Zara yang sudah selesai di make up terlihat begitu gelisah, karena sejak dua jam yang lalu nomor Mike tidak bisa dihubungi. Tiba-tiba pintu terbuka, seorang wanita berumur empat puluh delapan tahun memberikan senyum terbaiknya kepada putri semata wayangnya.
Zeni sebentar lagi akan melepaskannya putrinya dengan pria pilihannya. Namun, kini semua itu tidak sesuai harapan Zara.
"Ibu, apa penghulu sudah datang?" tanya Zara sebisa mungkin tidak ingin terlihat Bundanya juga ikut khawatir.
Zara melihat Bundanya menarik napas dalam."Apa Mike ada memberitahumu, Nak?" tanya Zeni.
Zara menggelengkan kepalanya, entah kenapa dadanya begitu sesak saat sang Bunda menanyakan akan calon suaminya itu.
Suara dobrakan pintu mengejutkan Zara dan Bundanya. Kedua wanita beda usia itu langsung menoleh. Tama menatap putrinya dengan sendu, hal itu membuat Zeni menghampiri suaminya.
"Ayah," panggil Zeni lembut sambil mengusap lengan suaminya.
"Zara," kata Tama sambil menarik napas berat.
"Ayah, ada apa sebenarnya?" tanya Zara karena melihat kedua orang tuanya sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.
"Mike membatalkan pernikahannya," ucap Tama lirih, tetapi masih bisa didengar oleh Zara.
Zara terdiam, gadis itu mencoba untuk mencerna apa yang baru saja didengarnya. Saat ia mulai paham, tiba-tiba sang Bunda berlutut di depan Zara.
"Bunda mohon tetap melanjutkan pernikahanmu, Nak!" pinta Zeni karena tidak akan sanggup menahan malu apalagi malamnya resepsi akan langsungkan.
Zara langsung berlutut mensejajarkan dengan Bundanya, air matanya sudah menganak sungai membasahi kedua pipinya. Gadis itu tidak peduli akan bagaimana bentuk wajahnya saat ini.
"Bunda jangan seperti ini, Zara akan mengikuti apa kata Bunda dan Ayah. Jika pernikahan ini tidak bisa dibatalkan lalu siapa yang akan menjadi suami penggantiku, Ayah?" tanya Zara berusaha tegar.
Tama memejamkan matanya, setelah itu semua menatap ke arah pintu. Sosok menjulang tinggi dan berkharisma itu kini menatap Zara dengan tatapan datar.
"Ini rekan kerja Ayah," ucap Tama dengan senyum tipis yang dipaksakan.
Zara menatap sebentar, gadis itu merasa tidak mungkin menikah dengan pria yang hampir pantas dipanggilnya Paman itu.
"Ayah, Zara bisa bicara dengan calon suamiku?" tanya Zara.
Tama dan Zeni saling pandang, Lalu pria itu menatap Nathan yang kini sudah memakai jas warna hitam.
Setelah sosok yang belum dikenal Zara itu masuk, Tama mengajak istrinya untuk keluar dari kamar dan menutup pintu kamar perlahan. Hening, baik Zara dan pria yang kini duduk di sofa dengan melipat tangannya di dada itu saling diam. Sama sekali tidak ada yang memulai obrolan.
Zara merasa jika rasanya tidak mungkin menikah dengan patung, apalagi awal bertemu tidak ada kesan baik.
"Hem, maaf. Sepertinya pernikahan ini dibatalkan saja," kata Zara sambil memberanikan diri menatap pria yang kini menatapnya dengan tajam.
"Apa Anda yakin, Nona. Setelah pembatalan pernikahan ini semua akan baik-baik saja?" tanya pria itu terdengar penuh dengan penekanan.
"Paman. Kita tidak saling cinta dan kenal, rumah tangga seperti apa yang akan kita jalani nanti!" kata Zara dengan menatap pria yang sampai sekarang belum diketahui namanya itu.
Zara langsung berdiri, saat pria itu beranjak dari duduknya. Perlahan pria itu menghampirinya.
"Namaku Nathan. Jadi Anda ingin kita saling mengenal dan menjalin hubungan. Lalu saat akan janji suci satu jam lagi saya membatalkannya demi wanita lain. Itu mau Anda, Nona!" seru Nathan dengan suara baritone.
Zara mendengar itu begitu terkejut, ia menggelengkan kepalanya. Hubungannya dengan Mike sudah terjalin selama dua tahun dan itu bukan waktu sebentar.
"Anda jangan pernah memfitnah Kak Mike!" bentak Zara menatap tajam Nathan.
Nathan hanya tersenyum tipis karena baru kali ini ada wanita yang membentaknya dan sialnya wanita itu sebentar lagi akan menjadi istrinya.
"Sekarang bersiaplah karena waktu saya sangat berharga!" kata Nathan membuat Zara mendengus tidak suka.
Nathan membuka pintu dan kembali menutupnya, Setelah kepergian pria sombong itu Zara menghentakan kakinya ke lantai. Tangisnya langsung pecah. Gadis itu masih tidak percaya jika Mike tega membatalkan pernikahannya.
