Bab 14

"Karena apa, ha? Untuk kali ini, aku bisa memaklumi alasanmu, tapi lain kali ... aku tidak akan memakluminya. Seharusnya kau berterimakasih pada Pak Sakti, karena dia memberikan kesempatan lagi untukmu. Dasar anak kecil, aku sudah peringatkan dirimu untuk tidak begadang di malam hari, tapi kau selalu bergadang dan kau hampir saja mati. Bawalah makanan atau buket untuk ucapan terimakasihmu kepada Pak Sakti." jawab Bu Desi berjalan melewatinya sembari melihat cara kerja anak buahnya.

Cinta terpaku, dia benar-benar kebingungan saat mendengar alasan yang keluar dari mulut supervisor nya.

'Aku bergadang dan aku hampir mati? Dan satu lagi, aku harus meminta maaf pada Mas Sakti. Memangnya, apa yang di bicarakan Mas Sakti kepada Bu Desi, kenapa aku tidak mengetahuinya?' batin Cinta.

Bu Desi menghembuskan napasnya kasar saat melihat anak buahnya yang masih terdiam di tempat.

'Benar-benar anak menyebalkan. Kenapa Pak Sakti terus memberikan kesempatan. Padahal, dia sudah lalai dalam bekerja.' batinnya.

Ekhem!

Suara deheman mampu membuat Cinta tersadar dari lamunannya.

"Eh, iya?" ucap Cinta.

"Apa yang kau lakukan di sana, ha? Cepat kembali bekerja. Jangan bermalas-malasan. Apa kau tidak lihat, pekerjaanmu sudah menumpuk banyak!" jawab Bu Desi sembari menunjukkan beberapa tumpukan potongan kain yang berada di atas meja Cinta.

Cinta mengangguk dan mengerjakan pekerjaannya.

Hari terus berganti, tak terasa kini Cinta dan Sakti telah merayakan hari jadiannya yang ke 3 bulan.

Suasana malam hari di sebuah cafe yang sudah di sewa Sakti sangatlah indah.

"Mas, kamu yang siapkan semua ini?" tanya Cinta tak percaya.

"Iya, aku menyiapkan semua ini. Apa kamu suka? Aku rela menyewa satu restoran yang pemandangannya cukup indah." jawab Sakti sembari menggeser kursi untuk kekasihnya duduk.

Cinta menjatuhkan pantatnya di kursi yang sudah di sediakan.

"Kamu habiskan uang berapa untuk menyewa ini, Hem?" tanya Cinta sembari menatap sekitar sudut cafe yang sudah di hias sedemikian rupa.

"Em, 3 bulan gajiku habis untuk menyewa cafe ini, tapi kamu tidak perlu memikirkan semua itu, sayang. Aku melakukan semua ini karena hari ini memang hari paling spesial dari hari-hari lainnya. Di hari dan tanggal ini, kita resmi berpacaran."

"Iya, aku tahu, kamu selalu membuatku bahagia dengan kejutan-kejutan yang tidak terduga. Walaupun, aku ingin marah karena kamu menghamburkan uang hasil kerja kerasmu, tapi aku akan menghormatinya. Malam ini, aku tidak akan marah." jawab Cinta.

Mendengar jawaban dari kekasihnya, Sakti terkekeh. "Aku tahu, kapan kamu marah padaku."

"Hem, aku tidak mau merusak acara yang spesial ini. Jadi, aku mau marah, setelah selesai acara ini, seperti biasanya." jawab Cinta.

"Iya, terserahmu saja. Sekarang, kita makan. Aku sudah memesan menu spesial di cafe ini." titah Sakti membuka tutup makanannya.

"Wah," gumam Cinta dengan mata yang tak berkedip. "Kamu pesan ini, Mas?" tanyanya lagi.

"Iya, aku pesankan ini. Kamu bilang, kamu mau di bulan ke tiga jadian kita, kita rayakan sembari memakan pizza. Jadi, aku berinisiatif untuk memesan menu utama pizza. Setelah itu, akan datang lagi makanan-makanan lainnya. Ini hanya pembuka, sayang!" jawab Sakti yang mendapat gelengan kecil dari kekasihnya.

"Tidak perlu, aku tidak mau makanan lainnya. Aku mau makan pizza saja, Mas. Ini sudah malam, tidak baik wanita sepertiku makan banyak di malam hari. Kamu mau melihatku gemuk, Hem?"

