Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, di ruang tamu, Renzela dan Mario masih terlihat berbincang setelah banyak hal mereka lalui. Mario sudah mengantar Azka dan si kembar pulang, dan kembali lagi ke sini. Sedangkan Renzela sendiri sudah mengganti pakaian bahkan sudah menghabiskan makan malam nya tanpa di temani Darrel karena sejak tadi lelaki itu tidak juga keluar kamar memperlihatkan batang hidungnya.
Situasi yang bagus, Mario tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, dia jadikan momen ini untuk terus berbincang dengan Renzela; gadis malang yang ia kenal melalui sambungan telepon kini benar-benar ada di depan matanya.
"Bagaimana apa kau sudah memikirkan akan bersekolah di mana?" Jika tadi hanya bercanda, kini Mario mulai serius dan membahas hal yang menurutnya itu penting untuk Renzela.
"Entahlah kak, aku masih belum memikirkan itu. Pindah dan tinggal di Indonesia dengan keluarga baru saja masih terasa seperti mimpi bagiku." Seulas senyum tergambar jelas di bibir Renzela, kepalanya belum siap untuk memikirkan hal lain, status barunya sebagai seorang istri membuat dia mempunyai beban baru, terlebih untuk puncak nya hari esok, rasanya dia belum mempersiapkan mentalnya untuk resepsi nanti. Dia benar-benar harus mempersiapkan diri menjadi seorang istri yang baik di depan banyak orang.
"Apa Pak Kenan dan Kenzo tidak merekomendasikan sekolah untuk mu?" Mario kembali bertanya, mungkin pernikahan ini memang akan menjadi beban, tapi pendidikan adalah hal yang lebih penting, dia rasa Kenzo maupun Pak Kenan pun pasti tidak akan membiarkan Renzela putus sekolah begitu saja. "Tidak mungkin kamu memilih menikah dan mengakhiri masa depan mu 'kan?"
"Tidak lah Kak, aku juga pasti akan sekolah. Daddy Kenan merekomendasikan SMA Trisakti, tapi Kak Kenzo sepertinya tidak merespon ide itu dan menyuruh ku menuruti saja apa yang Om Darrel sarankan."
Mendengar itu Mario sampai menahan tawa, sudah jelas Kenzo tidak akan merekomendasikan SMA Trisakti, sekolah itu memang tidak cocok untuk Renzela. "Iya, kamu sekolah di tempat lain saja." tutur nya di akhir senyuman jahilnya.
"Kakak meledak ku? Aku tidak sebodoh itu tahu. Aku juga bisa kok masuk SMA Trisakti." Renzela sampai kesal, tidak Kakak sepupunya tidak temannya, dua lelaki itu benar-benar meledeknya, dia tahu SMA Trisakti hanya menampung anak-anak cerdas, tapi otaknya tidak sebodoh itu kan. "Kalau mau, aku bisa masuk SMA Trisakti dengan bantuan Daddy Kenan." ucapnya lagi dengan begitu polos.
Mario kini benar-benar tertawa, tidak mau di ledek tapi kenapa Renzela malah mengakui sendiri kebodohan nya, "Kalau melalui jalur Pak Kenan, curang Renzela. Kau harus mengandalkan kepandaian mu." ucapnya dengan begitu gemas. Dia bahkan tanpa sadar menggerakkan tangannya menyentuh kepala Renzela dan berakhir mengacak rambut gadis itu. Kepolosan itu benar-benar membuat gadis ini terlihat semakin cantik. "Makanya belajar, otak ini jangan di isi makanan mulu!" ledeknya lagi.
"Kak Mario!" Renzela sampai merengek, lekas menggerakkan tangan merapikan kembali rambutnya. "Iya-iya aku akan belajar dengan baik. Lihat saja aku pasti akan menjadi anak yang pintar." ucapnya dengan cepat. Dia sampai menggebu-gebu, sedari awal dia sudah bertekad akan belajar dengan baik demi masa depannya nanti. "Sudah hentikan, Kakak merusak rambut ku!" oceh nya lagi.
