Bab 19

Setelah mengunci semua pintu rumah. Sakti dan Cinta berjalan menuju mobil.

"Kamu kenapa, Hem? gerogi? Kamu tidak perlu gerogi, sayang. Ayahku orang yang sangat baik." ucap Sakti meyakinkan kekasihnya yang tengah diam.

'Aku bukan gerogi, Mas, tapi aku memikirkan Dewa.' batin Cinta.

"Hei, kamu melamun, Cin? Maafkan aku yang terlalu buru-buru mengenalkanmu dengan ayahku, tapi kalau kamu belum siap, kita bisa pulang dan aku akan bilang ke mereka kalau kita tidak bisa hadir." ucap Sakti lagi.

Cinta menggelengkan kepalanya. "Jangan, Mas. Kamu tidak boleh mengecewakan ayahmu. Aku baik-baik saja, dan aku sudah siap bertemu dengan mereka. Kamu tenang saja, tapi bicara tentang mereka. Memang, kita mau bertemu siapa saja? Kenapa kamu menyebutnya mereka?" tanya Cinta mengalihkan pembicaraan. 'Semoga saja, Dewa punya kunci cadangan.' batinnya.

"Em, ada seseorang yang menurutku menyebalkan, tapi aku harus bersikap baik di depannya, karena ayahku." jawab Sakti menatap sekilas Cinta yang tengah kebingungan.

"Pasti aku canggung, Mas."

"Kenapa harus canggung. Kamu tidak perlu canggung. Ayahku sudah menerimamu." jawab Sakti membelokkan mobilnya ke parkiran restoran. "Kita sudah sampai. Mobil ayahku sudah ada, itu artinya mereka sudah menunggu kita di dalam. Sebaiknya, kita turun dan temui mereka." titahnya lagi sembari melepas seatbelt nya.

Cinta mengangguk dan keluar dari mobil kekasihnya.

Di pandangnya restoran mewah di hadapannya.

Keganjilan mulai terasa saat melihat pertemuannya di restoran yang menurutnya tempat berkumpulnya orang-orang konglomerat.

"Mas, apa yang sebenarnya kamu rahasiakan dariku? Kenapa kita bertemu di sini. Apa tabunganmu terlalu banyak? Atau kamu sedang menghambur-hamburkan uangmu?" tanya Cinta sembari menatap wajah kekasihnya.

Sakti menggenggam tangan kekasihnya dan masuk ke dalam restoran.

"Mas, kamu bisa jawab pertanyaanku?" tanya Cinta lagi.

"Maaf, sayang, kita bisa bicarakan hal ini setelah pertemuan kita dengan Ayah?"

"Memangnya kenapa, Mas? Kamu bisa katakan sekarang tanpa perlu menundanya lagi. Semalam kamu sudah berjanji, Mas!" ujar Cinta.

Sakti tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Aku akan jujur, tapi kita temui Ayah dulu." jawab Sakti lalu melambaikan tangannya saat melihat ayahnya bersama calon ibu tirinya yang tengah duduk tak jauh darinya.

Cinta melihat arah lambaian tangan kekasihnya. Pandangannya terfokuskan dengan sepasang kekasih yang sangat mempesona. Pria yang diketahui sebagai ayah dari kekasihnya memiliki wajah yang tampan dan awet muda. Dan wanita di sampingnya memiliki paras cantik.

'Tapi tunggu dulu, Mas Sakti bilang, kalau aku hanya di kenalkan dengan ayahnya, saja. Lalu, siapa wanita di sampingnya itu? Apa itu ibunya Mas Sakti? Tapi terlihat masih muda.' batin Cinta.

Cinta berjalan mendekat ke arah sepasang kekasih tersebut. Tak lupa, dia mengulurkan tangan untuk menyalami dua orang tersebut.

Ayah Sakti menerima uluran tangan dari Cinta begitu juga dengan Rita.

Mereka duduk berhadapan dengan Rita dan Ayah Sakti.

"Perkenalkan, dia kekasihku. Cinta, dia ayahku." ucap Sakti.

"Cinta, Om, Tante." ucap Cinta memperkenalkan dirinya sendiri.

Ayah Sakti melihat penampilan pacar putranya dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Rita tersenyum hangat. "Nama Tante, Tante Rita, sayang. Tante senang bisa bertemu denganmu. Gadis cantik yang sangat menggemaskan. Sakti beruntung mendapatkan gadis cantik sepertimu." ucap Rita.

