Pluk!
"Jangan lebay! Siapa juga yang mau tidur satu ranjang denganmu!" ketus Dewa sembari melempar bantal tidur ke arah Cinta.
"Wa, please! Jangan mancing emosiku. Kamu tidur di sofa atau di lantai. Tubuhku lelah."
"Kali ini, kau benar-benar gilla, Cin. Aku adalah Tuan rumah di sini, tapi kau suruh aku tidur di lantai? Sebaiknya, kau saja yang tidur di lantai. Ambilah bantal yang kau tangkap itu. Dan jangan membantah. Besok pagi, aku harus pergi!" ucap Dewa kemudian berjalan menuju lemari dan membukanya.
Cinta mengerucutkan bibirnya sembari berkomat-kamit. "Kalau tahu begini, lebih baik aku cari kontrakan di luar sana."
"Cari saja, tapi jika terjadi sesuatu denganmu atau kekasihmu melakukan sesuatu aneh padamu, jangan meminta bantuan atau perlindungan padaku." ketus Dewa sembari mengacak-acak lemari sahabatnya.
"Mas Sakti tidak mungkin melakukan hal kotor yang kau pikirkan. Dia pria baik, aku sangat mempercayainya." jawab Cinta, "Ambilah kaos di bagian sisi kiri lemari. Kau tidak perlu mengacak-acak isi lemariku. Apa kau membutuhkan pakaian daalam juga, ha! Ukurannya berbeda, Wa!" geramnya lirih.
Dewa membuka sisi bagian kiri, lalu menemukan beberapa kaos yang dia cari.
"Lain kali, bawalah pria di siang hari. Jika sudah seperti ini, kita tidak bisa melakukan apapun. Naiklah ke atas ranjang!" titah Dewa sembari memakaikan kaos milik sahabatnya.
"Aku sudah bilang, aku tidak mau tidur satu ranjang denganmu, Wa. Bagaimana kalau Mas Sakti lihat kita? Aku akan kehilangan Mas Saktiku."
"Naiklah ke atas ranjang. Kau tidak perlu khawatir. Aku akan tidur di sofa. Aku tidak bisa membiarkan seorang wanita menderita karena ulahku!" kesal Dewa melangkahkan kakinya menuju sofa. "Berikan bantal itu, dan pergilah! Aku mau tidur!" titahnya lagi.
Cinta menatap wajah sahabatnya sekilas lalu memberikan bantal dan pergi dari sofa.
"Terimakasih," ucapnya.
"Hem. Tidurlah!" titah Dewa meluruskan kakinya yang panjang di sofa.
Ke esokkan harinya.
Dewa melihat selimut yang menutupi separuh tubuhnya.
"Hoam, siapa yang memberiku selimut?" gumamnya sembari merentangkan kedua tangannya. "Di mana dia?" sambungnya lagi. "Cin ... Cinta?" gumamnya Dewa lalu tak sengaja mendengar suara tawa dari luar kamar. "Ternyata, dia sudah bangun."
Di dapur, Cinta terus tertawa saat mendengar cerita dari kekasihnya.
"Kamu menertawakanku, Cin? Wah, aku tidak percaya, kalau kekasihku sangat senang saat melihat kekasihnya menderita." ucap Sakti sembari menyeruput kopi hangatnya.
"Bagaimana lagi, Mas? Setiap malah selalu ada orang yang berkeliling kompleks, Mas. Mungkin orang-orang itu melihat mobilmu dan sebagai warga yang baik, mereka ingin mengetahui siapa tamu yang tak kunjung pulang itu. Bangunkan saja aku, Mas. Aku akan membohongi mereka. Aku akan bicara, kalau di rumahku sedang kedatangan tamu saudaraku yang jauh." jawab Cinta, "Makanlah. Aku membuatkanmu nasi goreng!"
"Hem. Terimakasih, aku tidak enak membangunkanmu. Jadi, aku memutuskan untuk diam. Tapi suara kentongan itu sangat mengganggu telingaku. Alhasil, aku baru bisa tidur setelah mereka pergi."
"Hahaha ... maafkan aku, ya, Mas, karena aku, kamu jadi zombie." ucap Cinta kemudian meletakkan sepiring nasi goreng beserta sussu hangat ke atas nampan.
"Mau di apakan nasi goreng itu?" tanya Sakti.
"Em, aku mau menyimpannya di dalam kamar, Mas. Kebetulan di kamar, aku mempunyai kulkas. Aku tidak mau menyimpannya di dapur. Kamu tahu sendirikan, kalau tikus di rumahku sangat menggangguku." jawabnya sembari mengedipkan kelopak matanya sebelah kanan.
