*** Chapter 10 ***
2 tahun kemudian...
Setta kini kelas tiga smp dan bersiap untuk menjalani ujian akhir sebagai penentu lulus atau tidaknya dia dari SMP Angkasa. Dua tahun berturut-turut juara umum selalu diraihnya di sekolah. Setta juga sudah berkawan dekat dengan Dahlia dan Rania. Mereka tergabung dalam anggota OSIS. Banyak sudah penampakan yang Setta lihat di sekolah, selama tak ada yang mengganggu, mereka juga tak akan ganggu.
Bapak Surya selaku guru bimbingan konseling memanggil Dahlia karena nilainya yang turun. Akhirnya selama setengah jam ia diberi wejangan oleh sang guru.
Dahlia menghampiri Rania dan Setta di perpustakaan setelahnya.
"Aku mah heran ya, otak udah mentok gini, gak bisa ikutin pelajaran, harusnya maklumin dong, mana aku di suruh ikut bimbingan belajar, mana punya duit coba," ucapnya menggerutu di hadapan Setta dan Rania.
"Ssssstttt... pelan-pelan ngobrolnya!"
Penjaga perpus memberi peringatan.
Dahlia memang bersekolah disana karena ibunya bekerja di kantin sekolah kerena mendapat jatah untuk menyekolahkan anaknya di sana. Sedangkan Rania termasuk anak yang berkecukupan karena ayahnya bekerja di kantor pajak negara.
"Belajar sama Setta aja, gimana?" Rania memberi ide sambil berbisik.
Dahlia langsung menoleh ke arah Setta yang sibuk dengan novel thriller di tangannya. Tatapan bak anak kecil yang meminta permen sudah dihadirkan di wajah Dahlia memohon penuh harap pada Setta.
"Biasanya juga nyontek sama aku, kan?" ucap Setta melirik.
"Gak, kali ini aku beneran mau belajar, ayolah please... aku bakal bayar pakai nasi uduk buatan mama, setiap hari plus es teh manis, gratis... boleh ya, Ta?" pinta Dahlia penuh harap.
"Oke deh, tapi ini bukan karena nasi uduknya ya, tapi aku pengen kamu bisa lulus bareng aku." satu Setta yang langsung di beri pelukan oleh Setta.
"Sssstttt... di bilangin jangan berisik!"
"Maaf, bu," sahut Dahlia.
"Oke nanti pulang sekolah belajar di rumah Setta, aku bawa pizza," sahut Rania lalu merangkul Dahlia memintanya mengantar ke toilet.
"Perasaan belum bilang iya, kenapa oke aja ke rumah aku? dasar Rania." gumam Setta.
Ia menaruh bukunya kembali ke rak.
"Astagfirullah... kamu tuh ya ngagetin aja."
sosok hantu perempuan penunggu perpustakaan tersenyum memyeringai ke arah Setta. Wajah hantu itu setengahnya hancur memperlihatkan tengkorak wajahnya kala tersenyum. Rambutnya menutupi sebagian wajahnya. Kakinya penuh luka borok dan nanah tanpa alas kaki. Sosok hantu itu selalu berdiri di samping rak ujung koridor tempat Setta selalu mengambil novel thriller disana. Sosok hantu itu hanya tersenyum tak pernah bersuara apapun pada Setta.
***
Dahlia dan Rania sampai di rumah Setta dengan diantar sopir Rania.
"Non, di depan ada tamu," ucap Mbak Ayu ketika Setta sedang merapihkan tanaman di pot milik nenek di teras belakang rumah yang minimalis.
"Siapa, Mbak?"
"Temen sekolah non, ada dua cewek."
"Oh suruh masuk deh, paling Rania sama Dahlia." Setta melanjutkan menyiram bunga sedap malam itu.
"Hai Ta... wuidih dia bercocok tanam, asri juga ya rumah lo!"
Dahlia menyapa Setta.
"Duduk sini aja yuk, pakai karpet," ajak Setta mempersilahkan kawan-kawannya duduk di lantai beralaskan karpet di teras belakang yang terasa sejuk.
"Nih aku bawa pizza sama tiga kaleng fanta,"
ucap Rania.
"Makasih Ran, jadi sekarang mau belajar apa?" tanya Setta.
"Mulai dari aljabar dulu deh, bingung nih soalnya," sahut Dahlia.
