*** Chapter 4 ***
Sesampainya di area makam kedua orang tuanya Setta merasakan hawa dingin menusuk sumsum tulangnya.
"Aku di mobil aja, ya," ucap Bejo yang sebenarnya takut memasuki area makam.
Nathan menggandeng tangan Setta menuju pusara kedua orang tuanya yang bersebelahan.
"Bang, ini bunganya aku taro di makam aja ya, bang," ucap Setta. Nathan mengangguk setuju.
Setta menundukkan kepalanya sambil menangis di hadapan nisan mamanya sementara Nathan berada di hadapan nisan papanya. Mereka berdoa mengirimkan bacaan Al Fatiha dan surat Yasin untuk kedua orang tuanya.
"Set, udah sore, kayaknya kita sewa hotel deh di deket sini, tadi juga Bejo nemu supplier gitar yang bagus gak kau dari sini," ucap Nathan.
"Iya, bang."
Setta memandang seorang anak perempuan yang tak jauh dari posisinya sedang mendekap boneka kesayangannya. Wajahnya hancur penuh dengan darah bercampur nanah. Bola mata sebelah kanannya juga hampir lepas dari sarangnya. Setta mencengkeram erat tangan kanan abangnya itu.
"Set, kamu gak apa-apa kan?" tanya Nathan.
"Tuntun aku ya, bang."
Setta menutup kedua matanya sambil mengikuti Nathan yang membimbingnya untuk berjalan ke arah mobil. Rasanya tak sanggup berlama-lama disana karena banyak lagi penampakan yang mendekati gadis itu seperti pocong dan kuntilanak yang terbang melintas.
"Jo, kita sewa hotel, ya?" tanya Nathan saat masuk ke dalam mobilnya.
"Gak mau pulang aja, nih?"
"Kemalaman, lagian kan kamu juga mau ketemu supplier gitar, ya kan?"
"Iya juga sih, oke lah aku ikuti apa katamu."
Bejo membuang puntung rokok yang habis dihisapnya itu sembarangan.
"Ambil, kak Jo! buang ke tempat sampah daripada nanti kakak kenapa-kenapa," ucap Setta memperingatkan Bejo.
"Apaan sih adik manis, udah biar aja nanti juga ada yang bersihin."
Bejo masuk ke dalam mobil, ucapan gadis itu tak jua dia turuti.
Di pelataran makam, sepasang bola mata berwarna merah itu masih mengamati Setta yang menjauh.
***
"Rame juga nih hotel," ucap Bejo mengamati sekeliling area hotel.
"Lumayan lah, aku denger nih hotel baru setahun di bangun," sahut Nathan
"Kita pesen satu kamar hotel, nih?" tanya Bejo.
"Enak aja! aku sama Setta, kamu pesen satu kamar lagi, sendirian aja di kamar, berani kan?" tanya Nathan sambil berjalan menuju ke lobby hotel.
"Hahaha kenapa aku harus takut, aku aja sendiri di tempat kos," ucapnya dengan nada sombong.
"Ya udah bagus kalau gitu."
Nathan memesan dua kamar yang memiliki pintu penghubung. Seorang bellboy mengantar mereka menuju kamar di lantai dua belas.
"Kok gak ada angka tiga belas sih di tombol lift ini?" tanya Bejo pada bellboy tersebut saat masuk ke dalam lift.
"Gak tau mas, emang gak boleh dari sananya," sahut bellboy tersebut.
"Oh... percaya mitos berati nih yang punya hotel." ucap Bejo.
Pintu lift lalu terbuka. Setta menoleh ke belakang, ke arah dalam lift. Hantu pria memakai kemeja kotak-kotak dengan tempurung kepala yang hilang sebelah mengintip dari dalam lift. Darah menetes mengalir ke arah mata dan pipi hantu pria tersebut yang tersenyum ke arah Setta.
"Set, kamu mah bengong terus ih, ayo masuk!" Nathan mengejutkan Setta dengan menepuk bahunya.
Bellboy itu pergi setelah Nathan memberinya uang tip, lalu ia masuk ke dalam lift dan berdampingan dengan hantu pria tadi saat pintu lift tertutup.
