TPK Bab 9 : Sesuatu yang sepesial.

Renzela menarik kopernya dengan begitu lemas, hatinya sedang dirundung rasa malu, mengomeli diri sendiri, bisa-bisanya dia terbawa suasana dengan sikap dan perkataan Darrel padanya, seharusnya seburuk apapun sikap lelaki itu, meski status nya seorang suami tetap saja suaminya itu hanya orang asing. "Bodoh, pernikahan ini hanya sebuah tameng Renzela. Kau hanya harus fokus belajar saja." Batinnya kembali bicara menyadarkan dirinya sendiri.

Duk.... Terus berjalan dengan menunduk malu, tanpa sadar Renzela malah menubruk punggung Darrel yang tengah berjalan di depannya, "Aww..." bibir nya sampai spontan merengek, bagaimana tidak tubuh lelaki itu sungguh kekar sampai keningnya serasa terbentur sebuah pintu.

"Aisst, bukan hanya manja apa dia juga tidak punya mata," Darrel langsung menoleh, menatap gadis konyol yang sedang mengelus keningnya, apa selemah itu daya tahan hidupnya. Saat tadi masalah foto langsung memasang raut wajah sedih, dan sekarang hanya karena menabrak punggungnya saja langsung merengek kesakitan, "Jangan lengah kalau hidup mu ingin baik-baik saja, gadis ingusan!" Dia sampai tidak tahan untuk tidak mengomeli gadis ini.

"Om sendiri kenapa tiba-tiba berhenti?"

"Kau bahkan tidak sadar kita sudah di depan mobil," Darrel hanya bisa geleng kepala, ini baru awal tapi kenapa dia sudah merasa kesusahan mengurus gadis ini. "Cepat masuk!" titahnya. Percuma terus berdebat, waktu mereka semakin mepet. Dia langsung mengambil koper Renzela dan menyimpannya di bagasi mobil dan melangkah menuju kursi kemudi, namun sebelum masuk dia kembali berhenti dan menoleh lagi, "Siapa yang menyuruh mu duduk di belakang, kau pikir aku supir mu?" lagi-lagi mengomel, dia tidak terima saat Renzela hendak masuk mobil dan membuka pintu belakang.

"Ekspresi Om seolah ingin membunuh ku membuat ku ingin menjauh." Andai saja bisa, Renzela ingin mengatakan itu, tapi apa daya, dia harus bersikap baik untuk menitipkan dirinya sendiri, "Iya, Om." ucapnya patuh.

"Kita akan langsung ke bandara, katanya Pak Kenan dan kedua Kakak sepupu mu sudah menunggu di sana." Darrel berusaha memberi tahu sambil mulai melajukan mobilnya, sesaat menoleh mendengar hela nafas Renzela yang terdengar begitu berat. "Kenapa?" tanyanya heran, apa dia menyinggung gadis ini lagi.

"Apa Papi juga ada di sana?" Renzela berusaha bertanya, sejak setelah akad sampai keluar rumah sakit, dia tidak melihat sosok Papinya, tidak mungkin kan sekarang pun beliau tidak ada. Padahal dia berharap besar sang Papi akan mendampinginya dan melepas kepergiannya dengan dengan pelukan hangat.

Darrel yang melihat ekspresi itu saat terdiam, harus kah dia jawab dengan blak-blakan kalau ayah gadis ini bahkan tidak perduli sama sekali, "Entahlah." pada akhirnya hanya menjawab singkat, dia tidak tega melihat ekspresi murung Renzela, dan inilah yang membuat dia mengukuhkan hatinya untuk tetap bertahan dalam kerumitan hubungan ini, dia begitu iba dengan nasib yang di alami Renzela.

...***...

Indonesia.

Keadaan di kediaman keluarga Baskara semuanya terlihat gempar. Orang-orang di buat sibuk sekaligus terkejut, kabar kalau sore ini Darrel akan tiba beserta istrinya membuat semua orang terheran-heran, bahkan begitu penasaran dengan apa yang tengah terjadi.

