Entah apa yang merasuki diri Kevin, sekarang pria itu justru begitu buas menyantap hidangan di bawah kekuasaannya. Apalagi sejak Queen menyebut namanya membuat dia asmakin terbakar gelora asmara.
Berkali-kali Kevin menghujamnya tanpa membiarkan wanita yang dia benci untuk beristirahat, rasanya sungguh tak terkira membuat dia menggila bahkan setiap kenikmatan muncul Kevin selalu memuja betapa manisnya madu yang dia renggut.
"Queen, kamu buatku gila!" Leguhan panjang akhirnya lepas begitu saja saat Kevin sampai pada puncak surgawi. Matanya terpejam dengan mulut yang terbuka akibat refleks dari sesansi yang baru pertama kali dia rasakan sebelumnya.
Kevin menjatuhkan tubuhnya tepat di atas Queen, dia menatap lekat wajah cantik yang menjadi maskot kampus idaman para pria. Wajah piluh dengan keringat serta dada yang turun naik dengan cepat akibat deru napas tersengal.
Sesekali Queen melihat ke arah Kevin yang masih berada di atas tubuhnya dengan penyatuan yang masih menempel, kemudian kembali terpejam usai rasa sakit yang menyiksa tubuhnya sudah diobati.
"Beautiful," gumam Kevin yang menganggumi kecantikan wanita yang baru saja dia renggut mahkotanya, senyum terukir ketika dia teringat bahwa dia lah pemenang yang menaklukkan sang ratu kampus terpopuler tersebut.
Kevin melepaskan penyatuan mereka dengan ekspresi wajah yang seakan tidak rela bila berpisah, sampai suara rintihan kecil keluar dari bibirnya. Dia menjatuhkan tubuhnya di samping wanita tersebut.
Sorot mata Kevin masih tertuju pada wanita cantik yang berada di sampingnya saat tangan itu membelai pipi mulus Queen, dia sudah bertekad mulai malam panjang yang bergairah Queen adalah miliknya seutuhnya.
"Love you," ucap Queen yang membuka matanya saat melihat Kevin lalu merapatkan tubuhnya untuk memeluk Kevin. Matanya pun kembali terpejam saat dia kembali berkata, "Love you Kevin."
Deg, Tentu saja Kevin syok bukan main mendengar ucapan kekasih musuhnya, dia mengira bahwa Queen masih dalam pengaruh obat sampai dia tidak sadar dengan ucapannya, dia pun hanya pasrah saat tubuhnya dipeluk oleh Queen.
"Please... Hug me!" pinta Queen dengan suara manja saat matanya masih terpejam dan Kevin Tampa bersuara hanya menuruti keinginannya. "Kiss me."
Queen memajukan bibirnya saat pelukan mereka begitu erat dan matanya juga masih terpejam, selang beberapa detik Kevin mengecup sekilas bibir ranum yang kerap sekali dia melihat Queen dan Kenzo berciuman.
"Tidurlah!" Kevin menyuruh Queen untuk tidur usai mengecup kening wanitanya.
***
"Aaaakkkk!" teriak Queen saat mendapati dirinya berada di dalam kamar hotel dengan selimut yang menutupi tubuh polosnya.
Mata Queen mengedar ke arah penjuruh kamar hotel, tidak ada siapapun di sana membuatnya menangis seorang diri di atas kasur. Tubuhnya bergetar hebat saat melihat noda merah tepat disampingnya.
Queen mencoba mengingat apa yang tengah terjadi malam itu tetapi dia sama sekali tidak mengingat, hanya sepotong kecil bagaimana dia diajak oleh sahabat karibnya bernama Elena, tetapi sayangnya dia mendapatkan kabar bahwa Elena tidak jadi datang ke club yang dijanjikan.
Sehingga Quee hanya ditemani oleh beberapa pengunjung club malam yang mendekat ke arahnya, dia mengrutuki kebodohnya sendiri sampai memukul kepalanya berulang kali sembari menangis.
Tiba-tiba suara telepon berdering, Queen mencoba mengangkat panggilan telepon yang ternyata dari Elena. Dia pun menumpah ruahkan segala rasa kesedihan dengan sahabat karibnya, bagi dia Elena adalah sosok sahabat yang luar biasa baiknya.
"El, gue gak tahu harus bagaimana, tolongin gue!" Tangisan Queen tambah pecah saat mengatakan apa yang tengah terjadi padanya.
