Prang...... Suara pecahan kaca terdengar begitu jelas, di sebuah kamar seorang wanita cantik terlihat sedang tersulut api cemburu sampai membanting sebuah gelas. Entah angin dari mana sebuah link undangan resepsi pernikahan tiba-tiba masuk di ponselnya bak sebuah ombak besar yang menerjang nya tanpa aba-aba.
"Heh Arkan! Ini hanya sebuah lelucon kan?" Clarissa bahkan langsung menghubungi orang yang mengirimkan undangan itu untuk memastikan, dia tak percaya lelaki yang begitu ia idam-idamkan kini malah bersanding dengan wanita lain. "Bicara Arkan, senior Darrel, tak mungkin sudah menikah kan?" tanyanya lagi karena lelaki itu masih saja diam.
Arkan di sebrang sana hanya bisa menghela nafas, dia tahu seperti apa Clarissa, wanita itu cukup ambisius, tidak mungkin akan menerima sesuatu yang tidak dia inginkan dengan begitu saja, terlebih ini tentang lelaki yang begitu wanita itu cintai, "Clarissa, tenang lah. Itu bukan lelucon, Bang Darrel memang sudah menikah." tuturnya menjelaskan. Berusahalah legowo, dan ikhlaskan perasaannya.
"Tenang?" Bukannya mereda, suara Clarissa malah semakin tinggi, "Kau pikir aku bisa tenang. Aku sudah lama menyukai Senior kau tahu itu kan?" cecar nya geram, rasanya dia ingin meluapkan kekesalan nya pada Arkan, bukannya dari kemarin lelaki itu juga begitu mendukungnya untuk bisa bersanding dengan senior Darrel, tapi sekarang malah menganggap itu seperti angin lalu, "Aku mencintai senior, tidak boleh ada wanita lain di sampingnya, Arkan." ucapnya begitu menuntut.
Aisst, Arkan tidak mau lagi menanggapi Clarissa, terus bicara pun tidak ada ada gunanya, "Clarissa, sudahlah. Aku tidak ingin berdebat, aku memberikan undangan itu bukan untuk memancing amarah mu. Bang Darrel sudah menikah, lupakan perasaan mu, kau pasti bisa menemukan lelaki yang lebih baik dari Bang Darrel."
Tut.... Panggilan terputus, dan tentunya itu membuat Clarissa semakin geram, bisa-bisanya Arkan mengakhiri panggilannya begitu saja.
"Argh....." Jika tadi sebuah gelas, kini sebuah fas foto Clarissa lempar sampai teronggok pecah di lantai. Matanya kini kembali fokus menatap undangan itu, melotot sempurna menatap seorang gadis kecil yang ada dalam rangkulan senior Darrel, "Kau pikir kau siapa, kau tidak akan bisa mengambil senior Darrel dari ku!" kecamnya kesal, sok imut sekali sampai tersenyum manis berada dalam pelukan pujaan hatinya. Dia tidak terima, dia lah yang seharusnya berada di posisi itu.
Keributan di dalam kamar itu sampai memancing perhatian orang-orang di dalam rumah, Arini langsung bergegas menuju kamar putri sulungnya sambil menarik tangan Atmaja, Claudia yang berada di sebelah kamar itu juga ikut keluar untuk memastikan apa yang terjadi dengan Kakak nya.
"Bagaimana dong, Mas. Clarissa pasti begitu terkejut menerima undangan itu." Wajah Arini sampai terlihat gelisah, kasihan dan khawatir dengan keadaan putrinya Clarissa, dia juga begitu terkejut saat menerima undangan itu, apalagi putrinya yang begitu mendambakan sosok Darrel.
"Entahlah, Bu!" Atmaja hanya bisa pasrah, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa.
Padahal sudah seribu cara Arini lakukan untuk memenuhi keinginan putri pertamanya, tapi tetap saja Darrel sedikit pun tidak pernah melirik putrinya, sudah menyebarkan rumor, sudah mengajukan perjodohan tapi Darrel malah terus berlari bahkan dia tidak mengira kalau lelaki itu akan langsung menikah begini.
"Tahu kalau malah wanita lain yang di nikahi Darrel aku tidak akan menyebarkan rumor itu, Mas." keluhnya pada sang suami. Arini pikir rumor itu akan menguntungkan, mendesak Darrel untuk mau tidak mau menerima perjodohan dengan putrinya tapi ternyata hasil akhirnya malah mengecewakan putrinya sendiri. "Siapa lagi wanita itu, awas saja, aku pasti akan memberi nya pelajaran karena berani merebut calon mantu ku."
Jika Arini dan Atmaja terlihat gelisah, tidak dengan Claudia, gadis yang masih duduk di bangku kelas tiga SMA itu malah kebingungan dengan apa yang terjadi, "Apalagi si ini, Kakak gagal menjadi brand ambassador lagi ya sampai ngamuk begitu?" tanyanya dengan bibir yang sudah menyeringai. Walau dia kalah cantik dari sang Kakak, tapi sejak dulu keberuntungan selalu berpihak pada nya. Lihat saja kelakuan Kakak nya, jika ada kemauan selalu membuat keributan dan tentunya melibatkan kedua orang tua nya.