"Aneh ya masa gak ada nomor tiga belasnya tuh, habis nomor 1211 langsung 1214?"
Bejo menunjuk plat angka yang menempel di depan pintu kamar.
"Udah sih! kepo banget! segala kayak gitu aja dibahas, elo disini, gue sama Setta disini ya?" sahut Nathan.
"Oke lah."
Bejo masuk ke dalam kamarnya. Suasana klasik kamar hotel menyambutnya saat ia membuka pintu. Cermin besar terpampang di hadapannya membuatnya terkejut saat melihatnya.
"Shit... oh bayangan ku sendiri, kirain siapa," gumam Bejo lalu merebahkan dirinya di atas ranjang kayu jati berukir batik di bagian kepala ranjang.
Bejo terlelap seketika itu juga.
***
"Set, kamu mau tidur di kasur yang mana?" tanya Nathan sambil meletakkan tas ranselnya ke atas kursi kayu.
"Yang ini aja bang."
"Oh ya udah, abang mau mandi dulu ya," ucap Nathan lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Setta menatap cermin di hadapannya. Cermin kayu yang berukir kembang di bagian sisinya itu menempel di dinding. Di bawah cermin tersebut terdapat meja kayu berwarna hitam dengan dua buah kursi kayu yang saling berhadapan.
Boooooo...!!!
Wajah wanita Belanda muncul di cermin dengan tampang pucat pasi mengejutkan Setta.
"Astagfirullahaladzim." Ucap Setta yang mundur beberapa langkah sambil memegang dadanya.
"Aku gak ganggu, jadi ku mohon jangan ganggu." ucap Setta.
"Kenapa, dek?" Nathan keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
Hantu wanita tadi sudah menghilang dari cermin.
"Tadi ada..."
"Hantu?" potong Nathan.
Setta mengangguk mengiyakan.
"Udah biarin aja, kita makan malam dulu ya laper nih, abang ajak Bejo dulu ya?" tanya Nathan.
"Iya bang, tapi kita solat magrib dulu ya bang." ajak Setta dan di iyakan oleh Nathan.
***
Nathan membuka pintu penghubung antara kamar hotel miliknya dan punya Bejo. Udara pengap langsung terasa menyeruak menampar wajah Nathan saking panasnya.
"Ih sumpah panas banget ini kamar, si Bejo kaga nyalain AC apa ya?" gumam Nathan, sementara Setta mencengkeram punggung kaus yang yang dikenakan Nathan.
Nathan dan Setta melihat Bejo yang tergeletak di atas kasurnya sedang mengigau kesakitan.
"Jo, bangun Jo, banguuun....!!" teriak Nathan sambil mengguncang tubuh Jojo dari pelan sampai lebih kencang.
"Hah....?!" Jojo langsung terbangun dengan nafas kencang yang menderu dan tersengal-sengal seperti seorang pelari yang memutari lapangan lebih dari sepuluh kali.
Wajah Bejo terlihat pucat dan terlihat sangat letih.
"Coba kak ini minum dulu."
Setta menyodorkan segelas air putih pada Jojo yang langsung meminumnya sampai habis.
"Makasih, Set," ucap Bejo setelah menghabiskan air segelas itu.
"Kamu kenapa AC gak nyala, tidur seperti kerbau, pasti gak solat magrib?" tanya Nathan.
Bejo mengangguk malu sambil menggaruk kepalanya.
"Aku ngerasa tadi ada yang nindih badanku sampai susah napas, kata ibuku itu namanya reprepan," ucapnya.
"Makanya kalau magrib-magrib jangan tidur! udah sana cuci muka, terus ayo ikut, kita cari makan!" Nathan memberi titah yang langsung dilaksanakan oleh sahabatnya itu.
Nathan mengamati adiknya, ia selalu melihat ke samping cermin besar yang berdiri di depan dinding kamar hotel yang ditempati Bejo.
***
Bersambung Guys...😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
雅那
ah si othor vie selalu seru kalau bikin cerita
2024-05-11
0
hp baru
seru banget
2024-03-31
0
Berdo'a saja
dasar kang Bejo
2023-01-02
1