"Iya, aku mau melihatmu gemuk. Sekarang, aku akan menyuapimu." titah Sakti memotong potongan pizza. "Aaakkk ..." titahnya.

Cinta tersenyum lalu membuka mulutnya. "Yummy!"

"Enak kan?" ucap Sakti.

"Enak sekali, Mas. Sekarang, giliran kamu yang makan. Aku suapi ya!" titah Cinta menyodorkan potongan pizza nya ke mulut kekasihnya.

Sakti menerima suapan tersebut sampai tak terasa, potong demi potongan telah habis tak tersisa.

"Sudah waktunya kamu tahu tentang kehidupanku, Cin. Besok, aku mau menjemputmu dan aku akan perkenalkan dirimu dengan orang tuaku." titah Sakti menyodorkan minuman untuk kekasihnya.

"Orang tua, Mas? Tapi kenapa secepat ini? Kita baru menjalin hubungan 3 bulan, tapi kenapa kamu begitu yakin padaku, Mas?" jawab Cinta mengulurkan tangannya. "Aku bisa minum sendiri." sambungnya lagi.

"Aku yakin, karena aku mencintaimu. Dan aku tidak mau menunda waktu lagi, tapi aku akan memperkenalkan ayahku saja padamu. Semoga, kamu bisa melihat keseriusanku ini, Cin."

"A-aku, Mas--" ucapan Cinta terjeda sejenak, "A-aku takut, Mas."

"Takut? Apa yang perlu kamu takutkan sayang? Ada aku yang selalu menjagamu."

"Bukan seperti itu, Mas, tapi aku takut ... aku takut orang tuamu tidak akan merestui hubungan kita. Kamu tahu sendiri, aku tidak punya orang tua. Dan aku bukan manusia yang berasal dari keluarga yang kaya raya. Aku hanya kuli pabrik yang suka membuat onar. Apa ayahmu akan menerimaku? Aku tidak menjamin, Mas. Kamu bekerja di kantoran, pasti Ayahmu berpikir jika kamu pantas mendapatkan yang lebih dariku!" lirih Cinta.

"Ayahku bukan pria seperti itu, sayang. Ayahku akan menerima wanita pilihanku. Kamu tenang saja, kita hadapi bersama." ucap Sakti meyakinkan Cinta. "Besok, aku jemput kamu. Ada beberapa hal yang perlu kamu ketahui, tapi aku rasa ... besok saja kita membicarakannya."

"Tentang apa, Mas?" tanya Cinta penasaran. "Aku penasaran." sambungnya lagi.

"Bukan tentang apa-apa. Ini hanya tentang diriku. Tapi aku mohon padamu, berjanjilah padaku setelah aku mengatakan semuanya, kamu tidak akan meninggalkanku." titah Sakti.

"Aku tidak akan meninggalkanmu, karena aku mencintaimu. Katakan saja sekarang, Mas. Jangan membuat tidurku tidak nyenyak." rayu Cinta.

"Sudahlah, aku tidak akan mengatakan sekarang. Aku ada hadiah untukmu." ucap Sakti mengalihkan pembicaraan.

"Apa?" jawab Cinta penasaran.

"Tutup matamu, sayang!" titahnya lagi.

"Kenapa harus tutup mata, Mas. Jangan-jangan kamu mau--"

"Mulai, hilangkan jauh-jauh pikiran kotormu. Tutuplah matamu dan aku--"

"Ini sudah aku tutup," potong Cinta setelah memejamkan matanya. "Cepatan, Mas. Aku tidak sabar, atau aku buka mataku sekarang?" tanyanya lagi.

"Jangan. Tunggu sampai aku memberikan kode." titah Sakti beranjak dari tempat duduknya dan mengeluarkan kotak merah panjang dari saku jas nya.

Sakti meletakkan kotak merah panjang itu di atas meja. "Sekarang, buka matamu." titah Sakti membuat Cinta membuka matanya lebar-lebar.

Sakti terkekeh saat melihat ekspresi kekasih yang tak sabaran.

"Apa kamu suka?" tanya Sakti.

Cinta mengambil kota merah panjang dan membukanya. "Mas, apa ini?" tanya Cinta yang syok.

"Kalung, sayang." jawab Sakti polos.

Cinta menata wajah kekasihnya sekilas. "Iya, aku tahu ini kalung, Mas Sakti. Tapi ini bagus sekali."

"Mau aku pasangkan?" tawar Sakti yang mendapat anggukan kecil dari kekasihnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!