Semua anggota keluarga sudah berkumpul di ruang tamu, duduk diam dalam keheningan, keterkejutan kini kembali terjadi atas pengakuan Azka yang mengenal Renzela. Bahkan nama Pak Kenan yang Azka bahasa lebih membuat semaunya terkejut, siapa yang tidak mengenal sosok beliau. Sang pengusaha ternama bahkan nama Wijaya sudah hampir tersebar luas di setiap penjuru Indonesia.
Jika keluarga Darrel terkejut karena ternyata sosok Renzela kerabat dekat Pak Kenan, tidak dengan Darrel sendiri, dia mendadak gelisah, kenapa bisa adik nya itu bisa mengenal Renzela, dan yang lebih membuatnya semakin terusik, karena Renzela sendiri sepertinya tidak mengenal adiknya sama sekali.
"Aisst, sebenarnya bagaimana bisa Azka mengenal Renzela?" Darrel hanya bisa membatin, masih menatap Azka dengan penuh intimidasi, pasalnya kalau benar Azka mengenal Renzela tidak menutup kemungkinan kebohongan nya akan terbongkar, padahal dengan begitu susah payah dia meyakinkan Ayahnya kalau dia sudah mengenal Renzela sejak lama, tapi kini sandiwara nya itu akan sia-sia jika saja Azka malah mengusiknya, "Aisst, haruskah aku membungkam mulutnya kalau benar dia mengenal Renzela."
"Darrel, apa yang Azka katakan benar?" Baskara kini mulai bertanya untuk memastikannya, jika itu sebuah fakta, dia benar-benar malu karena sempat berpikiran buruk terhadap gadis itu. Padahal mungkin ini sebenarnya sebuah keberuntungan bagi mereka bisa memiliki menantu dari keluarga terpandang itu.
"Iya, Yah. Renzela keponakan Pak Kenan dari pihak istrinya."
Jawaban Darrel sampai membuat Azka menyeringai, dalam pikirannya sampai terbesit sesuatu. Renzela yang dia ketahui dari ketidak sengajaan kini benar-benar ada dalam sebuah kenyataan. "Bukannya si komputer itu bilang kalau kakak sepupunya sendiri yang meminta dia menghiburnya." Pertanyaan demi pertanyaan muncul, pikirannya sampai berkeliaran kemana-mana, wanita yang pernah dia taksir hanya dengan melihat fotonya saja kini ada di depan matanya dengan status sebagai Kakak iparnya, itu benar-benar membuatnya hampir tak percaya.
"Kalau hubungan Bang Darrel dengan Renzela sampai menempuh sebuah pernikahan, kenapa Kakak sepenuhnya menyuruh lelaki lain untuk mendekatinya." Aisst, batin Azka kembali berpikir keras, masalahnya bukan karena apa-apa, hanya kecewa saja kenapa harus Renzela yang menjadi istri Kakaknya.
"Boleh aku bertanya, pada Renzela?" Azka kembali bersuara, menatap gadis itu. Meski tatapan mata Kakaknya bak sebuah anak panah yang siap untuk melesat, dia harus memastikan suatu.
Renzela sampai refleks menarik lengan kemeja suaminya, seolah berkata bagaimana ini, bagaimana jika pertanyaan Azka akan menyudutkan nya, dia bingung harus bagaimana karena jelas dia tidak mengenal adik iparnya ini sama sekali, "Om!" bisiknya meminta bantuan.
"Katakan!" Darrel yang bicara, kembali menatap Azka dengan penuh selidiki, apalagi sekarang yang akan di katakan adiknya itu, apa lagi fakta yang akan terungkap, dan mungkin dia sendiri tidak tahu tentang itu.
"Sejak kapan kau mengenal Bang Darrel?" Azka sampai memasang ekspresi wajah yang heran, kenapa rasanya dunia begitu sempit, beberapa bulan lalu dia baru tahu sosok Renzela hanya karena dia melihat media sosialnya, dan ternyata sekarang Abangnya malah sudah menikahinya. "Kenapa Kau memilih menikah dengannya padahal ada lelaki yang lebih cocok dengan mu?"
"Azka bicara yang sopan!" Darrel sampai melebarkan mata, sebenarnya masalah bukan tentang panggilan, tapi dia tidak mau Azka mengungkit kehidupan pribadi Renzela dengan pertanyaan nya itu, padahal dengan nya saja ada privasi yang mereka jaga. Terlebih bagaimana kalau Renzela salah bicara padahal dia bilang sudah dua tahun mengenalnya. "Walau dia lebih muda dari mu, dia Kakak ipar mu."
"Akh. Iya-iya. Tapi jangan mengubah topik pembicaraan, jawab saja Kak Renzela."
"Mungkin seberapa lama itu tidak penting, yang jelas aku lebih memilih Om Darrel karena dia lebih dewasa di banding lelaki lain," Renzela langsung menjawab dengan cepat, persetan dengan panggilan nya. Dia harus menjadi dirinya sendiri agar kehidupannya tidak semakin rumit lagi. "Om Darrel mau menerima aku apa adanya meski banyak sekali kekurangan yang aku miliki, makanya aku mau menikah dengan nya." tuturnya lagi menjelaskan
Darrel sampai mengangkat sudut bibirnya, untung bocah ini bisa bicara dan mencari alasan, jadi mereka bisa bersandiwara dengan aman.
Semua orang yang mendengar itu sampai menghela nafas, antara menghela nafas lega karena mereka tidak harus meragukan lagi hubungan mereka, dan menghela nafas karena sedikit terbebani melihat perbedaan jauh umur pasutri baru ini. Tapi mau bagaimana lagi, dalam pandangan mereka cinta cinta tidak memandang umur dan status.
"Sudah-sudah, jangan tegang seperti ini. Bukannya kabar pernikahan ini seharusnya hal yang begitu membahagiakan." Arkan kini yang bicara, berusaha memecahkan suasana dengan segala kecanggungan yang terjadi, persetan dengan apapun itu yang jelas abangnya sudah menikah dan mereka harus merestui nya. "Ini adalah kabar baik, kapan Abang akan merayakan resepsi nya? Keluarga dan kerabat kita harus tahu tentang pernikahan ini kan?" tanyanya sambil menatap Darrel. Baginya lebih cepat lebih baik, itu juga untuk kebaikan semaunya mengingat sebuah rumor yang tengah beredar.
"Besok lusa, dan tolong kau atur semuanya." Darrel langsung memberikan jawaban bahkan langsung memberikan tanggung jawab pada adik iparnya itu. "Jangan ada kesalahan sedikitpun, aku mau acaranya berjalan dengan lancar!"
"Percayakan padaku Kakak ipar,"
Penyambutan selesai, walau di bumbui dengan keterkejutan, setidaknya Renzela perlahan di terima di keluarga Baskara, meski entah akan seperti apa tanggapan orang-orang di luaran sana. Semuanya kini langsung menuju ke belakang untuk menyantap segala hidangan yang sudah Iriana siapkan.
Sedangkan di sudut lain, Azka terlihat sedang melakukan panggilan jauh dari keramaian, dia harus memastikan sesuatu dan langsung menghubungi seseorang.
"Kau masih tak percaya, Renzela benar-benar ada di sini. Dia menjadi istri Bang Darrel!"
"Kalau sedang bermimpi jangan menghubungi ku, mengganggu saja." Seseorang di sebrang sana sampai mengendus kesal, tidak ada hujan tidak ada angin, kenapa Azka tiba-tiba ngelantur tidak karuan. "Sudah gue tutup telepon nya, gue sibuk."
"Hei, maniak komputer, tunggu dulu bodoh. Kau harus percaya pada ku!" Azka sampai kesal sendiri, tapi dia bisa mengerti adik sepupu laki-laki nya itu sampai tak percaya padanya. "Gue sedang sadar seutuhnya, Renzela benar-benar sudah menikah dengan Bang Darrel!" ucapnya lagi menegaskan.
Orang di sebrang sana sampai mulai serius terpancing perkataan Azka, "Menikah? Tapi Kenzo tidak bicara apapun pun padaku." tukasnya masih tidak mau percaya, tapi kesal kenapa perkataan Azka seperti sebuah fakta.
"Coba kau tanyakan sendiri pada Kakak sepupunya, bila kau masih tidak percaya, ni gue kirim foto Renzela kalau dia benar-benar ada di sini." Azka langsung berbalik, bermaksud ingin mengambil sebuah foto, tiba-tiba malah tersentak kaget. Sosok Kakak lelaki yang sedang dia bicara kini ada di depannya dengan tatapan tajamnya. "Bang-...!" Dia sampai refleks mengakhiri panggilannya saking kagetnya.
"Bicara dengan siapa, siapa lelaki itu?" Nada suara Darrel sampai terdengar begitu dingin, geram sendiri, rupanya bukan hanya adiknya, ada orang lain yang juga mengenal Renzela bahkan sepertinya lebih dekat dengan Kenzo Kakak sepupu istrinya itu. "Kenapa bisa kalian mengenal Renzela?"
