*** Chapter 5 ***
Nathan melihat juga ke arah yang dilihat Setta.
"Dik, jangan gitu ah nanti Bejo takut lagi di kamar sendirian." Nathan menjentikkan jarinya di hadapan wajah Setta.
"Eh iya bang, maaf." Setta mengalihkan pandangannya dari tempat tadi.
"Udah rapih nih, yuk kita kemon." Bejo keluar dari kamar mandi dengan wajah lebih segar.
Ketiganya keluar dari kamar hotel. Akan tetapi, sebelum Setta ikut keluar, ia melihat lagi ke arah tadi. Sosok perempuan menggunakan daster putih dengan rambut panjang terurai sampai selutut, sedang berdiri di samping cermin. Kepalanya selalu menunduk. Setta menutup pintu kamar hotel dengan pelan. Meninggalkan sosok hantu perempuan itu di kamar hotel milik Bejo.
***
Nathan memutuskan untuk mencari makan di restoran dalam hotel.
"Mau pesen apa, dek?" tanya Nathan dengan tangan yang sudah siap mencatat di atas kertas menu.
"Aku mau nasi goreng sama air putih aja, bang," sahut Setta.
"Aku juga Tan, nasi goreng telornya di dadar tapi pisah, terus minumnya es teh manis, tambak kerupuk ikan deh satu," ucap Bejo lalu menyulut rokoknya.
"Jo, adik aku punya asma," larang Nathan meraih puntung rokok di mulut Jojo.
"Oh iya aku lupa, maafin aku ya..."
Setta mengangguk pelan sambil memainkan ponsel Nathan yang di pinjamnya.
"Eh kamu kan udah masuk SMP Set, kenapa gak minta di beliin hape sama Abang Nathan yang ganteng ini?" tanya Bejo.
Setta menoleh pada Nathan mengharap jawaban iya dari Nathan.
"Iya nanti dibeliin," sahut Nathan.
Wajah Setta berubah sumringah sambil membalas toss telapak tangan Bejo yang tadi di hadapkan ke wajahnya.
Sedari dulu Nathan tak pernah mengijinkan adiknya itu untuk punya ponsel seperti kawan-kawannya. Bagi Nathan anak SD itu tak pantas memegang ponsel karena hanya akan merusak pikirannya dan jadi malas belajar. Terlebih banyak video-video atau aplikasi games yang merusak. Apalagi lebih banyak hal-hal negatif yang disebarkan para public figur ketimbang hal positif. Dan anak-anak ingusan lah yang jadi korban. Nathan tak ingin hal tersebut lah yang juga merusak Setta nantinya.
Pesanan makanan mereka pun sampai dan langsung di lahap oleh ketiganya. Suasana restoran pun tampak ramai ditambah lagi dengan pertunjukan akustik secara langsung yang dibawakan oleh sepasang penyanyi muda berbakat di atas panggung berukuran kecil.
"Eh gimana tadi kamu udah telpon tempat pembuatan gitarnya?" tanya Nathan pada Bejo.
"Udah, besok sebelum kita balik pulang, kita ambil dulu sample gitar yang udah disiapin buatku, rencananya aku mau pesen lima model, satu modelnya lima unit lah," sahut Bejo.
"Oke deh."
"Ih aku gemes sama yang main gitar, aku mau request lagu lah," ucap Bejo menghampiri si penyanyi di atas panggung.
"Si Caper" yah seperti itulah Bejo, bukan cuma request lagu tapi malah dengan pedenya menggantikan si penyanyi di atas panggung.
Dua anak kecil berlarian mengelilingi restoran sambil tertawa dan bercanda. Anak laki-laki dan perempuan itu mengenakan pakaian model pada jaman Belanda dengan wajah mereka yang pucat. Herannya lagi keduanya seperti tak dihiraukan oleh pengunjung lainnya.
Brak...!!!
Dua anak itu menggebrak meja di hadapan Setta membuat gadis yang asik bermain ponsel itu sontak terkejut dan menarik nafas.
Kedua anak itu menertawakan Setta sambil berlarian kesana kemari, menabrak dan menembus para pengunjung yang tak perduli dengan kedua anak itu karena dia bocah itu tak terlihat.
"Hoaaaaammm... balik kamar yuk dek, ngantuk banget Abang, besok gak bisa nyetir lagi kecapean," ucap Nathan sambil merentangkan kedua tangannya ke atas.
