*** Chapter 2 ***
Di malam yang mencekam itu, Nathan dan mamanya mencoba untuk membaca surat Yasin bersama di ruang tamu sambil berdoa dalam hati. Mereka berharap agar gadis kecil itu segera kembali dan tak terjadi apapun padanya.
Papa Baratha datang bersama ustad Yusuf yang langsung berkeliling rumah sambil membaca ayat-ayat suci dengan lirih.
"Ente punya tetangga ya di belakang rumah?" tanya ustad Yusuf sambil berzikir dengan tasbihnya di dalam hati.
"Tetangga? maksud pak ustad? perasaan tetangga saya di depan sana, kalau di belakang mah cuma ladang jagung, Tad," jawab Pak Baratha yang tak mengerti dengan pertanyaan Ustad Yusuf.
"Ono nyang puun asem di belakang ono noh, ada tetangga ente tuh lagi ngajak anak ente main ke rumahnya," ucap pak ustad seraya melangkah menuju ke belakang rumah pak Baratha.
"Astagfirullahaladzim maksud ustad, Setta ada di pohon asem itu?" tanya Mama Tammy dengan raut wajah ketakutan sambil mendekap Nathan yang selalu bersembunyi di belakang tubuhnya ketakutan.
Ustad Yusuf mengangguk.
"Yuk, sama-sama temenin ane baca ayat kursi ya."
Lantunan ayat kursi terdengar dari bibirnya di hadapan pohon asem besar itu.
Tak berapa lama suara Setta terdengar sedang menangis dari arah dalam rumah. Mama Tammy dan Nathan segera menghampiri asal suara tersebut dengan berlari.
"Besok ente tebang ini puun, minta bantuan warga, besok ane temenin sambil berdoa minta sama Allah buat ngebuang jin jahat yang ada di pohon ini!"
Ustad Yusuf menepuk bahu Papa Baratha.
"Astagfirullahaladzim."
Tiba-tiba Baratha menoleh ke arah pohon asem besar itu. Sosok hantu perempuan berambut panjang yang hanya terlihat kepalanya saja sedang menatap Baratha dengan senyum menyeringai. Matanya berwarna merah dengan darah yang mengalir. Dari mulutnya keluar kedua taring yang sangat mengerikan.
"Udeh jangan di liatin entar kalau ente demen, ane tambah repot lagi ngobatinnya," ucap Ustad Yusuf sambil tertawa meledek Pak Baratha.
"Ah ustad bisa aja, ih serem gitu taunya tetangga saya astagfirullah." Pak Baratha bergidik ngeri dengan memeluk dirinya sendiri. Keduanya lalu masuk ke dalam rumah pak Baratha.
***
Lima tahun berlalu, Setta selalu di ganggu oleh beberapa makhluk halus yang sering datang ke rumahnya. Namun, selama ada Ustad Yusuf yang selalu membantu Setta, perasaan mama lebih tenang. Setiap hari tak lupa mama lantunkan ayat suci setelah selesai beribadah lima waktu. Akan tetapi, setiap kali ia mendapat halangan datang bulan, beberapa makhluk astral malah rajin untuk datang ke rumah.
Mama Tammy berusaha untuk membujuk Nathan agar tak lupa membaca Al-Quran sehabis solat. Akan tetapi sifat jelek Nathan yang malas beribadah terkadang datang menghampirinya.
"Ma, besok kita ke rumah nenek ya," ucap Pak Baratha sambil menyantap makan malam bersama di meja makan bersama keluarganya.
"Asik kita ke lumah nenek, ke lumah nenek."
Sahut Setta sambil bertepuk tangan kegirangan dengan nada cadelnya.
"Memangnya kenapa, Pa? tumben ajak kita ke rumah nenek?" tanya mama Tammy.
"Papa mau nitip Nathan sama Setta," sahutnya.
"Kok kita di titip? memangnya Papa mau ke mana sama Mama?" tanya Nathan. Lalu ia memasukkan sesendok makan penuh nasi dan sayur lodeh ke dalam mulutnya.
"Papa mau ajak Mama ketemu rekan bisnis yang mau beli lahan jagung kita ini, rencananya mau ajak kalian pindah ke kota," jawab papa Baratha dengan senyuman di wajahnya.
"Serius, Pa? Alhamdulillah akhirnya kamu dengerin permintaan Mama buat pindah dari tempat ini," ucap sang istri penuh rasa syukur.
