*** Chapter 13 ***
Setta mengetuk pintu kamar Nathan dengan membawa secangkir teh manis panas di tangannya.
"Abang ini teh nya...," ucap Setta tapi tak ada jawaban.
"Aku taruh di meja makan ya...," ucap Setta masih tak ada jawaban.
"Kamu yakin abang aku udah pulang?" tanya Setta pada Rania.
"Udah kok, mungkin lagi mandi apa tidur," jawab Rania.
"Kalau mandi, ya abang aku keluar dong, kan kamar mandi di samping sini," sahut Setta.
"Terus... tidur kali," ucap Rania sambil meniup mie rebus di sendoknya.
Karena penasaran Setta membuka kamar Nathan perlahan. Dua bola matanya berputar mengelilingi ruangan kamar Nathan yang ternyata kosong tak ada penghuninya. Setta menutup pintu kamar Nathan kembali.
"Ngaco kamu ih, orang abang Nathan belum pulang kok," tuding Setta.
"Ih sumpah Ta, abang kamu udah pulang terus masuk ke kamar, demi Allah dah aku liat pake mataku sendiri," ucap Rania penuh keyakinan.
Di tengah suasana tegang itu tiba-tiba ponsel Setta yang ada di meja makan berbunyi mengejutkan Rania yang bibirnya kepanasan terkena kuah mie yang lupa ia tiup.
"Abang Nathan...," gumam Setta.
"Assallamualaikum, abang dimana?" tanya Setta.
"Walaikumsalam, abang di kantor lah, ini abang mau bilang pulangnya masih lama ya jam sepuluh paling sampai rumah. Kamu kunci pintu yang bener alarm-nya nyalain juga, soalnya lagi musim maling dek, oh iya kamu di temenin temen kamu kan , siapa deh yang nginep? ummm... Rania iya kan, dek? setan woi, setan, kok diem aja sih?!" seru Nathan dari seberang sana.
Ucapan panjang lebar Nathan membuat Setta malah terdiam, karena menurut Rania tadi, abangnya itu telah pulang. Namun, ternyata Nathan masih berada di kantornya.
"I-iya-iya bang ada Rania di sini, iya nanti aku kunci dan nyalain alarm, abang hati-hati ya."
Setta menutup sambungan teleponnya.
"Kenapa Ta?" tanya Rania.
"Abang aku, ummm... abang aku masih di kantornya Ran..."
"APA??"
Tubuh Rania langsung gemetar, tangannya seolah tak dapat lagi menjangkau sendok di atas mangkuk mie rebusnya.
"Terus yang tadi siapa, Ta?" tanya gadis itu.
"Dah makan lagi aja, mungkin kita lelah," sahut Setta.
"Aku yakin banget tadi aku lihat abang kamu,Ta."
"Iya percaya, sekarang makan aja dulu, habiskan! terus ke kamar aku," ucap Setta melanjutkan makan malamnya.
Rania masih terlihat ketakutan saat menyantap mie rebus di hadapannya, tak ada suara yang terlontar saat suapan mie itu masuk perlahan ke dalam mulutnya. Setta tak ingin memperpanjang arah pembicaraan ini karena dia juga tadi yakin seseorang mengetuk pintu dan masuk ke dalam hanya saja sesorang tadi mungkin bukan manusia.
"Alhamdulillah, udah habis aku mau cuci piring dulu ya," ucap Setta.
"Aku ikut, Ta." Rania langsung merapihkan piring yang ia pakai lalu mengikuti Setta ke dapur.
"Kamu ngapain sih, ngeliatin aku cuci piring gitu?" Tanya Setta karena Rania terus saja berada di sampingnya memperhatikan Setta.
"Kamu kalau lagi sendirian di rumah gak takut, Ta?"
Akhirnya perkataan itu terlontar juga dari bibirnya.
"Oohhh... ya takut, habis mau gimana lagi, mbak Ayu gak mau nginep di sini, tapi karena ini rumah sendiri ya udah biasa, betah-betah aja."
Setta meletakkan piring di bak penyimpanan alat makan yang sudah bersih.
"Kamu takut ya?" Setta menciprati Rania dengan air di tangannya.
"Ya takut lah... hehehe," sahut Rania.
"Astagfirullah..."
Setta mundur beberapa langkah karena dari jendela dapurnya, sosok kepala pocong bermata merah dan wajah yang hitam sedang mengintipnya.