"Wis, jangan begitu. Kau mau mood Kakak mu semakin memburuk." Arini sampai langsung merangkul Claudia, berusaha untuk membujuk putri bungsunya itu. "Kali ini Kakak mu pasti sangat terpukul, jadi jangan memancing kekesalan nya lagi!" titahnya berusaha menasehati.
Brak.... Baru juga sedang berusaha untuk menghadapi kemarahan Clarissa, pintu kamar wanita itu terlihat terbuka lebar dengan keras sampai membentur dinding.
"Classical kamu kenapa, Nak?" Arini berusaha menenangkan suasana, walau tahu permasalahannya dia pura-pura basa basi saja.
"Ayah, ibu, bukannya kalian akan membantu ku. Kenapa begini, kenapa Senior Darrel malah sudah menikah?" Raut wajah kecewa sampai tergambar jelas di wajah Clarissa, dari kemarin orang tuanya sudah mengumbar kalau Darrel pasti akan menjadi miliknya tapi kenapa sekarang malah sudah menikah dengan wanita lain. "Kalian memang tidak bisa di andalkan." keluhnya kesal. Tau begini dari kemarin dia akan bergerak sendiri melakukan berbagai cara untuk mendapatkan pujaan hatinya itu.
"Nak, dengarkan dulu penjelasan ibu sayang." Arini sampai hampir kehabisan kata-kata, mungkin ini salahnya, sejak awal tidak memberi tahu putrinya kalau saat pengajuan perjodohan pun keluarga Darrel sedikitpun tidak menanggapi permintaan mereka, tapi dia tidak mau Clarissa kecewa pada mereka, "Mas, lakukan sesuatu, Dong." Dia sampai harus berbisik meminta bantuan sang suami.
Di saat orang tua itu kebingungan menghibur putrinya, Claudia malah tertawa, jadi Kakak nya sampai mengamuk seperti itu gara-gara kandas dalam hal asmara. "Kakak-Kakak. Kakak memang cantik, tapi Kakak tidak mempunyai pesona untuk mengikat hati pria, kasihan sekali." ledeknya di akhiri dengan tawa.
Sontak Clarissa sampai mengepalkan tangannya kesal, mentang-mentang adiknya itu siswi primadona di SMA, jadi bisa bicara seperti itu, "Aisst, dasar adik menjengkelkan. Sini biar ku bungkam mulut mu. Hanya populer di SMA Tunas Bangsa saja kau sudah sombong seperti itu."
"Haha, seharusnya Kakak berguru pada ku bukan malah menyiksa ku." Bukannya takut, Claudia malah kembali terbahak, inilah kesenangannya, dia bisa mengunggulkan dirinya karena jelas dia yang paling jago memikat hati orang-orang sampai dia bisa menjadi selebgram terkenal. Bahkan viewer medsos nya sudah sekelas dengan model terkenal, saking populernya.
...***...
Keadaan di rumah Darrel, sepasang suami istri itu masih setia duduk di meja makan, Darrel masih fokus menyantap makan malam nya sedangkan Renzela masih membolak-balik lembar kertas formulir memantapkan pilihannya memilih sekolah di mana.
"Ini, Om." Renzela menunjuk satu dari empat Formulir pendaftaran sekolah yang ada di depannya, setelah Om Darrel menceritakan sedikit tentang keempat sekolah itu, akhirnya dia bisa mempertimbangkan nya dan langsung memutuskan untuk bersekolah di mana, "SMA Tunas Bangsa, aku memilih bersekolah di sana."
"Kau sudah yakin?" Darrel kembali memastikan, tidak heran Renzela memilih bersekolah di sana, sekolah itu memang SMA favorit yang cukup elite dan kebanyakan siswa di sana juga orang-orang berada, hanya saja tidak sedikit murid di sana selalu mendahulukan popularitas dan kekuasaan, "Jangan nanti setelah kau masuk tiba-tiba malah menyesal dan ingin pindah ke sekolah lain." timpalnya lagi.
Renzela langsung manggut-manggut, mengiyakan dengan yakin, walau Om Darrel sudah begitu jelas menceritakan kalau persaingan di sekolah itu cukup keras, dia malah semakin tertarik untuk bersekolah di sana, "Mendalami ilmu manajemen bisnis adalah tujuan ku Om. Dan sepertinya sekolah itu sangat cocok dengan apa yang aku butuhkan." jelasnya bukan tanpa alasan. Dari keempat sekolah itu hanya SMA Tunas Bangsa yang lebih unggul dari keempat nya.
"Iya, terserah kau saja." Darrel menimpali dengan santai, tugasnya hanya untuk memperhatikan gadis ini, dia tidak harus terlalu mengekangnya, "Kalau sudah yakin langsung isi saja formulir nya."
"Iya, aku ke kamar dulu ya, Om." Renzela langsung bangkit, bahkan sebelum ada izin dia benar-benar langsung pergi meninggalkan meja makan itu, saking antusiasnya dengan sekolah barunya.