"Iya-iya. Anak baik."
Senyuman dan candaan dua anak muda itu ternyata membuat hati seseorang terusik, Darrel yang baru keluar dari kamarnya hendak makan malam tiba-tiba menghentikan langkahnya dengan tatapan tak suka. Pemandangan itu benar-benar mengusik ketenangan nya.
"Apa si maniak komputer itu tidak sadar ini sudah jam berapa?" Hatinya benar-benar kesal, dekat si dekat, tapi tidak harus sampai lupa waktu juga kan. Tidak sadarkah kalau wanita yang sedang dia sentuh itu adalah istri dari kakak sepupunya sendiri. "Dari tadi mereka di sana?" tanyanya pada Martin yang sedari tadi mengikutinya.
Pak Martin langsung mengangguk, tentang Mario masih ada di sana bukannya Tuan nya sendiri yang mengatakan untuk membiarkan mereka, jadi dia tidak melakukan apa-apa, bahkan tidak menyuruh Nona Renzela untuk segera istirahat ke kamarnya. "Nona Renzela terlihat ceria saat ada Mario di sini." ucapnya seolah mengatakan, ada sisi baiknya Mario di sini, itung-itung menghibur Nona Renzela yang masih kaku dengan suasana di sini.
Darrel sesaat terdiam, Renzela yang terlihat begitu ceria membuat nya sedikit lega karena gadis itu perlahan bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya, tapi tetap saja kenapa rasanya kesal, senyuman dan keceriaan itu terlihat begitu tulus berbeda saat sedang bersama dirinya. "Martin!" Dia sampai harus memanggil bawahannya itu dengan tegas karena ada sesuatu yang lebih membuat nya tidak tenang.
Pak Martin langsung berjalan cepat, mengikuti langkah Tuan nya yang sedang berjalan menuju ruang makan, "Iya Tuan."
"Ganti semua pakaian santai Renzela dengan pakaian yang lebih tertutup, jangan menyisakan satu pun celana pendek ataupun rok mini terlebih ukurannya di atas lutut." Titahnya tiba-tiba. Entah apa yang Darrel pikirkan sekarang, entah memang karena dia bertanggung jawab penuh atas gadis itu, dia enggan sekali melihat Renzela berpenampilan seksi di depan seorang lelaki, terlebih dia tahu lelaki itu menyukai sang istri.
Pak Martin seketika langsung menghentikan langkahnya dan kembali menengok kebelakang, pantas ekspresi Tuan nya terlihat gusar, ternyata penampilan Nona Renzela yang terlihat apa adanya dengan hanya mengenakan pakaian santai saja terlihat semakin imut, bahkan kulit putih nya yang terekspos semakin mencerahkan penampilannya. "Baik Tuan." ucapnya dengan sigap. Dia akan memastikan esok pagi pakaian mini itu tidak akan ada lagi di kamar Nona Renzela.
"Tidak harus mengikuti ku, suruh saja si Mario itu pulang. Dan bilang pada Renzela aku menunggunya di meja makan!"
Perkataan Darrel lagi-lagi membuat Pak Martin berhenti, dengan sigap dia langsung berbalik badan menjalankan tugasnya.
...***...
Renzela berjalan dengan begitu kaku, melangkahkan kakinya menuju meja makan, ada apa gerangan Om Darrel memanggilnya padahal sudah tahu kalau dia sudah makan malam terlebih dahulu. "Om, memanggil ku?"
"Duduk!" titah Darrel, dengan begitu singkat.
Renzela sampai gugup, wajah lelaki itu terlihat tanpa ekspresi membuat dia kebingungan, apa dia kembali membuat kesalahan, "Tapi aku sudah makan malam, Om!"
"Aku menyuruh mu duduk, apa kau tidak mendengar itu?" Darrel yang awalnya fokus pada makanan nya seketika langsung menatap Renzela, apa sesulit itu permintaannya padahal hanya tinggal duduk saja.
Aisst, Renzela sampai menghela nafas, "Sabar Renzela, namanya juga orang tua." hanya bisa mengumpat dalam hati. Salahnya sendiri kenapa selalu membuat alasan saking tidak nyamannya berada di samping lelaki ini. "Iya, baiklah." akhirnya dia ikut duduk, persis di kursi di samping lelaki itu.
"Kau sudah meminum obat mu?" Darrel kembali bicara di sela-sela makannya, padahal tadi dia sudah tahu karena Martin sudah melaporkan nya. Hanya saja dia harus basa basi saja sebelum membicarakan intinya kenapa dia sampai memanggil Renzela.
"Sudah Om."
Jawaban singkat Renzela sampai membuat Darrel kembali mengangkat kepalanya dan menatap gadis itu dengan heran, "Apa sebenci itu berada di samping ku," hanya bisa membatin. Jangankan memasang wajah ceria, bicara nya saja begitu singkat tidak seperti saat bersama Mario. "Ini!" Tidak mau semakin kesal, akhirnya dia langsung mengeluarkan beberapa lembar kertas, dan ia simpan di atas meja makan.
"Apa ini?"
"Ambil saja setelah melihatnya kau akan tahu itu?"
Renzela dengan cepat langsung mengambil lembaran-lembaran kertas itu, setelah melihatnya, tanpa sadar matanya langsung berbinar, "Formulir pendaftaran sekolah?"
"Hem!" Darrel mengiyakan dengan singkat, padahal tadinya dia akan membahas perihal sekolah Renzela esok lagi setelah acara resepsi, tetapi karena malah keburu kedahuluan Mario dia langsung memberikan formulir itu, tidak ingin di kira kalau dia tidak memikirkan sekolah Renzela. "Pilih salah satunya. Setelah kau mengisi formulir nya langsung berikan pada Martin, dia yang akan membereskannya."
"Om, apa tidak apa-apa aku yang memilih sendiri?" Renzela kembali bertanya untuk memastikan, ada sekitar empat lembar formulir pendaftaran dari sekolah yang berbeda, dan itu pasti sudah dari kemarin suaminya itu siapkan untuk nya, dia takut salah memilih dan tentunya itu tidak sesuai harapan Om Darrel sendiri.
"Pilih saja, itu sekolah yang jaraknya dekat dari rumah dan kantor," Darrel langsung menjelaskan, seolah menangkis percakapan Renzela dan Mario tadi tentang sekolah Trisakti, dia sendiri tidak akan mengizinkan Renzela sekolah di sana karena jelas jaraknya sangat jauh dari rumahnya. Dan itu akan mempersulitnya untuk terus mengawasi Renzela.
"Baiklah aku akan mempertimbangkan nya dulu setelah itu langsung mengisi formulir nya." Renzela sampai tersenyum manis, tidak mengira Om Darrel bisa memberi sedikit kebebasan untuk nya, setidaknya dia bisa memilih sekolah sesuai keinginannya sendiri. "Apa hanya ini saja, aku boleh kembali ke kamar sekarang kan?" tanyanya meminta izin, dia harus segera menghubungi Kak Mario untuk menanyakan pendapat lelaki itu tentang beberapa sekolah yang Om Darrel pilihan untuk nya.
Mendengar itu Darrel kembali mengangkat kepalanya menatap Renzela, "Pertimbangkan di sini, kalau ada pertanyaan atau sesuatu yang ingin kau tanyakan, tanyakan pada ku. Bukannya itu gunanya aku sebagai suami mu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Erna Fadhilah
iya renzal, kamu minta petimbangannya sama om darrel aja dia pasti tau kok sambil berusaha mendekatkan sama suamimu, dia baik kok ren
2023-02-22
0
💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦
Hayo Renzela berpikirlah dgn bijak.. tuh om Darrel ingin di anggap ada sebagai suami... ajaklah berdiskusi mengenai sekolahmu... 🤔🤔🤔💪💪💪
2023-02-22
0
💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦
Wah berarti om Darrel udah ada percikan api cemburu yg menandakan dia udah jatuh cinta os Renzela tanpa di sadarinya... bagus.. bagus... 👍👍👍😘
2023-02-22
0