Baskara yang biasanya pulang malam dari tambang kini sudah standby di rumah, Irian yang biasanya menyiapkan makan malam hanya untuk suami dan anak bungsunya kini menyiapkan jamuan yang cukup mewah, Azka yang biasanya pulang malam setelah nongkrong dengan temannya kini pulang lebih cepat.

Bahkan Mariana yang seorang Dokter harus izin sif malamnya setelah mendengar kabar tentang Kakak nya, dia begitu syok, lelaki yang kemarin menolak keras sebuah pernikahan kini pulang dari luar negeri tiba-tiba membawa seorang istri.

"Bu, Ibu tidak bercanda kan?" Bahkan perkataan itu kembali Ana lontarkan, saat di panggilan telepon tadi, Ibunya terdengar hanya bercanda tapi setelah melihat keadaan rumah yang terlihat rusuh dengan tatanan rapih dan jamuan yang berlimpah dia yakin ini bukan hanya sekedar prangk saja.

"Tidak, Ana. Cepat bersiap dan bantu ibu beres-beres!" Iriana sampai tersenyum senang, langsung membelai pundak sang putri kalau ini adalah hal istimewa dan mereka harus menyiapkan segala penyambutannya dengan sempurna. "Mana suami mu, kau sudah memberitahu nya kan?"

"Sudah Bu. Dia harus menjemput Syakir dan Syakira dulu di rumah ibu mertua." Ana langsung menjawab cepat dan mengekor di belakang sang Ibu, langsung melaksanakan apa yang ibunya arahkan, "Tunggu, menyiapkan kamar? Apa Kak Darrel mau menginap di sini, Bu?" tanyanya heran. Dia sampai kaget, sudah dari delapan tahun lalu Kakaknya itu bahkan tidak pernah mau menginap di rumah ini, kenapa harus menyiapkan kamar segala.

"Sudah siapkan saja, sekarang kan berbeda. Ibu akan memaksa Darrel untuk menginap satu malam saja di sini." Iriana sampai tersenyum kecil dengan penuh rencana, dia kan harus mengenal lebih dekat wanita yang berhasil meluluhkan hati putranya, jadi dia harus mengurung mereka sementara di rumah ini, sebelum Darrel membawa istrinya pergi ke rumahnya sendiri.

Setelah Ana melangkah ke atas, dari pintu utama terlihat Arkan memasuki rumah beserta kedua anaknya, jika Ana langsung menghampiri sang ibu, berbeda dengan Arkan, di langsung celingukan mencari keberadaan Azka sambil menuntun si kembar.

"Ayo cari Uncle kalian!" titahnya pada kedua anaknya itu. Arkan butuh sosok pengasuh, dan Azka adalah pilihan terbaik untuk menitipkan kedua anaknya saat keadaannya sedang begitu syok dengan kabar pernikahan Kakak iparnya, padahal dia sendiri sedang berusaha mendekatkan seorang wanita untuk lelaki itu. Dia sempat berpikir bagaimana nanti nasib Clarissa setelah tahu kalau lelaki pujaannya sudah menikah. "Akh. Itu Uncle cepat ke sana!"

"Uncle...." Teriakan si kembar sampai menggema, mata mereka melihat sosok Azka dan langsung berlari menuju tempat lelaki itu berada.

"Hai-hai malaikat kecil Uncle. Sini-sini!" Azka langsung membuka tangannya lebar-lebar menyambut kedua bocah itu, setelahnya langsung mendekap mereka berdua dan mendudukkannya di kedua pahanya. "Apa kalian sudah makan?" itulah pertanyaan pertama yang selalu ia lontarkan, mencubit pipi si kembar bergantian saking gemasnya.

"Belum Uncle, tadi Ayah buru-buru mengajak kita, katanya Om Darrel mau membawa sesuatu yang sepesial." Syakir langsung mengoceh mewakili sang adik, mereka yang masih kecil saja langsung keheranan karena tiba-tiba di ajak pergi secara paksa dari rumah neneknya, "Nenek sampai sedih kami tiba-tiba pergi." ucapnya lagi.