Sakti tersenyum tipis sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Wanita aneh," ucapnya keceplosan.
Mendengar jawaban dari kekasihnya. Cinta seketika menghentikan langkahnya dan menatap wajah kekasihnya.
"Kamu sebut aku wanita aneh, Mas?" tanyanya yang tak percaya.
"Ti-tidak. Aku tidak-- maafkan aku, Cin. Mulutku reflek," jawabnya lirih.
"Tidak apa-apa, Mas." ucap Cinta lalu melanjutkan langkahnya menuju kamar. 'Mas Sakti menyebutku wanita aneh? Tapi benar juga yang di katakan Mas Sakti. Kalau aku yang berada di posisinya, pasti aku juga akan berpikir seperti itu. Tapi ini demi Dewa juga, aku tidak mau pria itu kelaparan lalu keluar kamar sebelum aku dan Mas Sakti pergi.' batinnya.
Krek ....
Pintu kamar terbuka, dan Dewa dapat melihat sahabatnya yang tengah membawa nampan berisi sarapan paginya.
"Aku bawakan sarapan pagi untukmu." titah Cinta.
"Jam berapa kau bangun? Dan kapan kau menyelinap masuk ke kamarku untuk mengambil pakaianku?" tanya Dewa penasaran.
"Sudahlah, jangan membahas itu lagi. Aku tiba-tiba terbangun dan tiba-tiba aku memikirkan pakaian kerjamu untuk besok. Jadinya, aku mencoba menyelinap masuk. Sekarang, makanlah dan jangan keluar sebelum aku serta Mas Sakti pergi!" jawab Cinta meletakkan nampan tersebut di atas sofa.
Dewa menjatuhkan pantatnya di sofa dan mencium aroma nasi goreng yang membuat cacing di perutnya berbunyi.
"Sejak kapan pandai memasak?" tanya Dewa menyuapkan satu sendok yang berisi nasi goreng itu ke dalam mulutnya. "Tidak terlalu buruk!"
"Makanlah dan jangan protes. Aku mau menemani Mas Sakti dulu!" titah Cinta.
"Pergilah!" jawab Dewa santai.
Cinta memutar gagang pintu kamarnya dan pintu pun terbuka.
Sakti terkejut saat melihat pintu kamar kekasihnya terbuka. Segera dia berlari menuju dapur.
Cinta menutup kamar dan melihat kekasihnya sedang berlari ke arah dapur.
"Apa diam-diam Mas Sakti mengintaiku?" gumamnya lirih.
Di sisi lain, Siska terus melakukan panggilan telepon kekasihnya.
"Dewa, angkat, dong! Please!" lirihnya berharap telfon ke sepuluhnya di angkat.
Dewa menikmati sarapan paginya sampai melupakan keberadaan ponselnya.
Tak terasa acara sarapan pagi pun telah usai. Sakti dan Cinta tengah bersiap-siap pergi ke tempat kerja masing-masing.
"Mas, kamu tidak perlu mengantarkanku. Aku bisa naik taksi atau ojek." ujar Cinta setelah berada di teras rumahnya.
"Naiklah, aku akan mengantarmu."
"Mas, bagaimana kalau semua teman-temanku tahu, pasti mereka mengira, aku memanfaatkanmu supaya cepat naik jabatan. Ah, tidak mau! Aku pesan taksi online saja." jawab Cinta sembari merogoh saku celananya.
Sakti mengambil ponsel Cinta membuat Cinta terkejut.
"Aku akan menyita ponselmu. Cepat masuk! Aku ada pertemuan penting di pagi hari."
"Kamu ada pertemuan penting? Ya, sudah, kamu pergi saja dulu, Mas. Aku tidak mau merepotkanmu." titah Cinta antusias.
Sakti mengerucutkan bibirnya. "Jarak kantorku dengan pabrik beberapa jam?" tanyanya.
"Em ... hehehe ... hanya beberapa meter, Mas. Pabrik dan kantor berada di tempat yang--"
"Masuklah ke mobil. Jangan banyak alasan lagi. Aku tidak suka mempunyai kekasih pembangkang!" timpal Sakti kemudian membukakan pintu mobilnya. "Ayo, sayang!" titahnya lagi.
Dengan perasaan ragu, Cinta berjalan dan masuk ke dalam mobil kekasihnya.
'Semoga saja, tidak ada satu orang pun yang melihatku turun dari mobil Mas sakti.' batinnya cemas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments