*** Chapter 3 ***
Setta kini berusia 11 tahun sebentar lagi ujian tingkat akhir di kelas enam sekolah dasar, akan menyambutnya.
Setta memandangi foto di meja belajarnya. Kedua orang tuanya tersenyum menatapnya dari foto itu. Sang Papa menggendong Setta dan Abang Nathan memeluk pinggang Mama. Teringat kembali hari itu, hari di mana mama dan papanya pamit untuk terakhir kalinya. Setelah berhasil menjual ladang jagung, mereka mengalami kecelakaan bis yang bertabrakan beruntun di lintasan tol. Lintasan tol tersebut juga konon kabarnya angker. Mama dan papanya dinyatakan tewas seketika.
"Lagi apa, Dek?" Nathan membuka pintu kamar Setta mengejutkan gadis itu dari lamunannya.
"Lagi baca buku, Bang," sahut Setta sambil memberikan tanda stabillo pada bacaan buku yang akan dia buat rangkumannya. Cara itu termasuk ampuh untuk memudahkan Setta dalam mengingat pelajaran dari buku-buku yang dia baca.
"Kamu jadi masuk ke SMP Angkasa?" tanya Nathan yang merebahkan dirinya di kasur Setta.
"Bang, jangan disitu, geser ke kanan aja, Bang!" cegah Setta.
Nathan tau pasti ada sesuatu yang tak bisa ia lihat sedang menemani Setta di kamarnya. Pria itu segera bergeser.
Setta mulai menerima takdirnya yang dapat melihat para makhluk astral yang tak bisa dilihat oleh orang awam. Mungkin karena sering sendiri dan merasa tak punya teman, dia lebih memilih terbiasa bersama mereka yang tak terlihat. Teman-teman Setta juga selalu menjauhinya karena takut. Gadis itu selalu saja melihat hal aneh di sekolah dan membuat takut teman lainnya, karena tingkah laku Setta yang tak biasa.
Nathan pernah membawa adiknya itu ke orang pintar yang bernama Mbah Raji. Menurut beliau, Setta memiliki aura yang di sukai para hantu dan sulit untuk menutup mata batin gadis cilik itu karena penjagaan yang sangat kuat menemaninya. Menurut Mbah Raji, Setta dijaga oleh jin baik yang menyerupai harimau. Lagipula Setta sudah mau menerima kehadiran mereka yang datang dari alam lain. Hanya saja Nathan menginginkan adiknya itu bersikap biasa saja sama seperti kawan-kawan lainnya. Nathan mau adiknya itu tak memperdulikan para hantu yang datang dan pergi melintasinya. Cukup pikirkan diri sendiri saja dan bersikap seperti orang awam pada umumnya, itu pinta Nathan pada Setta.
Nathan segera bergeser sesuai perintah adiknya dengan bulu kuduknya yang tiba-tiba meremang membuatnya ngeri.
"Serem gak, Set?" tanya Nathan.
"Lumayan, matanya yang satu hilang, kadang-kadang keluar belatung, mukanya pucat, badannya darah semua tapi udah kering sih, udah nempel di daster putihnya, tuh dia lagi ngeliatin Abang."
Gadis itu menjawab datar dan masih fokus dengan kegiatan merangkumnya.
"Ih, kamu mah malah dijelasin detail gitu, suruh liat yang lain jangan liat Abang, Abang mah gak cakep buat kaum dia."
Nathan meraih bantal di kasur Setta dan menutupi sisi sampingnya dari sosok hantu tadi.
"Dek, kamu jadi masuk SMP Angkasa?"
tanya Nathan lagi dan dijawab anggukan oleh adiknya.
"Bagus kalau begitu, kamu harus semangat ya, kalau bisa kamu juga dapetin beasiswa ya, soalnya uang peninggalan papa mulai menipis," ucap Nathan.
"Iya, Bang."
Setta tersenyum memandang kakak satu -satunya itu. Kini hanya Nathan yang ia miliki, setelah nenek meninggal setahun lalu karena serangan jantung.
Nathan menempuh pendidikan di Akademi Kepolisian yang mengharuskannya memboyong adik dan neneknya itu pindah ke kota. Hal itu ia lakukan agar lebih dekat dengan lokasi kampusnya, demi meraih cita-citanya sebagai polisi.
