*** Chapter 15 ***
Dua bulan kemudian...
Setta berhasil lulus dari SMP Angkasa dengan nilai memuaskan, dia juga mendapat gelar lulusan terbaik dari sekolahnya. Bukan hal sulit jika ia masuk Sekolah Menengah Atas Lentera Bangsa. SMA favorit dan terbaik di kotanya.
Rania menyusul Setta pindah kesana dengan mudah karena uang pelicin yang di gelontorkan sang ayah untuk pembangunan sekolah. Hanya saja Dahlia tak dapat menyusul Setta dan Rania. Nilai Dahlia tak cukup untuk masuk SMA Lentera Bangsa, di samping itu ibu Dahlia juga mengajak Dahlia untuk pulang kampung dan sekolah disana.
Otan, kera betina yang di temukan Setta dan Rania di semak-semak taman komplek, kini selalu berada di rumah Setta. Nathan dan Setta memutuskan untuk memeliharanya karena tak kunjung datang juga seseorang yang mencarinya. Otan juga terkadang seperti dapat melihat penampakan yang di lihat Setta. Nathan membuatkan si kera kandang di teras belakang untuk dia tidur di malam hari. Jika di siang hari, kera itu bebas berkeliaran di dalam rumah. Otan tergolong monyet pintar karena selalu buang hajat di kamar mandi.
"Eh Otan, hayo ngapain...? ngintip abang Nathan mandi ya?" tanya Setta pagi itu saat melihat si kera berada di depan pintu kamar mandi saat Nathan sedang berada di dalamnya.
Otan menggeleng. Pintu kamar mandi terbuka, Otan langsung masuk ke dalamnya.
"Ih si Otan ya ngagetin aja," ucap Nathan sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Abang gak usah anter aku sekolah ya, nanti si Rania jemput aku," ucap Setta memberi tahu.
"Bagus deh, abang mau jemput Sarah," sahutnya.
"Cieeee abang... uhuuyyy jadian nih jangan-jangan?" tanya Setta menggoda abangnya.
"Apaan sih, baru pedekate doang sih."
"Pedekate mulu, kelamaan tau, keburu diambil orang lain lho bang, nyesel ntar." Setta masuk ke dalam kamar mandi saat Otan sudah keluar dari sana.
"Idih anak kecil tau apa kamu huuuu." Nathan meneriaki Setta dari luar kamar mandi.
Setta bersiap untuk membombardir toilet duduk di kamar mandinya. Namun, tak jadi di lakukan karena wajahnya sudah berhadapan dengan wajah pocong yang menghitam, kulitnya mengelupas memperlihatkan daging pipi yang mengintip. Matanya besar dengan bola mata berwarna merah sedang memandang Setta dengan posisi jongkok.
"Haduh lupa deh nih baca doa masuk kamar mandi."
Setta bergegas keluar kamar mandi dan mengucapkan doa masuk kamar mandi, lalu masuk kembali. Setelah memastikan penampakan tersebut hilang, barulah ia memulai niatnya tadi.
***
Setiba di sekolah barunya, seperti biasa Setta harus mengikuti kegiatan masa orientasi siswa di hari pertama sekolah. Disampingnya, ada Rania yang sudah berdiri tertib sesuai arahan kakak senior. Mereka memakai tas dari kantong plastik dan tali rapiah, sandal jepit berwarna merah di kanan dan warna biru di kiri. Bagi murid perempuan pada bagian rambutnya harus di kuncir dua. Bagi murid laki-laki memakai topi dari setengah kulit bola.
Semua murid di ajak berkeliling untuk mengenal sekolah empat lantai yang megah itu. Di dominasi warna dinding abu-abu dan putih, sekolah tersebut terlihat bagus. Kebersihan sekolah yang amat di jaga serta penuh dengan bunga yang di gantung di pot depan kelas. Di samping tangga terdapat wastafel dan sabun cuci tangan di tiap lantainya.
Ketika mereka mengunjungi taman sekolah dan kantin sekolah ada pohon besar yang sangat aneh di seberang dari kantin sekolah. Di samping pohon itu terdapat ruang laboratorium IPA. Pohon itu besar sekali dan tampak amat, sangat tua. Kebanyakan pohon menebar suasana hening yang anggun ke sekelilingnya, membuat mu betah untuk duduk di bawahnya. Apalagi kebanyakan pohon membuat mu ingin mengukir namamu disana dan memanjatnya sampai puncak. Tapi pohon yang ini tidak. Jika kau berdiri di naungan pohon ini malah akan membuat mu merinding. Akarnya besar-besar, bahkan ada yang mencuat ke permukaan tanah.
"Serem banget tuh pohon," ucap Rania menunjuk ke arah pohon tersebut saat berada di kantin sekolah.