"Asik pindah ke kota, yes pindah ke kota, denger kan setan, kita tuh mau pindah ke kota," ucap Nathan menoleh pada Setta yang tiba-tiba menundukkan kepalanya.
"Nih kalau udah gini perasaan Nathan gak enak nih pah, Setta kamu lihat sesuatu ya?"
Nathan menoleh pada papa dan mamanya yang langsung menghentikan makan malamnya. Keduanya ikut memperhatikan Setta.
Setta mengangguk dan menunjuk ke arah samping papanya.
"Ada apa di samping Papa, nak?" tanya papa Baratha sambil menoleh ke sampingnya.
"Olangnya gede, pake baju item kaya jas ujan papa, tapi gak ada mukanya."
Setta menatap sesuatu di samping papanya lalu menundukkan kepalanya kembali.
"Ya udah, jangan di liatin ya, nak! kita makan lagi aja!" seru Mama Tammy mencoba mencairkan suasana.
Nathan jadi ikut-ikutan menundukkan kepalanya sambil menyantap makan malamnya, karena ia ketakutan dengan ucapan Setta barusan.
***
Pagi itu tepat pukul delapan, Pak Baratha mengajak keluarganya untuk menaiki bis jurusan Desa Wangi menuju tempat tinggal ibunya. Mereka harus menempuh perjalanan sekitar delapan jam menuju tempat tinggal neneknya Nathan dan Setta.
Mama Tammy terpaksa memberikan obat anti mabuk yang akan membuat kantuk bagi Setta. Ia melakukannya agar selama perjalanan Setta tak melihat hal-hal aneh yang tak kasat mata dan mengganggunya. Mama Tammy mendekap tubuh Setta dengan erat meski kakinya sering berguncang sendiri, seolah ada sesuatu yang mencolek dan mengganggu Setta.
Dilihatnya wajah suaminya yang tertidur pulas sambil mendekap putra sulungnya yang tampan dengan dagu terbelah. Entah mengapa hari itu, Tammy sangat merasa bersyukur atas karunia yang Tuhan berikan padanya. Mempunyai suami yang selalu menuruti dan menyayanginya, serta kedua anak yang sehat dan sempurna sangat membuatnya bahagia.
Sesampainya di desa nenek, hari mulai gelap, mereka melakukan solat berjamaah lalu makan malam dengan hidangan opor ayam kampung yang sudah nenek sediakan.
"Nek, itu tolong kakek culuh pelgi dulu," ucap Setta dengan cara bicaranya yang masih cadel.
"Biarin aja Setta, mungkin kakek kangen mau ketemu kalian."
Nenek Ambar tersenyum memandang cucunya.
"Ah... Setta mah kebiasaan nih, nakutin aja, aku kan jadi takut tidur disini!" seru Nathan karena ia tahu bahwa kakeknya itu sudah meninggal.
"Eh, kamu mau ke mana?" tanya nenek Ambar pada Nathan yang bangun dari ranjangnya.
"Nathan mau tidur sama Mama Papa aja," sahut Nathan lalu menuju kamar orang tuanya.
Keesokan harinya Papa dan Mama pamit pada Nathan dan Setta.
"Kamu harus jagain adik kamu ya sama nenek kamu, jagain yang bener jangan bikin malu papa," ucap papa Baratha sambil memeluk Nathan.
"Iya nanti aku jagain, tapi jangan lama-lama perginya." Nathan membalas pelukan papa.
"Setta, mama pergi dulu ya, mama yakin kamu akan kuat menghadapi cobaan hidup kamu, jangan lupa iqra-nya dibaca terus biar khatam, terus pindah Alquran deh kayak abang," ucap mama Tammy sambil menggendong Setta.
Lalu mama gantian mencium dan memeluk Nathan, begitu pula dengan papa yang gantian menggendong Setta. Lalu keduanya pamit pergi menuju kota dengan menaiki bis. Mereka menemui rekan bisnis Barata yang mau membeli ladang jagung.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Aya Vivemyangel
Ust nye kocak ye 😂
2024-02-12
1
Cahaya Hayati
Uda cerita horor nama juga horor masa nama setan si 😃😃😃🤔
2023-03-12
0
Berdo'a saja
menemui rekan bisnisnya dimana sih nitip kan anak anak saja jauh nya sampai 8 jam, kayak Banyuwangi Surabaya
2023-01-02
0