"Kenapa Ta?" Rania mengamati jendela di depan wastafel cuci piring tadi.
"Enggak, tadi aku lihat cicak."
Setta mencoba berbohong agar tak menambah lagi ketakutan pada Rania. Ia menutup tirai jendela tersebut seketika.
"Yuk ke kamar, aku mau tidur, kan besok sekolah," ujarnya.
"Iya, tapi aku mau pipis, tungguin bentar ya," pinta Rania.
"Baru sehari udah minta apa-apa temenin gimana seminggu ini hihihi." ucap Setta meledek Rania.
"Kan baru hari pertama wajarlah aku belum terbiasa di rumah kamu hehehe," ucapnya.
"Ya udah sana, oh iya jangan lupa baca doa masuk wc," ucap Setta memberi saran.
Rania mengangguk lalu mengucapkan
"Bismillah Rania niat berdoa masuk wc amin."
Gadis itu langsung masuk ke dalam toilet rumah Setta.
"Udah gede belum hapal juga doa masuk wc ckckck." Setta merebahkan dirinya di sofa depan TV.
"Hmmm jadi kamu ya yang gangguin nyamar jadi kakak aku?" Setta menoleh pada sosok pocong di sampingnya. Pocong yang sama dengan sosok yang mengintip di jendela dapur tadi.
Pocong itu menganggukkan kepalanya.
"Kamu ngapain masuk ke rumah saya?"
tanya Setta lagi dan pocong tadi menganggukan kepalanya lagi.
"Ih kamu mah, kayak mainan guguk yang di dashboard mobil ya, ngangguk mulu."
Sosok pocong itu mengangguk lagi menggeser bokongnya mendekat ke samping tempat duduk Setta.
"Haduh, jauh-jauhlah! bau tau, dah diem-diem aja di sini, jagain rumah aku, kalau sampe kamu ganggu, aku panggilin pak ustad buat ngilangin kamu."
Sosok pocong itu mengangguk-anggukan kepalanya lagi.
"Ta... kamu ngomong sama siapa?" tanya Rania.
"Enggak kok, cuma ngomong sama nyamuk hehehe, udah yuk ke kamarku." ajak Setta.
"Aneh, ngomong sih sama nyamuk," gumam Rania.
Setta membuka pintu kamarnya dan merebahkan dirinya di atas kasur nya.
"Ta, sempit banget kali kalau kita berdua," ucap Rania.
"Emang kasur aku kecil gini cuma muat satu orang, tadi katanya bawa kasur kemping udah situ di bawah!" tunjuk Setta.
"Ya harusnya tamu tuh di hargai, aku yang di atas, kamu yang di bawah, kan tamu adalah seorang raja."
"Heh pembeli kali seorang raja, kalau tamu mau di hargai kayak raja itu namanya tamu ngelunjak," ucap Setta lalu membalikkan tubuhnya menghadap tembok.
"Hehehe... ah Setta mah gak bisa nyenengin aku dikit."
Rania meraih kasur kemping tempat ia meletakannya di sofa tadi lalu ia menggelar kasur kempingnya si samping ranjang Setta.
"Ta... yah cepet banget molornya."
Rania mengintip ke arah Setta yang sudah tertidur pulas.
Rania mencoba memejamkan kedua matanya meski rasa kantuk tak jua hinggap di matanya. Di kolong kasur Setta, sosok hantu anak perempuan yang salah satu matanya hampir copot memandangi Rania dengan senyum menyeringai.
Rania memiringkan tubuhnya ke sisi berlainan. Hantu itu perlahan menyentuh punggung Rania dengan tangannya yang penuh luka borok dan nanah bercampur darah mengering jadi satu.
Rania berbalik badan lagi, kini tubuhnya menghadap ranjang Setta. Parahnya lagi wajah Rania kini berhadapan langsung dengan wajah si hantu. Hanya saja ia tak dapat melihatnya.
****
Bersambung ya...
Jangan lupa mampir ke novel Vie lainnya
- Pocong Tampan
- Kakakku Cinta Pertama ku
- 9 Lives
- Gue Bukan Player
Vie Love You All...😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Berdo'a saja
di isengin mas POC
2023-01-03
0
Ivanka Anata
Cerita ttg macam-macam hantu yg ada di Indo, kirain ada penyelesaian kasus
2022-07-27
1
Penjelajah
wkwk
2022-02-13
0