"Ya udah, itu kakak Bejo panggil dulu," ucap Setta sambil memberikan ponsel Nathan kembali kepada si empunya.
Nathan menghampiri Bejo untuk menghentikan aksinya.
"Ok guys, terpaksa ya daku harus pamit nih, see you next time ya guys," ucap Bejo melambaikan kedua tangannya ke arah pengunjung.
"Om nanti saya kasih uang tip ya," ucap salah satu penyanyi tadi menegur Bejo.
"Am, om, am, om, aku masih muda tau, gak usah lah buat kamu aja uang tip nya, nih di tambahin."
Bejo meletakkan selembar uang seratus ribu di tangan penyanyi itu.
"Wah makasih banyak ya om, eh Abang," sahutnya dengan senyum lebar.
"Sial tuh bocah masa aku di panggil om, Setta aja panggil aku kakak, ya, Set?" Bejo merajuk ke arah Setta berharap mendapat pembelaan dari ucapan Setta.
Setta hanya tertawa memandangi Bejo sambil menggeleng - gelengkan kepalanya.
Ketiganya masuk ke dalam lift menuju kamar hotelnya masing-masing. Setelah ketiganya di dalam lift, Nathan menekan tombol angka dua belas pada dinding lift. Tiba-tiba lift itu berhenti dan pintunya terbuka tapi tak ada yang masuk.
"Siapa sih ada yang pencet kali tadi ya?" Bejo menekan tombol close untuk menutup pintu lift. Sedetik kemudian pintu terbuka lagi.
"Iseng banget sih, sekali lagi kebuka awas aja nih gue tari tangannya," ucap Bejo menekan tombol close lagi.
Pintu lift kembali terbuka.
"Ini di lantai berapa sih?" tanya Bejo ke Nathan yang sama-sama memandang angka yang tertera di atas pintu lift.
"13"
Nathan, Setta dan Bejo saling berpandangan tak mengerti.
"Emang tadi ada lantai tiga belas? kan kata si mas tadi sore kalau disini kaga ada lantai tiga belas," ucap Bejo.
Tangan anak kecil muncul dari dinding luar lift.
"Nah ini kali nih tangan yang iseng." Bejo menarik tangan tersebut segera.
"Waaaaaaaaaaaaaa!!!"
Bejo dan Nathan teriak bersamaan saat melihat tangan yang tadi di tarik Bejo hanya sebatas siku. Tangan buntung itu penuh luka berongga dengan darah bercampur nanah.
"Semuanya baca ayat kursi!" perintah Setta.
"Aku gak hapal Set, gimana dong?" Bejo melempar tangan buntung tersebut pada Nathan.
"Kok di kasih ke aku sih, buang nih kesana!"
Nathan melempar tangan buntung itu keluar lift.
Tiba-tiba dari kejauhan tiga bayangan hitam muncul. Terlihat sosok yang satunya seperti laki-laki dewasa berwajah hancur sebelah dengan perawakan tinggi memakai kemeja penuh noda darah, yang satu lagi sosok perempuan memakai dress merah selutut, rambutnya panjang menutupi wajahnya sambil menghadapkan kedua tangannya ke arah lift. Sosok ditengah yaitu anak kecil yang tak memiliki tangan kanan berwajah pucat dengan senyum mengerikan. Ketiga sosok tersebut makin mendekat dan makin jelas menghampiri Nathan, Setta dan Bejo yang ketakutan di dalam lift.
Nathan membaca ayat kursi sambil menekan tombol close di lift berkali-kali dengan tubuh gemetar ketakutan. di hadapannya Bejo sudah terduduk lemas tak berdaya saking ketakutannya.
*****
Bersambung Guys jangan lupa Votenya 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Fatimah Ziyadatul Khair
seruuuu
2024-05-28
0
tapi emang bener lho aku aja beli HP pake uang tabungan sendiri itu kls8, alhamdulillah banget bisa punya HP sendiri. sekarang liat anak TK aja udah pada pegang HP iphone, walaupun sebagian ada yg android juga. tapi kaya ngerasa "kok di bolehin ortu nya?"
2024-05-14
0
Suharnani
Setuju👍
Tapi... knp anakku semua dari SD gak tak kasih HP, pas begitu masuk SMP mulai tak beliin,kn main HP nya malah gak waktu ya
2024-01-31
0