"Tante bisa saja. Seharusnya, aku yang beruntung mendapatkan Mas Sakti. Dia pria yang sangat baik dan perhatian padaku." jawab Cinta dengan wajah merah merona.

"Cinta," panggil Ayah Sakti.

"Iya, Om." jawabnya.

"Berapa usiamu? Kelihatannya, kamu masih muda. Dan bagaimana caramu mendapatkan hati Sakti? Karena setahu om, Sakti tipe orang yang dingin. Apa kamu terpaksa berpacaran dengan Sakti? Apa Sakti mengancammu? Katakan saja, biar Om hajar anak Om. Terkadang ulah Sakti memang tidak bisa di tebak." ujar Ayah Sakti yang bergurau.

Lagi dan lagi Cinta tersenyum menanggapi ucapan pria paruh baya di depannya. "Umur Cinta 20 tahun, Om. Dan Cinta tidak pernah di paksa berpacaran dengan Mas Sakti. Om tenang saja, Mas Sakti tidak mengancam Cinta."

"Iyakah? Itu artinya, kamu sudah di peleet oleh Sakti. Kamu wanita cantik, tapi kamu mau berpacaran dengan pria semacamnya? Hobinya saja keluyuran tidak jelas. Delon selalu menceritakan keseharian Sakti di kantor. Dan Ayah benar-benar kesal. Kamu tolong tegur dia, Cin. Bagaimana dia bisa memimpin perusahaan kalau untuk mengurus dirinya saja tidak bisa."

Deg!

"Me-mengurus perusahaan?" gumam Cinta lirih.

Rita mengangguk saat mendengar gumaman dari wanita di hadapannya.

"Iya, Ayah Sakti sudah sepakat untuk memberikan perusahaan konveksinya untuk Sakti dengan catatan, Sakti mengubah pola pikirnya dan merubah hobinya juga yang suka keluyuran. Iya, kan, Mas?" ucap Rita.

"Benar, sayang. Tapi saat melihat sikap Sakti padamu, ayah mulai yakin kalau kamu bisa mengubah Sakti menjadi pribadi yang lebih baik." jawab Ayah Sakti.

'Ja-jadi, Mas Sakti anak dari pemilik perusahaan tempatku bekerja. Dan dia selama ini membohongiku? Astaga, Cinta! Kenapa bisa kamu di bodohi, ha!' geram Cinta dalam hati. Perlahan pandangan beralih menatap kekasihnya yang sedang menatapnya.

"Maafkan aku, Cin. Selama ini aku sudah membohongimu, tapi aku tidak berniat membohongimu, aku hanya--"

"Cukup, Mas. Tidak perlu di bahas. Aku tidak mau mendengar semua itu." timpal Cinta yang memaksakan senyumnya.

"Cinta, Maafkan Sakti, dia tidak bersalah. Ayah sendiri yang meminta Sakti untuk merahasiakan identitas aslinya. Ayah tidak mau, Sakti bergaul dengan orang yang mempunyai banyak muka. Itu akan mengganggu konsentrasinya." ujar ayah Sakti bohong.

Lagi dan lagi Cinta tersenyum. "Tidak apa-apa." jawabnya kecewa.

'Dewa, apa yang kamu ucapkan benar. Tidak seharusnya aku menyukai pria di atas derajatku. Aku sudah di tipu oleh mereka, Wa. Aku sudah di tipu oleh kekasihku sendiri dan rasanya sangat sakit, tapi aku tidak boleh menangis atau pergi meninggalkan mereka semua. Aku harus bisa menghormati om dan tante.' batin Cinta.

Melihat raut wajah kecewa dari kekasihnya, seketika Sakti mengusap punggung kekasihnya.

Cinta tak merespon saat punggungnya di usap lembut. Dia tetap bercerita dengan wanita di hadapannya.

Setelah cukup lama berbincang, Kini tiba waktunya, Sakti dan Cinta berpamitan.

"Terimakasih om dan tante atas jamuan makan siangnya. Cinta sangat senang bisa bertemu dengan om juga Tante." ucap Cinta.

"Tante juga senang, sayang! Semoga hubungan kalian bisa ke jenjang serius, ya." jawab Tante Rita.

"Ayah merestui kalian." ucap Ayah Sakti tiba-tiba.

"Terimakasih," jawab Cinta berjalan meninggalkan restoran di ikuti oleh Sakti di sampingnya.

"Mas, kamu tidak perlu mengantarku pulang. Dan berikan kunci rumahku." titah Cinta setelah keluar dari restoran.

"Sayang, aku tidak bisa membiarkanmu pulang-"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!