panjang sepunggung, ia membiarkan rambutnya terurai. Tidak terlupakan, dirinya juga memoles wajah cantiknya dengan makeup tipis. Setelah selesai semuanya, Inara memutar tubuhnya di depan cermin meja rias. Inara terkagum-kagum sendiri melihat penampilan nya. Biasanya Inara selalu berpenampilan apa adanya saat menjemput Andre di sekolah, biasanya ia selalu memakai daster. Tapi kali ini ia ingin terlihat berbeda, kedepan nya ia akan rajin melakukan perawatan pada anggota tubuhnya, dan ia juga akan memakai pakaian yang bagus-bagus, ia ingin menunjukkan kepada Sandi, kalau dirinya jauh lebih cantik dari Maria. Ia ingin membuat Sandi menyesal karena telah berani mengkhianati nya.

Inara berjalan melewati ruang keluarga dengan tas kecil menggantung di pundaknya, suara sepatu hak tinggi yang di pakainya terdengar berirama, saat melewati ruang keluarga, dia melihat Sandi sedang memijit tangan Maria yang kena pelintir oleh dirinya tadi. Mereka terlihat begitu romantis, tapi Inara sama sekali tidak merasa cemburu. Entahlah seketika rasa cinta yang telah ia pelihara sejak sembilan tahun yang lalu terhadap Sandi lenyap sudah. Karena Sandi yang telah berani menghadirkan orang ketiga di antara mereka. Inara sungguh jijik melihat wajah sang suami yang begitu sok kecakepan. Semakin berumur bukannya berubah menjadi pribadi yang lebih baik, tapi Sandi malah semakin berulah.

''Inara, kamu mau ke mana?'' tanya Sandi penasaran. Karena jarang-jarang sekali Inara berpenampilan cantik dan rapi seperti saat ini. Sandi merasa pangling melihat sang istri. Sebenarnya aslinya Inara sudah sangat cantik, tapi saat ini ia terlihat lebih waw dari biasa karena penampilan yang begitu mendukung.

''Aku mau cari Papa baru untuk Andre.'' Jawab Inara asal. Ia sengaja ingin memancing amarah Sandi.

''Ih, sok kecakepan banget jadi orang.'' Maria berucap lirih, tapi masih bisa di dengar oleh Inara. Kali ini Inara sama sekali tidak tertarik meladeni Maria, ia bersikap abai.

''Inara, sadarlah, kamu sudah punya suami. Kamu tidak boleh berkata seperti itu.'' Sandi berjalan menghampiri Inara yang berdiri di dekat pembantas antara ruang keluarga dan ruang tamu.

''Terserah aku lah mau bicara apa.''

''Kamu mau ke mana?'' Sandi memegang pergelangan tangan Inara. Dengan cepat Inara menepis tangan Sandi.

''Aku pengen jemput Andre!'' jawab Inara jujur.

''Ya sudah, kamu hati-hati di jalan, ya.'' Sandi berubah lembut. Ia menatap Inara lekat dan dalam. Sebenarnya Sandi sangat mencintai Inara, tapi Sandi tidak bisa menjaga pandangannya terhadap wanita lain. Apalagi Maria begitu pandai menggoda nya saat mereka masih belum ada hubungan apa-apa waktu itu.

''Hm.'' Inara hanya berdehem kecil, lalu ia melangkah berjalan keluar.

''Kamu tidak mau menyalami tangan Mas dulu?'' tanya Sandi, Sandi mengekori Inara dari belakang. Sedangkan Maria masih duduk di sofa ruang keluarga. Maria tersenyum senang melihat kepergian Inara dari rumah. Karena Maria punya niat jahat kepada Inara. Maria ingin masuk ke dalam kamar Inara, ia ingin mengambil perhiasan dan benda berharga milik Inara.

''Tidak! Maria 'kan sudah ada! Suruh dia saja yang mengambil tangan mu!'' ucap Inara enteng. Kini, Inara sudah duduk di kemudi, di dalam mobil miliknya. Mobil bewarna merah, mobil hadiah dari orangtuanya saat ia berulang tahun, tahun lalu.

Saat Sandi ingin berucap lagi, Inara malah melajukan kendaraan roda empat miliknya tanpa berpamitan kepada Sandi. Sandi menatap mobil yang sudah menghilang di balik pintu gerbang dengan tatapan sendu. Entahlah, hatinya terasa sakit karena perlakuan dan sikap Inara yang berbeda dari biasa. Biasanya Inara tidak pernah membantah perkataan nya, biasanya Inara selalu menghargai nya sebagai seorang suami. Tapi kali ini?

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Endang Supriati

Endang Supriati

klu inara perhi kamar tdk dikunci goblog,klu sampai hilang tinggal lapor polisi aja.

2024-10-23

0

Elisa Nursanti Nursanti

Elisa Nursanti Nursanti

kapooook...lawan terus inara suami lucknutmu itu 👍👍👍💪💪💪💪

2023-01-30

0

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

ternyata Maria hanya wanita yg gila harta

2023-01-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!