Zara mengambil ponselnya, gadis itu mencoba menghubungi nomor Mike. Namun Sayang, sampai detik ini masih tidak aktif.
"Kak Mike apa salahku, semalam kita masih baik-baik saja," kata Zara dengan air mata yang tidak berhenti mengalir membasahi kedua pipinya.
Zara langsung menghentikan , saat mendengar seruan kata-kata sah dari luar. Ia memejamkan matanya."Aku tidak mau menjadi istri Paman Nathan."
Zara langsung membuka pintu balkon kamarnya, saat ia akan memanjat pagar pembatas balkon. Tiba-tiba ada yang menarik tubuhnya hingga ia tersungkur di lantai.
"Astagfirullah, Paman!" seru Zara menatap tajam pria yang kini sudah sah menjadi suaminya itu.
Nathan mengusap wajahnya kasar, pria itu mengulurkan tangannya kepada gadis kecil yang kini duduk di lantai dengan mulut komat-kamit.
"Zara, apa yang kamu lakukan?" tanya Zeni saat melihat putrinya yang duduk di lantai dengan wajah ditekuk.
"Nak Nathan ada apa ini?" tanya Zeni.
"Zara mau kabur, Ibu." Nathan langsung menarik tangan Zara supaya mau berdiri karena di luar sudah ditunggu untuk tukar cincin.
Zeni yang mendengar itu langsung menarik telinga dibalik hijab putrinya itu."Kamu ini sudah punya suami jangan bandel lagi!"
Zara hanya diam sambil mengusap telinganya yang panas karena tarikan Bundanya. Kini mereka keluar kamar, Zeni berjalan di samping Zara.
"Bun," panggil Zara saat akan sampai depan penghulu.
Zeni menoleh dan menatap putrinya itu gemas, saat memberikan kode kalau Zara lupa memakai sepatunya.
Nathan yang akan membantu istrinya duduk, hanya mengulum senyum. Entah mimpi apa ia tadi malam. Sengaja mengambil cuti dari semua pekerjaannya untuk menghadiri undangan rekan kerjanya. Namun, kini ia yang mengakhiri masa lajangnya.
Nathan tidak membayangkan, apa kata kedua orang tuanya nanti saat tahu diam-diam ia sudah menikah dengan gadis kecil di sampingnya saat ini.
Kini keduanya tukar cincin, saat mempelai pria diminta mencium kening mempelai wanitanya. Nathan tidak lupa memejamkan matanya untuk memanjatkan doa dengan tangannya berada di atas kepala Zara. Sedangkan Zara merasakan dadanya berdegup kencang saat ada benda hangat menempel di keningnya.
Setelah seluruh rangkaian acara sudah selesai, Zara memeluk Bundanya. Tangis kedua wanita beda usia itu langsung pecah. Entah kenapa rasanya dada Zara begitu sesak saat ini.
Saat Zara akan sungkeman ke Ayah Tama, gadis itu menatapnya sambil cemberut."Ayah kenapa mencarikan suami Paman-Paman?" tanya Zara.
Nathan mendengar itu menatap Zara dengan tajam, tetapi sang istri bukannya takut malah terkekeh.
"Zara, siapa pun yang menjadi suamimu saat ini, itulah jodoh terbaik yang diberikan Allah SWT kepadamu, Nak," kata Tama sambil mengusap bahu putrinya.
"Iya, Ayah," jawab Zara sambil menarik napas dalam untuk menekan rasa sesak di dadanya.
Mungkin kedua orang tuanya dan keluarga besar yang lain melihat Zara akan terlihat baik-baik saja. Namun, sebenarnya ada luka yang menganga di hatinya saat ini.
Zara tidak ingin terlihat lemah depan keluarganya, gadis itu ingin melihat kedua orang tuanya selalu tersenyum saat ini. Walaupun hatinya bak tertusuk duri yang kasat mata.
"Nak, kalian istirahatlah di kamar. Ingat Zara, nanti tepat pukul empat harus sudah berada di kamar make up!" pesan Zeni kepada putrinya.
Nathan yang sudah merasa gerah dan lelah menatap Zara."Ayo kita ke kamar," ajak Nathan.
" Paman. Masih siang juga sudah ajak masuk kamar," ucap Zara yang langsung mengundang tawa keluarga besarnya.
Nathan melebarkan matanya mendengar jawaban dari istri kecilnya itu. Pria itu akan memberikan pelajaran kepada Zara."Tunggu hukumanmu, Zara!"
Wajah Zara seketika pucat saat mendengar suara mengerikan dari suaminya itu, wanita itu entah kenapa ada rasa takut, tetapi ia tidak boleh lemah."Saya tunggu hukumannya, Tuan Nathan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Oci Aqilah
wah...seru ni zara harus kuat pasti ada jalannya nanti 👈
2023-10-07
0
Anak Lanang
paman paman...ga om om
2023-10-02
0
Xoeman Diyah
seruuuuuu Thor 👍👍👍
2023-09-23
0