"Yuk, makan dulu, nanti lanjut belajar lagi!"
Pria itu berdiri lalu mengusap kepala Setta.
"Iya, Bang."
Setta merapihkan meja belajarnya dan mengikuti Nathan ke meja makan.
***
Hari itu setelah Setta mengikuti ujian sekolah, namanya terpampang sebagai murid nomor satu yang memperoleh nilai tertinggi. Alhasil Setta dengan mudah mendapat beasiswa dari SMP Angkasa, sekolah menengah pertama yang menjadi sekolah favorit di kotanya.
Nathan menyambut sang adik dengan seikat bunga mawar putih di tangannya, bunga kesukaan adiknya itu. Setta berlari menghamburkan dirinya ke dalam pelukan abangnya.
"Selamat ya, Dek, Abang bangga banget sama kamu," ucap Nathan
"Makasih, Bang, kita ke makam Mama, Papa sama Nenek yuk!" pinta Setta.
"Tapi, Abang ada janji sama Kak Bejo, dia mau ngajakin bisnis alat musik gitu," sahut Nathan.
"Ajak aja, siapa tau dapat supplier murah sepanjang perjalanan," ucap Setta masih memohon.
"Iya deh, Abang telpon Bejo dulu, ya."
Nathan mengeluarkan ponsel dari sakunya untuk menghubungi kawannya itu.
***
Bejo akhirnya mau mengikuti Nathan mengantar Setta menuju makam orang-orang tersayangnya. Gadis itu selalu berpikir bagaimana ia tak pernah bisa menjumpai arwah orang tuanya itu sedangkan arwah sang nenek saja masih berkeliaran di dalam rumahnya.
Gadis berambut hitam sebahu itu mengamati pohon-pohon yang bergerak mundur dari kaca jendela mobil taruna lama yang dikemudikan abangnya.
"Tan, aku haus nih berhenti di minimarket apa warung dulu untuk beli minum, mana mau pipis juga lagi," ucap Bejo menepuk bahu Nathan.
"Iya bentar, lagian juga mana ada warung di jalanan sepi gini," sahut Nathan.
"Tuh, ada warung!"
Tunjuk Bejo dengan wajah bahagianya seperti baru saja menemukan harta karun di lautan lepas.
"Jangan kesitu, Bang!" sahut Setta yang mengamati kedua laki - laki dihadapannya itu.
"Tuh, kata Adikku jangan kesitu mending nurut aja!" seru Nathan yang tak jadi menghentikan mobilnya di warung tersebut.
"Kenapa sih, Ta? ada yang salah sama tuh warung, kamu jijik ya mentang - mentang tuh warung di pinggir jalan gitu?" tanya Bejo menoleh ke belakang ke arah Setta.
"Aku gak jijik kok, cuma sebaiknya jangan, Kak!"
larang Setta. Gadis itu masih menoleh ke belakang memandangi warung tadi.
Warung itu ternyata warung gaib yang dijaga jin jahat untuk menyesatkan para manusia yang melintas di daerah itu. Sosok Jin perempuan penunggu warung itu sebenarnya bertubuh seperti kambing yang berdiri dengan kepala manusia bertanduk. Hanya saja, Bejo dan Nathan melihat penjaga warung itu sebagai sosok wanita dewasa yang memakai kebaya model dulu.
"Udah nurut aja sama yang dia bilang, tahan dulu lah, bentar lagi juga nemu warung," ucap Nathan.
"Tapi udah gak tahan, ih aku pipis di botol juga, nih." Bejo mencari botol bekas di dalam mobil Nathan.
"Kak Bejo, ih jorok nih, awas ya kalau nekat pipis di mobil nanti aku videoin terus kirim ke sosmed biar viral," ancam Setta dengan nada kesal.
"Eh panggil aku kak Jo jangan Bejo! gak asik nih Setan, awas ya jangan buat video ya, bisa dikeluarin dari kepolisian aku kalau viral."
Bejo menatap tajam ke arah Setta.
*****
Bersambung...
Please di like and Vote ya 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
雅那
vote nya nunggu hari senin ya thor/Joyful/
2024-05-11
0
Berdo'a saja
setta tau semua
2023-01-02
0
Nabilah Hanum
makin lanjut baca makin ketagihan 😊
2022-08-13
1