"Astaga, Lo tenang ya! Jangan nangis, gue jemput lo, sekarang! Share location, oke!" ucap Elena yang begitu empatik pada sahabatnya.
Satu jam kemudian, kini Queen menangis dalam pelukan sahabatnya saat mereka sudah berada di dalam apartemen Elena, dia menceritakan begitu detail bagaimana dia bisa melepas mahkotanya pada pria asing yang tidak dia ketahui. Walaupun sebenarnya di Negera mereka sudah hal yang lumrah untuk melakukannya.
"Queen, gue beneran minta maaf, semua salah gue. Kalau bukan karena gue yang gak datang, Lo gak akan kaya gini jadinya!" Elena turut menyesal atas apa yang di alami sahabatnya, air matanya bercucuran saat dia membalas pelukan Queen.
"Gue bingun El, bagaimana nanti ngadepin sikap Kenzo? Gue gak tahu harus ngomong apa sama dia!" ucap Queen dengan suara yang masih terisak.
"Gue yakin kok Kenzo pasti terima Lo apa adanya, karena Lo tahu sendiri bagaimana cintanya dia ke Lo!" ucap Elena yang menyemangati sahabatnya.
Queen pun bingung, mungkin iya. Namun, andai kata Kenzo tahu dan marah padanya sampai hubungan mereka berakhir, toh itu akan mempermudah dia untuk lepas dari jerat keegoisan Kenzo selama ini yang terlalu mengekangnya.
"Jadi, hari ini Lo mau ke kampus gak? Atau istirahat dulu di sini, biar gue yang absen lo?" tanya Elena yang khawatir terhadap Queen. "Tapi kalau gue kasih saran, mending Lo istirahat dulu! Liat nih tubuh loh, astaga ganas banget tuh cowok!"
Queen tidak menyebutkan siapa laki-laki yang tidur dengannya, tetapu dugaan Elena sedari tadi menjurus ke arah laki-laki paru baya dengan perut buncit dan kepala botak, tentu saja membuat Queen bergidik jijik dan takut.
Namun, lagi-lagi Elena berhasil menarik ulur perasaan sahabatnya, seakan ada sesuatu yang aneh pada sahabatnya Queen tersebut.
"El, jangan kasih tahu Kenzo ya soal gue? Bilang aja kalau dia nyariin gue, gue lagi di rumah Om Fredly. Pasti dia gak bakalan jenguk gue," pinta Queen pada Elena yang sedang membuatkan sarapan unruknya.
"Lo tenang aja, semua beres! Pokoknya Lo jaga kesehatan sekarang biar besok cepet masuk kuliah lagi! Ok?" Elena memberikan minuman dan makanan pada Queen.
Queen merasa terharu ketika melihat Elina begitu baik menjaga dan merawatnya, dia sungguh beruntung memiliki sahabat yang membuat orang lain merasa iri melihat keakraban mereka.
"Kalau gitu, gue pergi ke kampus dulu ya, Queen, Lo abisin sarapannya!" ujar Elena yang kini meninggalkan Queen sendiri di dalam apartemennya.
***
Di kampus universitas ternama di kota NY, Kenzo yang uring-uringan ketika mengetahui kekasih tercinta sakit dan berada di kota F membuat dia tidak bisa menjenguk Queen, perasaan kesalnya dia lampiaskan dengan bermain basket seorang diri di dalam aula besar.
"Ken!" tegur Elena pada Kenzo, sahabatnya Queen mendekat ke arah Kenzo yang memaksakan dirinya terus berlari bermain basket seorang diri.
"Ngapain Lo ke sini?" Kenzo bertanya tanpa melihat ke arah Elena.
"Gue mau kasih Lo ini!" Elena memberikan satu botol air mineral dan handuk pada Kenzo.
Kenzo tidak menggubris apapun dari Elena dia tetap terus berlari ke sana dan kemari menggiring bola dari tangannya, sampai bola itu masuk ke dalam ring.
"Ken, ayolah! Jangan maksain diri Lo sendiri, besok juga Queen ke kampus!" ujar Elena yang merasakan khawatir terhadap Kenzo.
Kenzo pun mendEkat ke arah Helena kemudian mengambil air minum dari tangan perempuan itu, dia duduk sembari menangkap minuman.
"Thanks," ucap Kenzo yang merenggangkan ototnya biar rileks.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
kang roasting cerita
masih banyak typo nih thoor.... tapi its okelah.. lumayan ceritanya dari pada lumanyun 🤣
2023-01-02
1