Mereka pun memulai kegiatan belajar pukul tiga sore itu.
Nathan pulang tergesa-gesa mencari Setta.
"Setan... Setan... dimana kamu?" teriakan Nathan terdengar sampai ke teras belakang.
"HAH SETAN???" Rania dan Dahlia saling menatap heran.
"Eh ada tamu," tegur Nathan membuat Dahlia dan Rania menoleh pada wajah tampan Nathan.
"Hai kak." Rania dan Dahlia menyapa berbarengan.
"Pinjem si setan dulu ya, sini Set!" Nathan memanggil adiknya itu dengan lirikan matanya.
"Oh maksudnya Setta, aku pikir nyariin setan hihihi." bisik Rania saat Setta menghampiri abangnya.
Nathan menyerahkan sebilah kapak yang di temukan di TKP ke tangan Setta.
"Coba dek, kali aja kebaca," ucap Nathan.
Setta menyentuh kapak tersebut dan memekakkan matanya. Bayangan hologram tiba-tiba datang ke penglihatan gadis itu.
Seorang perempuan berambut pendek seleher mengayunkan kapak itu ke arah kepala seorang anak laki-laki berusia lima tahun, sampai menimbulkan luka menganga dari tempurungnya yang retak. Darah mengucur deras dari kepala anak itu. Lalu anak kecil itu jatuh ke lantai tewas seketika. Perempuan itu memutilasi anak itu dengan kapak tersebut sampai beberapa bagian. Ia memasukkan potongan tubuh korban dalam sebuah karung dan menguburnya di dekat kali di bawah jembatan penyebrangannya. Sepotong tangan jatuh tanpa sadar dan masuk ke dalam kali. Kapak yang ia gunakan terbungkus kertas koran dan memasukkannya pada bak sampah.
"Astagfirullahalazim, yaa Allah jahat banget dia, kak," pekik Setta saat melepaskan kapak itu dari tangannya, menutup wajahnya dengan kedua tangan sampai menangis.
"Apa yang kamu lihat, dek?" tanya Nathan
"Perempuan itu memutilasi anak kecil kak, kasian banget kak hiks hiks..."
"Ini orang tua korban yang melapor kehilangan anaknya sudah dua hari menghilang, dan ini di temukan di bak sampah tak jauh dari rumahnya." Nathan memperlihatkan foto-foto di layar ponselnya.
"Ini perempuannya, kak," tunjuk Setta.
"Gila...! serius dia, dek?" tanya Nathan lagi menegaskan.
"Dia ibu anak itu dek, kejam banget dia, bisa-bisanya dia nangis-nangis datang ke kantor polisi buat laporan kehilangan anaknya coba tuh."
Nathan mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Bejo.
"Kamu awasi ibunya dan kalau bisa bawa dia ke kantor buat di interogasi lagi, aku tau tempat dimana dia nguburin anaknya," ucap Nathan.
"What...?! maksud kamu anak itu udah mati? dan ibunya sendiri si pelakunya? gila banget tuh ibu, aku bakal segera bawa dia sekarang, Tan pasti kamu udah mentok nanya ke Setta ya?" tanya Bejo dari seberang sana.
"Udah jangan banyak tanya, udah buruan laksanakan perintahku!"
"Beres, bos!"
Nathan menutup ponselnya.
"Makasih ya dek, kamu balik lagi gih belajar yang bener yak." Nathan mengusap kepala adiknya itu.
Setta menghela nafas panjang dan membersihkan air matanya dengan tisu. Apa yang dia lihat barusan cukup membuat hatinya terguncang. Dia kembali pada kawan-kawannya yang sudah meringkuk berpelukan di sudut teras belakang.
"Kalian pada ngapain disitu?" tanya Setta
"T-t-tadi... ku-kursi goyang yang itu... ge-ge-gerak sendiri Ta."
Rania menunjuk ke arah kursi goyang di ruangan tengah dengan tangan gemetar.
*****
Bersambung ya...
Jangan lupa di vote, di Like, favorit and share ya 😘😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Anyue
si nenek mo kenalan
2024-07-27
0
Berdo'a saja
nenek usil tuh😀😀😀😀
2023-01-02
0
Andi Fitri
si nenek udh pergi ke alam baka.. mgkin ada jin yg nyamar pakai wajah si nenek..
2022-12-02
1