"Kenapa tidak tanya langsung pada istri Abang itu, ku kira karena kalian sudah menikah kalian saling mengenal satu sama lain, dan Abang pun tahu kalau istri Abang pernah dekat dengan lelaki di sini." Walau kaget, Azka masih bisa so cool. Mau bagaimana lagi kalau dia terlihat ketakutan Abang nya itu akan semakin mudah menghukum nya.
"Jangan ngelunjak! Itupun jika kau tidak mau segala fasilitas mewah mu aku sita!" Darrel sampai menepuk pundak adiknya itu, lekas berbalik dan kembali. Dia benar-benar harus berbicara dengan Renzela untuk memastikannya.
"Renzela," Darrel langsung memanggil setelah dia menghampirinya, lekas berdiri di belakang sang istri dan berbungkuk membisikan sesuatu di telinganya. "Ikuti aku sebentar!"
"Kak!" Mariana yang protes, kasihan kan baru juga dia menyiapkan makanan untuk Renzela, Kakak nya malah mengajak nya pergi. "Nanti saja biarkan dia makan dulu!" ucapnya lagi mencegah kakak ipar kecilnya itu untuk pergi.
"Tidak apa-apa," Renzela yang menimpali, dia tidak enak kalau adik kakak itu malah berdebat karena nya. "Iya!"
Keduanya pergi, Darrel langsung menuntun Renzela menuju sebuah ruangan jauh dari orang-orang, langsung membuka pintu itu dan meminta Renzela untuk masuk.
Bruk.... Pintu tertutup, Darrel langsung berdiri tegak di jarak yang cukup dekat dengan tubuh Renzela saking penasarannya dengan kehidupan gadis ini, "Kau benar-benar tidak mengenal Azka?" tanyanya to the poin.
Renzela sampai gelegapan, jarak mereka begitu dekat dia sampai harus mendongak ke atas menatap wajah lelaki itu, "Tidak tahu, bahkan aku baru tahu namanya setelah Om menyebutnya."
"Lantas kenapa dia mengenal mu, bahkan dia tahu kau pernah dekat dengan lelaki di Indonesia?"
"Aku tidak tahu," Renzela semakin bingung, dia juga heran kenapa Azka tahu tentang dirinya. "Aku tidak pernah dekat dengan siapapun, terlebih lelaki di sini." tukasnya merasa itu tidak benar.
"Jangan berbohong, aku harus tahu itu Renzela. Aku yang berpura-pura mengenal mu demi membantu mu lepas dari wali Ayah mu, tidak mungkin tidak tahu dengan kehidupan pribadi mu kan?" Darrel kembali bertanya, bahkan sampai harus menggerakkan telunjuknya menekan kening Renzela untuk terus menatap nya karena gadis itu terlihat ragu dengan jawabannya sendiri. "Jawab, siapa lelaki yang akhir-akhir ini dekat dengan mu dan tahu banyak tentang kehidupan mu?"
Renzela sampai harus berpikir keras, "Siapa, aku tidak ingat, Om." Dia malah merengek, bagaimana tidak bingung dan lupa, hidupnya sudah kacau dia bahkan tidak fokus dengan kehidupannya sendiri. Dalam pikirannya hanya terpikir cara bisa melepaskan walinya dari sang Papi demi kembalinya keutuhan keluarga mereka.
"Aisst." Darrel sampai mengendus, menurunkan tangannya saat melihat Renzela ingin mengambil ponselnya karena ada panggilan masuk di sana. "Siapa?" tanyanya penasaran karena ekspresi Renzela tiba-tiba berubah.
"Aku ingat, Om." Renzela sampai tersenyum, panggilan dari Mario benar-benar mengingatkan nya kalau lelaki itu yang selalu dekat dengannya bahkan selalu ada saat dia membutuhkan nya. "Ini, dia Kak Mario." jawab nya dengan polos. Bahkan dia langsung memperlihatkan ponselnya.
"Mario?" Kaget bukan main, rasanya Darrel benar-benar mau gila. Jangan bilang lelaki itu Mario yang dia kenal.
"Iya, dia teman Kak Kenzo yang selalu membantunya dalam meretas akun orang-orang." Renzela sampai menyeringai, seolah mengatakan kalau Om Darrel macam-macam padanya orang ini yang akan meretas akun nya.
"Aisst, pantas Azka memanggilnya maniak komputer." Darrel sampai membatin. Frustasi sendiri, kenapa orang yang mengenal Renzela harus orang-orang terdekatnya. "Jangan di angkat. Ayo kembali ke meja makan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
eka agustyan
tambah seru nich......tar kalo renzela deket sama mario om darel cemburu gk y
2023-02-02
0
eka agustyan
tmbah seru nich......ayo renzela buat darel cemburu
2023-02-02
0
Yurniati
lanjut thorr
2023-02-01
0