Setta hanya memandangi pohon tersebut dan harus ia akui, pohon besar tersebut menyeramkan. Saat gadis itu mengamati pohon besar itu dari akar menuju ke atas pohon, betapa terkejutnya ia kala mendapati beberapa sosok perempuan berdaster putih sedang duduk di atas ranting sambil menggoyang-goyangkan kakinya.
hmmm tambah serem aja tuh pohon.
Batin Setta sambil mengamati sosok hantu perempuan yang disebut kuntilanak di pohon besar itu.
"Woy Ta! bengong aja!" tepukan telapak tangan Rania yang beradu mengagetkan Setta.
"Apaan sih emang aku nyamuk apa di tepokin!" Setta menggerutu.
"Anterin ke kamar mandi yuk!" pinta Rania.
"Kebiasaan deh... capcus cepetan!" Setta menemani Rania mengantarnya menuju kamar mandi.
Saat memasuki kamar mandi sekolah yang lumayan lusuh minim kebersihan, Rania menutup hidungnya.
"Buset dah ni toilet cewek jorok banget, padahal sekolah favorit, mewah juga, tapi kayak gini," gerutu Rania.
"Mungkin karena hari pertama sekolah penjaganya lupa kali, jadi belum bersihin toilet secara maksimal kali," jawab Setta.
"Dah ah aku mau cari yang bersihan, kali di pojok sana mendingan," ucapnya.
Rania langsung memasuki bilik toilet yang di pojok. Tiba-tiba pintu toilet yang ada di hadapan toilet Rania tadi terbuka. Kuntilanak berdaster merah keluar dari dalamnya.
"Ya ampun ini jangan-jangan ketua kuntilanak disini lagi?" Setta menepuk dahinya.
Wajah hantu perempuan itu penuh darah yang mengering. Bola matanya merah melotot menatap Setta dengan senyum yang menyeringai menakutkan. Dia berdiri di hadapan pintu toilet tempat Rania masuk tadi.
Rania membuka pintu toiletnya dan berjalan menembus hantu kuntilanak merah tadi.
"Idih... kok dingin banget ya hawanya barusan, mana aku merinding lagi, ada apaan sih Ta? jangan-jangan ada hantu di sini, hayo loh Setta," Rania mencoba menakuti Setta.
Setta hanya tersenyum lalu mencuci wajahnya di wastafel.
"Ta, di belakang kamu apaan tuh?" Rania menunjuk ke arah belakang Setta. Wajah gadis itu datar ketika menoleh tanpa ketakutan dan tanpa terkejut karena tak mendapati apapun di belakangnya.
"Ih aku pikir kamu bakalan takut, apa kaget gitu," ucap Rania yang kecewa tak berhasil meledek Setta.
"Udah yuk balik, giliran ada hantu beneran aja entar kamu ngibrit lagi hehehe," ucap Setta menepuk bahu Rania.
"Ih kok aku jadi tambah merinding ya, Ta... tungguin...!!" Rania berlari menyusul Setta.
*****
Bersambung ya...
Jangan lupa mampir ke novel Vie lainnya
- Pocong Tampan
- Kakakku Cinta Pertama ku
- 9 Lives
- Gue Bukan Player
Vie Love You All...😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Berdo'a saja
yang penakut siapa yang usil siapa
2023-01-03
0
Irma Tjondroharto
wuih rania nggaya...godain setta..ntar giliran dilihatin beneran kapok kamu...hahhaa...serunya
2022-03-18
0
Arninyon
anakku sejak umur 3tahun itu kalo q ajak kemana mana atau tempat baru selalu nangis,, alhamdulilah anak ku umur 3tahun udah lancar bicaranya.pernah dia q ajak keluar dan lewat jalan belakang rumah q eh dia nangis kejer g mau lewat jalan situ katanya ada wowo, lha q bingung apa itu wowo katanya jelek, trs pas di ajak ayahnya main ke rumah temenya eh dia g mau masuk malah nangis,, trs di tanya sama ayahnya kenapa g mau masuk katanya dia umahnya ada ocongnya otomatis ayahnya bingung, karena terlalu sering begitu akhirnya q sama suami sepakat bawa anak q ke mertua adikku orang yg ngerti begituan lah.. trs kata meetua adikku anakku itu mata batinnya peka sama hal begituan bukan indra ke enam lo.. trs masih berlanjut masih sering nangis, akhirnya q bawa ke kyai beliau bilang mata batin anakku juga peka trs q tanya bagaimana jalan keluarnya pak kyai..??beliau berkata di tutup saja soalnya kaaihan kalo lihat begituan trs.akhirnya kami setuju dan anakku sekarang udah normal kembali..
2022-02-23
1