Darrel sampai mengendus kesal, tidak adakah kata terima kasih setelah dia membantu gadis itu, "Dasar gadis ingusan." cecar nya sambil beranjak berdiri dan langsung menyusul Renzela. Ingin rasanya dia mentoyor kepala gadis itu, bukan hanya kesal karena terabaikan, dia juga heran sendiri, tidakkah istrinya itu berpikir kalau sekarang status nya sudah berubah.
"Pak Martin." Renzela sampai kaget, baru juga ia mau memegang handle pintu kamar untuk masuk ke dalam, tiba-tiba pintu malah terbuka dari dalam memperlihatkan sang pelayan rumah keluar dari kamarnya. "Ada apa, Pak?" tanyanya heran, karena Pak Martin membawa sebuah tas besar entah apa isinya.
"Maaf Non. Saya hanya membereskan beberapa barang Nona. Maaf bila saya mengganggu."
"Tidak apa-apa, Pak. Hanya saja apa aku boleh tahu apa itu?" Rasa kepo Renzela semakin tinggi, bagaimana tidak, lelaki paruh baya itu keluar dari kamarnya dan membawa barang mencurigakan.
"Bukan apa-apa Non." Pak Martin hanya menjawab singkat, tidak mungkin kan dia bilang kalau ini pakaian mini Nona muda nya yang harus dia singkirkan. "Saya permisi Non. Selamat beristirahat." ucapnya sebelum dia benar-benar pergi.
Renzela sampai menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Mencurigakan sekali, apa yang di bawa Pak Martin ya?" gumamnya masih menatap punggung pelayan itu sampai benar-benar tidak terlihat lagi, setelahnya dia kembali menghadap pintu kamarnya untuk bergegas masuk. Namun, kejadian tak terduga terulang lagi, saat tangannya hendak meraih handle pintu, sebuah tangan kokoh tiba-tiba mendahului nya bahkan sampai membuatnya mematung kaget saat berbalik melihatnya. "O-om!" Tubuh tinggi lelaki itu benar-benar berdiri tegak di hadapan nya.
"Kau pikir pembicaraan kita sudah selesai?" Darrel kini menundukkan kepala, masih dengan posisi memegang handle pintu agar gadis ini tidak kemana-mana lagi, sedangkan satu tangannya lagi merogoh saku celananya mengambil sesuatu.
"A-apa lagi, Om?" Renzela sampai tergagap, doyan sekali lelaki itu menempel mendekat sampai membuatnya tidak bisa bergerak, bahkan wajah tampannya itu bak simalakama, tidak di lihat sayang di lihat bikin keteteran, terlebih kenapa tangan lelaki itu terus memegang handle pintu membuat posisi mereka terlihat ambigu.
Plak... Sebuah kartu tanda kependudukan tiba-tiba Darrel tempelkan di jidat Renzela, ingin rasanya dia menyadarkan gadis ini, "Ini, kau tidak mungkin mengisi formulir itu dengan data lama mu kan." ucapnya menjelaskan. Tadinya dia ingin memberikan KTP itu saat di meja makan tapi Renzela malah kabur begitu saja.
"Akh, iya." Renzela sampai menyeringai kuda, lekas mengambil KTP itu, kenapa sedikitpun dia tidak berpikir ke arah sana, bahkan tidak mengira kalau Om Darrel sudah menyiapkan semuanya. "Terima kasih, Om."
"Heh, ku kira kau tidak mengenal kata itu." Darrel sampai bergumam, tadinya kalau Renzela tidak berterima kasih sama sekali dia benar-benar akan menyentil kepala nya.
Renzela yang mendengar samar-samar ucapan itu sampai bertanya untuk memastikan, "Ada apa Om, apa ada lagi yang aku lewatkan?"
"Bukan apa-apa, sudah sana." Tangan Darrel langsung menarik handle pintu, membuka pintu kamar Renzela dan membalikkan badan gadis itu menyuruhnya lekas masuk ke dalam, "Ingat, besok acara resepsi, jangan sampai kesiangan lagi."
"Aisst," Renzela sampai mengendus dalam hati, hanya memberikan KTP saja lelaki tua itu sampai membuat hati nya keteteran tidak karuan. Dan lebih kesalnya dia malah di suruh masuk begitu saja. "Kenapa Om Darrel tampan sekali si, sepertinya jantung ini tidak akan baik-baik saja kalau setiap hari harus melihat wajah itu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
eka agustyan
tar renzela jadi saingannya claudia di sekolah.bisa jadi tar ckarissa dan claudia sekongkol buat hancurin renzela
2023-04-01
0
Anisnikmah
wah tunas bangsa jadi saingan adiknya Clarissa gak nih.. malah bahaya gak sih sekolah disana
2023-03-05
0
Erna Fadhilah
ya ga papa dong renzela kalau kamu jatuh cinta berat jg ga papa dia suamimu malah harusnya itu wajib bagimu untuk mncintai suamimu
2023-03-03
0