Kini Syakira menimpali, dia yang paling penasaran dengan apa yang terjadi terlebih keadaan di rumah terlihat berbeda dari biasanya, "Apa yang Om Darrel bawa, Uncle. Apa Om akan membawa hadiah yang besar untuk kita?" tanyanya memastikan. Kalau kata sang Ayah sepesial, berarti itu sebuah hadiah yang lebih besar dari yang biasanya Om nya berikan.

"Iya, Om kan dari luar negeri. Oleh-oleh nya pasti lebih banyak dan bagus." Syakir menimpali dengan begitu kita antusias, bahkan matanya sampai berbinar membayangkan sebesar apa hadiah yang akan Om nya berikan untuk mereka.

Azka sampai tertawa kecil dengan ocehan dua bocah ini, "Iya-iya, Om Darrel pasti akan membawa hadiah yang besar untuk kalian, jadi kalian jangan nakal. Jangan mengusik ketenangan Om, kalau kalian mau dapat hadiah." Di layani saja ocehan mereka, toh kalau di jelaskan pun mereka berdua tidak akan mengerti arti sebuah hubungan pernikahan yang telah di laksanakan Om mereka.

Di tempat lain, sebuah mobil membelah jalanan kota, di dalam sana, Renzela duduk dengan tenang menatap keluar jendela mobil, sorot matanya sampai terlihat cerah, keadaan kota yang sudah kurang lebih enam tahun dia tinggalkan kini terlihat nyata di depan mata, banyak sekali yang berubah, membuat dia merindukan masa kanak-kanaknya dulu saat tinggal di Indonesia.

"Sekarang sudah banyak apartemen-apartemen yang berdiri megah." Gumamnya sambil perlahan membuka kaca mobil, udara segar Indonesia sungguh berbeda dengan udara di London. "Wah, kantor cabang Daddy Kenan bahkan sekarang sudah lebih banyak." gumamnya lagi saat matanya melihat gedung-gedung tinggi berlogo Wijaya Group milik Om nya.

"Maaf Tuan, apa mau langsung pulang ke rumah?" Sang sopir tiba-tiba bertanya memecah keheningan yang hampir setengah jam berlalu. Dia sudah di beri tahu perihal apa yang terjadi tapi tidak mengira suasana nya akan secanggung ini.

"Tidak, kita ke rumah Ayah dulu!" Darrel langsung menjawab tanpa memalingkan pandangannya pada sebuah tablet yang tadi supir itu berikan, memeriksa segera perkejaan nya yang sempat ia tinggal kemarin. "Apa segala keperluan di rumah sudah siap?" tanyanya berusaha memastikan.

"Sudah, Tuan."

Mendengar percakapan itu Renzela langsung melihat ke arah Darrel untuk memastikan, "Om!" Panggilnya dengan berbisik, tapi tidak ada jawaban karena suaminya itu terlihat begitu fokus dengan kegiatannya, "Om!" panggilannya lagi sambil memberanikan diri menarik ujung jas suaminya itu agar menoleh ke arah nya.

"Apa? Darrel sampai kaget dan langsung menoleh, "Tidak usah berbisik, bicara dengan benar!" titahnya sambil kembali menatap layar tablet nya.

"Kita mau kemana Om?" Bukannya berbicara normal, Renzela kembali berbisik, dia tetap harus berhati-hati karena di sana ada orang lain selain mereka, sesuai perjanjian dia harus bersikap seperti istri normal pada umumnya, tapi dia bingung harus memanggil suaminya itu dengan panggilan apa selain panggilan Om.

"Martin!" Bukannya menjawab Renzela, Darrel malah memanggil sopir itu, "Perkenalkan dirimu. Nona muda mu dari tadi terus berbisik-bisik mengganggu ku!" titahnya memberi perintah.

Martin yang di panggil langsung mengangguk, terlebih saat melihat reaksi kebingungan Nona Renzela dari balik kaca spion depan, membuat dia langsung mengangguk menyapanya. "Saya Martin Non. Maaf baru memperkenalkan diri, saya adalah kepala pelayan rumah. Dan kedepannya saya yang akan mengurus segala keperluan Nona."

