"Hm, iya terserah kamu saja."
Hari masih pagi, udara masih begitu dingin menusuk kulit. Akan tetapi, suara berat Zean kini terdengar menggoda di telinga Syila hingga tubuhnya berdesir seketika. Tanpa membuka matanya, Zean berbicara dengan seseorang di sana. Kemungkinan besar telepon dari Nathalia, meski sebenarnya samar Syila masih mampu mendengar suara Nathalia. Jelas saja bisa terdengar, saat ini Zean masih memeluknya sekalipun tengah menjawab telepon dari istri pertamanya.
"Dah, love you."
Siallan, kenapa harus dia mengucapkan kalimat itu. Akan tetapi, rasanya sudah terputus beberapa saat lalu, kenapa Zean baru mengatakannya, pikir Syila terlihat tenang padahal saat ini jiwanya benar-benar penasaran.
Sementara pria di sisinya kini tengah bedecak sebal menatap sang istri yang sama sekali tidak bergerak sejak tadi. Seingat Zean memberikan pelukan adalah tugas Syila, lantas kenapa kini ketika terbangun justru berbeda.
Lengannya terasa keram, ngilu dan mungkin saja darah tidak lagi mengalir di sana. Ini adalah penderitaan, tapi entah kenapa dia tersenyum tipis. Selama pernikahan bersama Nathalia, hal semacam ini tidak pernah Zean rasa.
"Keram ya Tuhan, apa benar dia belum bangun? Kemarin jam segini dia sudah bangun," batin Zean sedikit heran kenapa Syila masih tampak sesantai itu, padahal kemarin-kemarin dia sudah terjaga jam segini.
Penderitaan pertama. Tidak, tepatnya ini adalah pengorbanan pertama. Zean bersyukur sekalipun ini sedikit menyiksa, 29 tahun umurnya baru merasakan lengan dijadikan bantal hingga keram. Sungguh menyedihkan nasib Zean, dia punya istri tapi persis bujangan jika di balik pintu kamar.
Dia bukan pria bodoh yang rela mengemis cinta. Sementara Nathalia adalah wanita pembangkang yang bertindak semaunya. Awalnya Zean pikir mungkin menikah tidak ada salahnya, dia ingat betul bagaimana kisah kakaknya yang berawal tanpa cinta. Namun, sayangnya tidak ada nasib baik untuk Zean dalam asmara.
Jangankan kasih sayang istri, Zean bahkan harus menjalani drama menahun yang entah berapa eps lagi hingga ending. Zean sebenarnya lelah, dia sempat hendak menyerah. Namun, baru saja mengambil tindakan dan pergi dari Nathalia, mertuanya masuk rumah sakit dan imbasnya hampir menyeret dua perusahaan besar tersebut.
Kekacauan terjadi kala itu, tepatnya dua tahun lalu. Zean yang memang jengah dengan kepalsuan bersama sang istri, bertekad melepaskan diri. Akan tetapi, hanya karena memikirkan masa depan perusahaan dan nasib para karyawan yang kemungkinan akan kehilangan pekerjaan jika kerja sama dua perusahaan itu hancur, Zean memilih menerima apa yang terjadi padanya.
Sejak lama Zean memang penurut, berbeda dengan Sean yang tidak ingin hidup dalam genggaman Mikhail. Dia begitu menghormati papa dan kakeknya, Zean selalu berpikir tentang dua pahlawan itu. Tidak ingin jerih payah keluarganya sia-sia kala itu, Zean memilih mengalah seraya menunggu siapa tahu Nathalia berubah. Sayangnya, semua berubah ketika matanya menatap Syila.
Dia melupakan janjinya, dia marah dan memutuskan hal yang sama sekali tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Terkait apa yang terjadi di masa depan, itu adalah tanggung jawabnya. Sekalipun sang papa akan marah dan dia terpaksa keluar dari keluarga Megantara, untuk kali ini sepertinya Zean siap.
Beberapa menit Zean menunggu, istrinya belum terbangun juga. Hingga dia sedikit mengangkat tubuhnya untuk memastikan apa benar wanita itu masih terlelap.
"Aneh, padahal semalam tidak begadang."
Zean bergumam dan merasa aneh lantaran Syila masih begitu pulas. Meski tangannya seakan mau lepas, pria itu tetap bertahan dan kini lanjut memandangi Syila diam-diam. Entah kenapa dia suka sekali melakukan hal itu, anggap saja dia mengecut dan hanya cari aman di waktu Syila tertidur saja.
Zean mulai mengikis jarak, pagi ini kenapa dia ragu hanya untuk mendaratkan kecupan. Ayolah, Zean dia memang milikmu. Pria itu bahkan merutuki kebodohannya ini, gengsi Zean setinggi itu. Jelas dia malu jika tertangkap basah tengah mengecup wanita itu, wanita yang kerap kali dia katakan bodoh dia juluki sekretaris gadungan yang mungkin saja akan dipecat dalam waktu dekat.
"Syila, masih tidur?" tanya pria itu begitu pelan, berharap sekali jika istrinya tidak akan menjawab kali ini..
"Tidak, aku sudah bangun."
Zean kecewa, raut wajahnya mendadak berubah dan dia menggigit bibir seraya mengumpat dalam batinnya. "Ck, kenapa aku kesal sendiri ... harusnya nanti saja." Beberapa saat lalu dia bingung kenapa Syila tidak kunjung bangun, akan tetapi kini justru dia kecewa mengetahui fakta istrinya sudah terbangun.
"Kalau begitu menjauhlah, ta-tanganku keram," ucapnya datar dan hal itu mendadak Zean sesali, bukan itu yang ingin dia katakan tadi.
Syila beranjak bangun dan kini duduk di sebelah Zean seraya menggerakkan leher dan tangannya. Hanya bisa Zean pandangi dengan posisi yang masih terbaring di tempat tidur.
"Jam berapa?" tanya Syila pura-pura baru tersadar dari tidurnya, padahal sejak awal Zean menerima telepon dan istrinya wanita itu sudah terbangun.
"Hampir jam enam," jawab Zean masih menatapnya, pria itu mendadak menghindari tatapan Syila kala wanita itu menoleh dan memperlihatkan wajah baru bangun tidurnya.
"Kenapa dia semakin cantik di mataku ... ck, ayolah Zean kenapa kau jadi gila hanya karena kulit pangsit ini."
.
.
- To Be Continue -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Berarti Zean gak Tegas dong..Di sini bukan salah Zean,Zean sudah Coba utk bertahan,Tapi Coba Zean vari sesuatu atau selidiki Natalia,Pasti ada sesuatu yg bisa kamu jadiin bukti utk kamu gunakan lepas dari pernikahan toxic ini,Dari sekarang yg kamu lakukan,Malah kamu yg di salahkan.. Guna kan otak cerdas kamu dong Zean..
2025-03-16
0
Qaisaa Nazarudin
Tidak semua PERJODOHAN itu berakhir BAHAGIA,Tergantung pasangan yg melaluinya,Kalo ikhlas menerima dan saling mencoba utk mencintai,Maka PERJODOHAN itu akan bahagia,Kalo gak,ia sebaliknya lah..
2025-03-16
0
Anik Ekawati
kulit pangsit tapi kau sosor juga zean
2024-12-28
0