*** Chapter 6 ***
"Alhamdulillah... ketutup juga pintunya." Nathan menghela nafas lega.
"Bang, pencet nomor dua belas!" Setta menepuk bahu Nathan yang masih gemetar.
Lift terbuka di lantai dua belas.
"Jangan nengok ke belakang ya!" ucap Setta memberi peringatan pada Nathan dan Bejo.
Bejo ingin menoleh ke belakang tapi Nathan buru-buru menahannya agar tak menoleh.
"Aku ikut kalian ya?" pinta Bejo.
"Gini aja deh pintu sambungnya di buka aja deh, gimana?" tanya Nathan.
"Iya deh, yuk solat isya!" ajak Bejo.
"Jamaah? lah tumben." Nathan menepuk punggung Bejo.
"Aku gak mau ninggalin solat lagi ah, kapok kalau sampai ketemu yang tadi lagi, padahal tadinya aku gak percaya tau."
Bejo menuju kamar mandi untuk bersuci karena hanya disitulah tempat satu-satunya dalam kamar hotel untuk mendapatkan air.
Setta meraih mukena parasut yang selalu ia bawa dalam tasnya dan menyiapkannya untuk berjamaah bersama abangnya.
***
Jam di dinding kamar hotel menunjukkan pukul dua dini hari. Setta terbangun karena tenggorokan yang tercekat saking hausnya. Ia meraih botol mineral di atas meja dan meminumnya.
Tiba-tiba saat ia menoleh wajah hantu perempuan Belanda tadi sudah ada di hadapannya.
"Astagfirullahaladzim, maaf aku gak ganggu kok jadi aku mohon jangan ganggu."
Setta menundukkan kepalanya sambil berusaha membaca ayat kursi. Hantu itu melayang pergi dengan tawa yang menyeramkan.
***
Keesokan harinya, Setta sudah sampai di rumahnya. Mbak Ayu datang mengetuk pintu rumahnya. Nathan memang memperkerjakan mbak Ayu untuk menjadi asisten rumah tangga di sana. Akan tetapi, Mbak Ayu tak mau menginap, dia hanya bekerja dari pukul delapan pagi sampai jam empat sore.
"Kemarin saya ke sini Non, eh gak ada orangnya," ucap Mbak Ayu sambil menyapu.
"Saya pergi ke makam papa sama mama mbak, kemarin."
"Oh gitu... ini kok udah di pindahin balik lagi, balik lagi, kemari sih?" ucap Mbak Ayu yang melihat kursi goyang nenek selalu berada di tempat yang sama padahal sudah dipindahkan ke gudang belakang.
"Ya udah jangan di pindahin, mbak," ucap Setta sambil tersenyum.
***
"Kalian ke TKP sekarang, seorang anak menemukan mayat perempuan menggantung di pabrik kosong di daerah Seroja."
Kapten Ghani memberi perintah pada Bejo dan Nathan.
"Siap, Kapt!" sahut Nathan dan Bejo bersamaan.
Sesampainya di pabrik kosong itu, beberapa polisi dan ahli forensik sudah sampai disana dan memeriksa keadaan mayat tersebut.
"Halo aku Sarah, aku pengganti Bapak Setyo yang ditugaskan ke Kota Bintang."
Seorang wanita mengenakan name tag bertuliskan tim forensik menyapa Nathan dan mengulurkan tangannya.
"Hai aku Nathan, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik." Nathan membalas jabatan tangan dokter Sarah.
"Mayat ini berusia sekitar dua puluh tahun, tak ada tanda kekerasan hanya luka jeratan di leher, di duga dia bunuh diri," ucap dokter Sarah.
"Identitasnya udah tau, Jo?" Nathan menoleh pada Bejo.
"Udah Tan, Karisma Siregar, mahasiswi di kampus Hijau, jurusan manajemen informatika. KTP-nya sih alamat di Kampung Kijang, tapi dia nge-kos deket kampusnya," sahut Bejo.
"Oke, aku mau ada yang tanya ke temen-temen indekosnya tentang dia, siapa yang berhubungan sama dia, dan siapa tau ada yang tahu dia lagi punya masalah apa," ucap Nathan memberi perintah.
"Aku bawa ya mayatnya, aku mau teliti lebih lanjut lagi, nanti aku hubungi kamu," ucap Sarah.