"Oh." Renzela sampai melongo menatap sosok Martin yang sepertinya hanya berbeda beberapa tahun lebih tua dari suaminya ini, kenapa sekarang dia serasa menjadi seorang putri yang memiliki pelayan pribadi, "Terima kasih banyak. Saya Renzela, mohon bantuannya!"

"Iya, Non. Tidak perlu sungkan. Dan lagi, bicaralah senyaman. Saya sudah mengetahui perihal pernikahan ini." Martin kembali menjelaskan, bahkan sesaat dia melihat ekspresi Pak Darrel yang masih terlihat biasa saja, atasannya itu benar-benar gila kerja sampai melimpah semua agenda sore ini padanya agar dia menjelaskannya lebih detail.

Renzela kembali melongo, dia kira ini adalah rahasia mutlak antara dia dan suaminya tapi ternyata ada juga orang yang mengetahui ini, "Sepertinya orang ini benar-benar kepercayaan Om Darrel." Dia kembali membatin, bahkan langsung menatap suaminya untuk memastikan, "Apa benar Om?"

"Hem." Darrel hanya mengangguk, langsung memberi isyarat pada Martin, agar menjelaskan mereka akan kemana sekarang.

"Sebentar lagi kita sampai, Non. Kita akan mampir dulu di kediaman Pak Baskara; orang tua Tuan, semua anggota keluarga besar Tuan sudah menunggu kedatangan Nona." Martin sampai memasang senyum saat melihat jelas kegugupan di wajah Nona muda ini, Tuan Darrel sepertinya tidak membicarakan apa-apa sampai Nona mudanya terkejut seperti itu.

"Kenapa Om tidak bilang dari tadi, bagaimana ini bahkan aku belum menyiapkan diri." Renzela sampai meremas kedua tangannya, bagaimana kalau kehadirannya tidak di sukai di keluarga itu, putra mereka menikahi gadis kecil sepertinya apa mereka akan terima. "Om, bagaimana, aku gugup!" rengek nya sambil menatap Darrel. Ayolah jangan terus menatap layar itu, beritahu dia, dia harus bersikap seperti apa. "Bagaimana kalau aku mengecewakan dan kedua orang tua Om tidak menyukai ku!" keluhnya.

Darrel langsung menoleh dan menatap Renzela dengan tatapan serius, "Jadilah dirimu sendiri, kau akan hidup bersama ku tidak perlu mempedulikan penilaian mereka!" tuturnya menjelaskan. Tanpa neko-neko tanpa basa-basi, dia tidak ingin memperumit lagi hubungan ini.

Glek... Renzela sampai menelan saliva, kenapa kata-kata itu terdengar begitu ambigu di telinga nya. "Akh, baiklah." tuturnya semakin gugup. Saking gugupnya dia sampai tidak berani kembali mantan wajah suaminya itu.

Terpopuler

Comments

eka agustyan

eka agustyan

semoga keluarga derel menerima renzela.

2023-01-29

0

Mila Purnamasari

Mila Purnamasari

kenapa yg ngasi jempol cuma saya ya. padahal cerita nya bagus bener😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘

2023-01-28

0

Mila Purnamasari

Mila Purnamasari

bagus banget ceritanya

2023-01-28

0

lihat semua
Episodes
1 TPK Bab 1: Sebuah Rumor.
2 TPK Bab 2 : Desakan.
3 TPK Bab 3 : Persetujuan.
4 TPK Bab 4 : Kontrak Perjanjian.
5 TPK Bab 5 : Akad nikah.
6 TPK Bab 6 : Skenario.
7 TPK Bab 7 : Kontrak di mulai.
8 TPK Bab 8 : Bersiap pulang ke Indonesia.
9 TPK Bab 9 : Sesuatu yang sepesial.
10 TPK Bab 10 : Mertua.
11 TPK Bab 11 : Renzela Bastian.
12 TPK Bab 12 : Orang terdekat Renzela.
13 TPK Bab 13 : Adik sepupu.
14 TPK Bab 14 : Lebih Berhak.
15 TPK Bab 15 : Fitting Baju.
16 TPK Bab 16 : Baik-baik saja.
17 TPK Bab 17 : Sebuah Gaun.
18 TPK Bab 18 : Rasa Cemburu.
19 TPK Bab 19 : Memilih Sekolah.
20 TPK Bab 20 : Kartu Tanda Pengenal.
21 TPK Bab 21 : Tragedi Pagi Hari.
22 TPK Bab 22 : Ingin di sayang.
23 TPK Bab 23 : Panggilan Yang Meresahkan.
24 TPK Bab 24 : Gara-gara Gaun.
25 TPK Bab 25 : Terabaikan.
26 TPK Bab 26 : Ikut Andil Di Perusahaan.
27 TPK Bab 27 : Memulai Rutinitas.
28 TPK Bab 28 : Pantaskah Di Sebut Ayah.
29 POV Renzela bagian 1
30 POV Renzela bagian 2
31 Hukuman 1
32 Mendapat hukuman baru.
33 POV Darrel.
34 Tersesat.
35 Kemiripan.
36 Persiapan Meeting.
37 Manajer Baru.
38 Kakak ipar.
39 Hati yang goyang.
40 Senyuman palsu.
41 Hanya ingin kasih sayang.
42 Kembali goyah.
43 Bertingkah.
44 Akan patuh.
45 Siap siap ke luar kota.
46 Ancaman.
47 Kamar Hotel.
48 Dipojokkan.
49 Kekhawatiran.
50 Binatang buas.
51 Hari pertama pemotretan.
52 Malam yang panjang.
53 Seharian di kamar.
54 Kecelakaan.
55 Terbongkar.
Episodes

Updated 55 Episodes

1
TPK Bab 1: Sebuah Rumor.
2
TPK Bab 2 : Desakan.
3
TPK Bab 3 : Persetujuan.
4
TPK Bab 4 : Kontrak Perjanjian.
5
TPK Bab 5 : Akad nikah.
6
TPK Bab 6 : Skenario.
7
TPK Bab 7 : Kontrak di mulai.
8
TPK Bab 8 : Bersiap pulang ke Indonesia.
9
TPK Bab 9 : Sesuatu yang sepesial.
10
TPK Bab 10 : Mertua.
11
TPK Bab 11 : Renzela Bastian.
12
TPK Bab 12 : Orang terdekat Renzela.
13
TPK Bab 13 : Adik sepupu.
14
TPK Bab 14 : Lebih Berhak.
15
TPK Bab 15 : Fitting Baju.
16
TPK Bab 16 : Baik-baik saja.
17
TPK Bab 17 : Sebuah Gaun.
18
TPK Bab 18 : Rasa Cemburu.
19
TPK Bab 19 : Memilih Sekolah.
20
TPK Bab 20 : Kartu Tanda Pengenal.
21
TPK Bab 21 : Tragedi Pagi Hari.
22
TPK Bab 22 : Ingin di sayang.
23
TPK Bab 23 : Panggilan Yang Meresahkan.
24
TPK Bab 24 : Gara-gara Gaun.
25
TPK Bab 25 : Terabaikan.
26
TPK Bab 26 : Ikut Andil Di Perusahaan.
27
TPK Bab 27 : Memulai Rutinitas.
28
TPK Bab 28 : Pantaskah Di Sebut Ayah.
29
POV Renzela bagian 1
30
POV Renzela bagian 2
31
Hukuman 1
32
Mendapat hukuman baru.
33
POV Darrel.
34
Tersesat.
35
Kemiripan.
36
Persiapan Meeting.
37
Manajer Baru.
38
Kakak ipar.
39
Hati yang goyang.
40
Senyuman palsu.
41
Hanya ingin kasih sayang.
42
Kembali goyah.
43
Bertingkah.
44
Akan patuh.
45
Siap siap ke luar kota.
46
Ancaman.
47
Kamar Hotel.
48
Dipojokkan.
49
Kekhawatiran.
50
Binatang buas.
51
Hari pertama pemotretan.
52
Malam yang panjang.
53
Seharian di kamar.
54
Kecelakaan.
55
Terbongkar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!