"Boleh minta nomor telepon kamu?" tanya Nathan.
Sarah meraih ponsel Nathan dan menyimpan nomor teleponnya di ponsel Nathan.
***
"Assalamualaikum."
Nathan pulang sekitar jam delapan malam sampai rumah.
"Walaikumsalam."
Setta membuka pintu untuk Nathan dengan raut wajah terkejut dengan sosok perempuan di belakang Nathan.
"Abang bawa pulang siapa, tuh?"
tanya Setta memandangi sosok hantu perempuan yang mengenakan kaus biru bertangan panjang dan celana jeans. Sosok itu menunduk dengan rambut panjang yang terurai menutupi wajahnya.
"Ah masa sih Set, pantesan dari tadi Abang merinding disko gini, taunya ada yang ikut ya?"
Nathan menoleh ke belakangnya agak takut, lalu masuk ke dalam rumah.
"Abang udah makan?" tanya Setta.
"Emang ada makanan apa?" Nathan balik bertanya.
"Tadi Mbak Ayu masak sayur sop sama ikan kembung goreng, aku juga belajar bikin sambel tadi." sahut Setta
"Mantap! Abang mandi dulu ya." Nathan memberikan dua jempolnya ke hadapan Setta lalu masuk ke dalam kamar mandi.
"Mbak, kok ngikutin Abang Nathan sih?" tanya Setta pada sosok hantu perempuan itu yang hanya terdiam.
Nathan yang sudah mandi dan berganti pakaian lanjut menuju meja makan dan menyantap makan malamnya bersama Setta.
"Hari ini Abang mulai menangani kasus pembunuhan ya?" tanya Setta.
"Belum tahu dek, tadi sih masih di duga mayatnya bunuh diri."
Sosok hantu perempuan itu menggeleng sambil menangis.
"Perempuan pakai kaus biru, celana jeans, rambutnya segini," sahut Setta.
"Kok tau? wah jangan-jangan dia yang ikutin Abang ya?" tanya Nathan yang dibalas anggukan oleh Setta.
"Kayaknya bukan bunuh diri deh bang, mungkin dibunuh," ucap Setta.
Hantu perempuan itu menganggukan kepalanya dan makin menangis.
"Serius dek, jadi dia dibunuh?"
"Sepertinya begitu."
"Coba tanya dek siapa yang bunuh?" tanya Nathan sambil mengunyah makanannya.
"Dari tadi dia diam aja bang cuma angguk sama geleng."
"Hmmm susah ya kalau begitu, oh iya besok kita kasih data ke sekolah kamu yang baru ya, biar pas masuk data dan semua pembayarannya udah kelar, untung dapat beasiswa dek kalau enggak lumayan mahal lho masuk situ." ucap Nathan.
"Ya bang nanti Setta ikut."
Nathan melirik ke kursi goyang nenek yang bergerak sendiri.
"Makan, nek," ucap Nathan
Setta hanya tersenyum memperhatikan abangnya itu.
"Emang yakin itu nenek?" Setta menggoda Nathan.
"Emang bukan nenek?" tanya Nathan dengan raut wajah mulai takut.
"Nenek kok, tenang aja."
Setta tersenyum memandang neneknya yang duduk di kursi goyang dengan wajah pucat sambil bersenandung.
***
Pagi itu Nathan membawa Setta mengunjungi sekolah baru adiknya itu. Semua data dan pelunasan uang bulanan sudah Nathan lunasi untuk satu tahun ke depan. Uang tersebut merupakan tabungan peninggalan uang papanya yang dia sisihkan untuk biaya pendidikan Setta.
"Paling gak satu tahun ini Abang tenang mikirin biaya sekolah kamu, tinggal Abang nabung lagi buat biaya sekolah kamu ke depannya, Abang mau kamu belajar yang rajin buat Abang bangga, buat mama papa dan nenek bangga," ucap Nathan merangkul bahu Setta.
"Siap, bang!" Setta menyahut dengan lantangnya.
*****
Bersambung Guys... Jangan lupa votenya 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Cahaya Hayati
semagat Thor 💪💪
2023-03-12
1
Berdo'a saja
Abang yang baik
2023-01-02
0
Zeety Zola
q juga pengen pnya abang dr dlu ....nasip anak prtma mah ini🤭
2022-08-23
1